Lima

13.8K 884 25
                                        

Fuh... Akhirnya bisa posting juga. untuk kali ini saya ambil sudut pertama bukan dari tokoh utama cerita, memang sedikit melenceng dari Pre-Word, tapi apa daya, saya suka dengan karakter orang ini sebenarnya :D

Selamat membaca.

K.S.

***

Mau membuat perjanjian denganku?

Semua bermula dari penawaran orang itu kepadaku yang aku setujui begitu saja. Entah aku harus merasa bahagia atau sedih dengan keputusanku. Dia kini ada dalam kehidupanku kembali meski dia tidak benar-benar menerimaku tapi dia juga tidak menolakku.

Kuhisap dalam putung rokokku yang hampir habis dan kuhembuskan asapnya melalui mulutku. Bekerja selama hampir lima belas jam per hari terasa begitu melelahkan, tapi aku tidak bisa menyerah, setidaknya sampai aku membayar semua uang yang di keluarkan orang itu untuk Kartika. Aku merasa begitu lemah akan tatapan Kartika kala itu kepadaku, setelah bayi perempuannya lahir ke dunia ini.

"Kenapa kamu menerima uang darinya? Kenapa kamu tidak meninggalkanku sendiri?" ucapnya yang masih teringat jelas dalam pikiranku. Aku hanya bisa terdiam mendengarkan dan pergi meninggalkannya. Aku tidak bisa menjawab pertanyannya.

Aku tahu aku salah telah menerima uang darinya, tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Aku membutuhkannya untuk biaya persalinan dan perawatan terbaik untuk Kartika dan bayinya.

Aku tidak bisa meninggalkannya. Aku tidak bisa meninggalkan Kartika sendirian saat itu bahkan kapanpun. Aku menyayanginya. Bahkan aku mencintainya sebagai seorang wanita bukan saudara. Aku tahu ini salah dan aku sudah merenungkan perasaanku sendiri. Meski aku mencoba membuang rasa cintaku padanya, bukan berarti aku bisa membuang rasa sayangku padanya.

Walaupun aku tidak bisa menjadi pria dalam hidupnya, setidaknya aku akan mencoba menjadi kakaknya seperti dulu, yang selalu melindunginya dan melihat senyumannya meski bukan untukku.

"Om Nata..." teriakan melingking yang khas terdengar dari kejahuan. Aku membuang putung rokokku, lalu menginjaknya hingga mati. Aku berdiri dari tempatku duduk dan menangkap gadis mungil yang kini melompat ke arahku.

Aku merogoh kantong jaketku sambil menggendong gadis mungil yang kini berusia empat tahun, lalu mengeluarkan sebuah lollipop berwarna pelangi besar dengan bentuk love, "lollipop untuk keponakan om yang paling cantik."

"Anet suka permen," ujarnya sambil mengambil permen lollipop dari tanganku. Anet tersenyum begitu lebar menampakan gigi susunya yang mulai ompong karena penggantian gigi barunya. Dia menatapku dengan binaran cahaya yang menyilaukan yang kusukai akhir-akhir ini, meski sebelumnya aku tidak menyukainya.

Sorot matanya sama dengan pria itu. Pria yang mengambil hati Kartika yang tidak pernah bisa aku dapatkan. Pria yang berhasil membuat Kartika tersenyum kembali. Dan juga pria yang membuat Kartika bersembunyi dari dirinya karena posisinya yang memojokan Kartika dan membuatnya mengalami pengalaman buruk.

"Berhenti memberinya permen setiap kemari, kak Nathan. Lihatlah giginya menjadi lubang," ucap Kartika yang berdiri di sampingku dengan kesal. Aku memberikan senyumanku padanya.

Dia benar-benar berusaha menjadi dirinya sendiri seperti Kartika yang kukenal. Kartika yang berbicara apa adanya padaku sebelum kejadian itu, seperti janjinya kepadaku saat dia memintaku berhenti dari pekerjaanku.dia juga memanggilku dengan nama asliku, Nathan bukan Nata, nama baruku sejak aku tinggal di pulau ini bersamanya. Bahkan dia memintaku memanggil namanya bukan nama lain saat kita bersama.

"Aku berkunjung seminggu sekali, tidak terlalu sering. Lagipula giginya tidak berlubang karena permen tapi berlubang karena gigi dewasanya ingin segera keluar menggantikan gigi susunya," jawabku sambil mencubit hidung mungil gadis kecil dalam gendonganku. Gadis kecil dengan bentuk muka, mulut dan rambut sama seperti Kartika. Dia benar-benar pencampuran dari pria itu dan Kartika.

His Eyes on Her  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang