"Hah?! Seriusan?" Teriak Via dan Vero bersamaan dengan histeris. Vanessa hanya memutar bola matanya jengah sambil berusaha menetralkan telinganya yang dipenuhi denging suara Via dan Vero.
"Hm." Balas Vanessa.
"Sumpah... Lo gila, Ness... Bisa menaklukkan cogan es di Eldera ini. Ckckck... Salut gue." Ucap Vero sambil bertepuk tangan kagum. Vanessa menghela nafas lelah. Padahal dia hanya memberitahu mereka kalau dia menginap di rumah Sam, dan juga bersahabat dengan most wanted itu, dan mereka langsung histeris. Dasar fans berat, pikir Vanessa.
"Eh, Ness... Lo bener bener gak ada apa apa, kan sama Sam? Gu-gue takut hubungan lo gak cuma sahabatan sama dia." Ucap Via mellow.
"Gak percaya banget." Ucap Vanessa pada Via.
"Bu-bukan gituu..." Elak Via. "Gue cuma takut kita suka orang yang sama, dan itu bawa pengaruh sama persahabatan kita." Lanjut Via.
"Drama banget." Ucap Vanessa datar. Tapi sebenarnya, dalam hati dia juga mencemaskan hal itu. Dari buku buku novel yang dibacanya, cowok sama cewek gak akan bisa sahabatan, karena salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan rasa duluan. Itu yang ia cemaskan.
"Pagi, Vanessa." Ucap seseorang yang diikuti beberapa orang lainnya di belakangnya. Sam dan teman temannya.
"Ciee... Disini ada tiga cewek, tapi yang disapa cuma Vanessa." Ucap Lea menggoda Sam sambil menjawil dagu laki laki itu.
"Eh, iya. Pagi, Via, err... Siapa nama lo?" Ucap Sam menggaruk kepalanya, tanda sedang berpikir.
"Ish... Gue Vero." Ucap Vero sebal. "Giliran cewek cantik aja diinget." Lanjutnya sebal. Yang lain hanya terkekeh.
"Sorry sorry..." Ucap Sam.
"Pagi, Vanessa." Ucap Ardan sambil mengedipkan sebelah matanya. Jika Vanessa adalah Via dan Vero, dia pasti sudah berusaha menahan jeritannya seperti yang mereka lakukan sekarang. Tetapi Vanessa tidak begitu. Dia hanya memutar bola mata malas.
"Hm." Ucap Vanessa seadanya.
"Boleh minta nomor telepon?" Ucap Ardan langsung tanpa malu. Membuat semua orang tertawa, kecuali Ardan dan Vanessa.
"Gak." Ucap Vanessa cuek. Derai tawa kembali terdengar. Ardan mendengus kesal, begitu pun Vanessa.
"Oke, oke... Mana HP lo." Ucap Vanessa datar. Ardan tersenyum sumringah dan menyerhkan HP nya.
Setelah me-save nomor HP nya, Vanessa mengembalikannya kepada Ardan.
"Thanks, Ness." Vanessa hanya mengangguk.
"Eh, perasaan Vanessa gak akan segampang itu ngasih nomor HP nya ke orang lain deh, apalagi cowok. Jangan jangan... Lo suka lagi sama si Ardan." Ucap Via jahil. Vanessa menenggelamkan wajahnya di lekukan tangannya, tidak berniat menjawab pertanyaan Via sama sekali.
"Lo gak segampang itu ngasih nomor HP lo, Ness.." Ucap Vero ikut ikutan.
"Hm."
"Terus sekarang lo kasihin ke orang lain?!"
"Hm."
"Dan orang itu belum lo kenal baik?!"
"Hm."
"Apalagi itu cowok, Ness?!!"
"Hm."
"Lo suka ya sama dia?" Kali ini Sam yang bersuara.
"Hm."
Semua orang terperangah menatap Vanessa. "L-lo, suka sama Ardan?" Ucap Lea tak percaya. Sementara Ardan hanya bersikap biasa saja. Padahal, dalam hatinya ia berbunga bunga, saat Vanessa berkata seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Teen FictionOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...