Latte -22-

13.4K 935 29
                                    

Setelah kejadian tembak menembak itu, berita bahwa sejoli yang dulunya bersahabat itu sudah berpacaran pun merebak di seluruh SMA Eldera. Sam hanya cuek cuek saja mendengar berita tersebut sudah menyebar, sementara Vanessa hanya bisa menahan malu dan menunduk dalam saat orang orang memperhatikan mereka berdua, terutama Sam yang sering merangkulnya tiba tiba. Membuat Vanessa harus siap setiap saat, agar tidak salah tingkah terhadap semua kelakuan Sam kepada dirinya.

Seperti saat ini, Sam merangkul Vanessa lembut dan berjalan beriringan menuju ke kantin. Tentu saja disana sudah ada teman mereka yang semakin dekat belakangan ini.

"Kalian tuh ya, jangan tebar kemesraan. Gue jadi baper." Ucap Vero bersungut sungut.

"Kalo baper tuh ga usah ngomel, kalo baper makan." Sahut Ardan tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya. Ardan sedang mengerjakan soal essay yang akan dikumpulkan besok oleh guru bidang studinya.

"Itu laper, Kak.... Gak lucu. Garing." Kata Lea. Ardan mengalihkan pandangannya ke adiknya itu. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Lea dan memicingkan matanya.

"Emang ada yang bilang lucu?" Wajah kesal Lea langsung nampak.

"Nyebelin lo, Kak!!" Sungut Lea.

"Makasih, gue juga sayang lo." Lea hanya berusaha sabar mendengar jawaban kakaknya yang semakin melenceng.

"Orang patah hati emang suka konslet." Ucap Lea pelan, tapi Ardan bisa mendengarnya. Dia tersenyum masam. "Ter.Se.Rah." Ucap Ardan penuh penekanan.

"Ekhm... Kita disini mau makan, bukan berantem. Kapan makannya nih. Perut gue udah laper." Ucap Vero menengahi. Keduanya langsung terdiam.

"Kalian mau pesan apa? Biar aku yang pesan." Ucap Varo. Masing masing anak menyembut menu pilihannya dan Varo melangkah pergi untuk memesan.

"Tunggu, Varo. Gue ikut." Ucap Vero sambil menyejajarkan langkahnya dengan Varo. Nampak dari belakang mereka seperti pasangan yang serasi.

"Kayaknya mulai ada benih benih cinta, nih." Ucap Lea sambil terkekeh. Yang lain ikut terkekeh, kecuali Via yang terus memandang Vanessa dan Sam sedari tadi. Memandang Sam dengan tatapan memuja, dan beralih pada Vanessa dengan tatapan menusuk dan wajah masam.

Vanessa yang melihat hal itu secara tidak sengaja langsung menatap Via dengan tatapan dalam. Sampai sampai mata Via seolah terkunci pada mata Vanessa.

"Kita omongin ini nanti." Ucap Vanessa pada Via. Via tidak menjawab, hanya mengalihkan pandangannya. Karena saat itu bertepatan saat Sam menjahili Vanessa dengan mencubit cubit pipi Vanessa sambil merangkul Vanessa erat. Membuat hati dan mata Via panas seketika saat melihatnya.

"Sam... Gausah cubit cubit kenapa sih... Banyak orang disini, gak enak dilihatin." Ucap Vanessa menggenggam tangan Sam lembut dan meletakkannya di atas paha lelaki itu.

Sam yang menyadari perubahan mood Vanessa langsung memandang gadisnya itu. Vanessa yang mengetahui pandangan Sam hanya berkata, "Gak ada apa apa, gak usah khawatir." Ucap Vanessa. Keturunan siapa sih nih? Peka banget. Batin Vanessa.

"Makanan dataanngg...." Seru Vero dengan nyaring. Dia langsung menaruh nampan di mejanya. Vanessa langsung mengambil mie ayam yang dipesan Sam serta mengambil siomay bandung yang dirinya pesan.

"Waahh... Perhatiannya..." Ucap Ardan menatap kedua pasangan itu. Tepatnya menatap Vanessa yang menaruh mie ayam itu di depan Sam. "Calon istri yang baik, bisa melayani suami." Kekehnya. Wajah Vanessa memerah dan tersenyum kikuk mendengar hal itu. Sam terkekeh melihat ekspresi Vanessa yang salah tingkah.

Jika kalian mengira, Ardan akan belas dendam secara diam diam seperti yang ada di novel novel romansa, jawabannya adalah tidak. Dia tidak seburuk itu. Dia memang mencintai Vanessa. Tapi tentu, karena penolakan baik baik sudah diterimanya, maka dia harus mundur. Tidak mungkin dia berambisi memiliki sesuatu yang tidak ditakdirkan untuknya, bukan? Jadi Ardan akan mencoba perlahan lahan untuk mengehntikan perasaan itu.

"Tau deh... Yang udah kakak adikkan." Ucap Sam dibalas cengiran Ardan.

