Kringgg...
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Vanessa segera mengemasi barangnya. Dia meraih tas ranselnya dan berjalan keluar. Saat hendak melangkah, pergelangan tangan Vanessa dicekal oleh seseorang.
Vanessa berbalik, dan saat mengetahui orang yang mencekalnya, dia langsung melepaskan tangannya dari orang itu. Wajahnya memerah.
"Sorry sorry... Gue udah bilang kalo gue bakalan ngajak lo ke tempat favorit gue kan. Ayo." Ucap Sam, orang yang tadi mencekal tangan Vanessa, sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"O-oke..." Ucap Vanessa. Dia berjalan di samping Sam.
Mereka berjalan ke arah atap gedung ini, yang setaunya hanya ada gudang disini. Dia mulai takut. "S-sam... Lo gak mau macem macem, kan?" Ucap Vanessa bergetar.
Sam menghentikan langkahnya dan menatap Vanessa. "Emang lo mau gue apa apain?" Tanya Sam datar. Vanessa menggeleng cepat, kemudian menunduk.
"Udah ah, ayo jalan lagi." Kata Sam sambil mepangkah kembali. Vanessa mengikutinya. Mereka melangkah memasuki gudang, lalu pintu gudang tersebut dikunci dari dalam oleh Sam, yang entah sejak kapan memiliki kunci tersebut.
Vanessa sudah sangat takut. Bagaimana kalau Sam memang akan macam macam dengannya? Tiba tiba, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, wajahnya juga memerah.
Satu tetes air mata pun turun membasahi wajahnya. Sam yang baru selesai mengunci pintu terkejut melihat Vanessa yang menangis.
"Hei hei... Lo kenapa nangis?" Tanyanya panik. Dia paling tidak bisa melihat perempuan menangis.
"A-apa salah gu-gue? Ke-kenapa lo ma-macem macem sa-sama gue?" Tanyanya pelan sambil menundukkan kepala.
"Hah?" Ucap Sam bingung, tetapi sesaat kemudian dia tersenyum kecil. "Emang tampang gue tampang abang abang kurang belaian ya? Gue gak punya pikiran sekotor itu buat ngapa ngapain lo. Jadi gausah takut gitu ke gue. Gue kunci gudang ini, biar orang lain gatau tempat favorit gue." Ucap Sam lembut untuk menenangkan Vanessa. Dia tidak tau kenapa bisa bermonolog sepanjang ini.
Sesaat kemudian, Vanessa memalingkan wajahnya dari arah Sam. Ini kali pertamanya menangis di depan lelaki. Apalagi tentang hal yang tidak tidak.
"Udah, ayo." Kata Sam sambil membuka lantai gudang itu. Vanessa terkejut. Bagaimana Sam bisa menemukan tempat itu disini?
Vanessa menengok dan melihat tangga batu disana, Sam memasukinya, lalu dilanjutkan Vanessa.
Mereka berjalan menuruni tangga cukup lama, beberapa saat kemudian, Sam berhenti dan menekan salah satu batu. Terbukalah bagian atas lorong itu beserta tangga penghubungnya untuk mencapai bagian atas itu.
"Ayo." Ucap Sam. Vanessa mengikutinya menaiki tangga itu.
Saat sampai diatas, tampaklah danau indah dengan lembah dan bukit di sekeliling mereka, di sekitar tempat itu, agak jauh, terdapat banyak pohon. Vanessa menduga mereka ada di dalam hutan.
"Bagus." Kata kata singkat itu diucapkan dengan nada kagum oleh Vanessa.
"Ayo duduk." Ucap Sam sambil duduk di dekat danau. Vanessa mengikutinya dan duduk di samping Sam.
Mereka semua diam untuk beberapa saat. Mengamati keindahan disana.
"Gimana lo bisa nemuin tempat ini?" Tanya Vanessa menoleh ke arah Sam. Sam juga menoleh ke arahnya. "Gue dulu sering disuruh ambil alat di gudang sekolah. Gue ngerasa ada yang aneh sama lantai gudang itu. Setelah gue periksa, ada lorong di bawah lantai gudang itu. Pulangnya, gue langsung ambil kunci cadangan gudang di ruang satpam, dan sampai sekarang, rasanya mereka gatau kalo gue punya kunci gudang itu. Gue kunci pintu gudangnya, terus telusuri lorong itu, dan, gue nemu tempat ini." Ucap Sam. Bahkan Sam tidak sadar kalau dia sudah berbicara terlalu banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Novela JuvenilOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...