"Kalo Vanessa jadi adik lo, otomatis gue kembarannya dong." Kata Lea percaya diri. "Asik. Gue cantik kayak Vanessa dong." Ardan langsung menonyor kepala saudarinya itu.
"Pede gila." Ucap Ardan memutar bola matanya. Sementara yang lain hanya bisa terkekeh, minus Vanessa yang memang bermuka datar sejak tadi. Dia hanya memandang malas ke segala arah.

★★★★★★★★

Sepulang sekolah, Vanessa keluar terlebih dahulu karena Sam masih bercakap cakap dengan salah satu anak OSIS yang merupakan pengurus kegiatan lomba lomba pada Sumpah Pemuda yang diadakan bulan depan.

Langkah Vanessa bergerak ke toilet. Dia harus membuang yang sedari tadi ditahannya. Vanessa merasa dirinya diikuti dari tadi. Tetapi dia tidak peduli. Tuntutan buang air lebih penting.

Vanessa keluar untuk mencuci tangan, saat mendengar suara, "Kena lo!" Seru seseorang. Vanessa cepat cepat menoleh dan menemukan Angel disana. Dia mengumpat dalam hati.

"Mau ngapain lo?" Ucap Vanessa tidak takut. Dia sudah berjanji kepada Sam kalau dia akan berjuang.

"Gue? Pasti lo tau lah apa mau gue." Ucap Angel. Dia melangkah cepat dan menarik Vanessa masuk ke kamar mandi. Mendorong Vanessa ke dinding kamar mandi hingga Vanessa meringis saat punggungnya terasa benar benar nyeri. Tidak hanya sampai disana, Angel langsung menjambak rambut Vanessa dan menampar wajah Vanessa. Dia juga mengoyakkan baju Vanessa hingga bajunya tak berbentuk, memperlihatkan pakaian dalamnya yang berwarna hitam terlihat. Dia yakin tidak akan keluar dari kamar mandi setelah ini, karena tidak ingin menjadi objek fantasi liar lelaki di sekolah ini.

Air matanya tidak turun. Dia tidak akan menangis hanya karena hal seperti ini. "Lo bukan cewek, Angel." Lirihnya sambil meringis karena tubuhnya disiram air oleh Angel. Angel tidak menanggapi, tetapi wajahnya terlihat geram. Angel menyeringai dan pergi setelah menampar Vanessa lagi. Vanessa terduduk dan mengatur nafasnya. Dia meringis saat mendapati darah di sekitar mulutnya. Dia bangkit berdiri tertatih tatih dan mengambil ponsel yang ada di tasnya.

"S-sam..." Ucap Vanessa pelan, saat seseorang yang ia hubungi mengangkat teleponnya.

"Kamu dimana, Ness?!" Tersirat kekhawatiran di dalam suara Sam.

"Aku di kamar mandi." Lirihnya. Bibirnya sangat ngilu untuk bicara.

"Tunggu disana." Sam mematikan sambungannya.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu di dobrak. "Vanessa..." Ucap Sam meringis ngeri melihat keadaan Vanessa.

"Lepas semua baju kamu. Ganti pakai ini." Ucap Sam sambil mengambil baju basket beserta celananya dari tasnya.

Vanessa mengambil baju Sam dan mencoba berjalan masuk ke toilet, tetapi terjatuh karena kakinya terkilir. Sam dengan sigap menangkapnya dan membuka pakaian Vanessa tanpa berpikir panjang, juga rok Vanessa, lalu memakaikan pakaian basketnya.

Sam tidak memikirkan kenyataan bahwa dia secara tidak langsung dapat dikatakan 'menelanjangi' Vanessa. Dia juga tidak sempat punya pikiran kotor dan berfantasi liar tentang Vanessa. Yang terpenting adalah Vanessa tidak masuk angin saat ini, dan dia tidak ingin gadisnya ini jatuh sakit.

Dia memasukkan pakaian Vanessa ke dalam katong plastik yang tadinya ia gunakan untuk mengantongi pakaian basketnya. Kemudian dia memasukkannya ke tasnya dan menenteng tasnya dan tas Vanessa bersamaan di kedua punggungnya. Kemudian dia mengangkat tubuh Vanessa yang lemah dan keluar dari kamar mandi. Dia melihat ada semburat merah di wajah lelah Vanessa. Dia tersenyum menatap Vanessa yang masih sempat sempatnya merona di saat seperti ini.

"Siapa yang ngelakuin ini ke kamu?"

"Kamu gak perlu tau." Vanessa mendekatkan kepalanya ke dada Sam, mencari kehangatan karena tubuhnya yang kedinginan. Sam tidak dapat memaksa Vanessa dalam keadaan seperti ini. Dia akan menanyakannya lagi nanti, saat Vanessa sudah lebih baik.

★★★★★★★★

Hai hai... New Chapter.

Mungkin telat, tapi Happy Independence Day yang ke-71 yaa...

Gimana tuh Vanessa mulai di-bully sama Angel.

Oke, Vomments terus ya, biar aku makin semangat nulis:))

Callista

Our Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang