Dua

16.4K 928 47
                                        

Cahaya remang lampu di atas nakas berhasil membangunkanku. Aku membuka mataku sambil merubah posisi tidurku dengan berbaring menatap langit-langit. Lengan panjang yang kokoh terasa di atas kulit perutku tanpa sehelai kain yang menghalangi di balik selimut. Kutolehkan kepalaku ke samping, menatap wajah yang selalu membuat jantung berdebar tidak karuan sedang tertidur nyenyak disampingku. Kuubah posisi tidurku hingga berhadaban dengannya. Kuusap rambutnya yang pendek tapi lembut dengan tanganku.

Aku menyukainya. Aku menyukai lelaki di hadapanku sejak pertama aku melihatnya terlungkap di atas pasir terkena hempasan ombak kecil dengan cahaya matahari pagi yang menyelimuti tubuhnya.

"Kenapa kamu selalu membuatku menunggu?" Perlahan matanya yang tajam dan indah terbuka menatapku, " jika ingin menciumku laku-"

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Aku segera menutup mulut seksinya dengan mulutku. Aku bisa merasakan senyuman di bibirnya. Ia pun meraih tengkuk belakangku dan mendekap erat tubuhku dengan masih mengecup dalam bibirku.

Aku segera melepas ciumanku sebelum terlambat, "aku menyukai wajah tidur kak Surya yang terlihat tampan seperti seorang pangeran tidur."

Ia menatapku sejenak, lalu senyuman lembut hadir di wajahnya, "tidak ada pangeran tidur. Yang ada putri tidur yang menunggu pangeran datang untuk membangunkannya."

Tawa kecil mulai terdengar dari mulutku. Aku mendekatkan tubuhku padanya dan menenggelamkan wajahku pada dadanya yang keras sambil menghirup aroma musk dari tubuhnya dengan memeluk erat tubuh hangatnya. Ia pun mempererat pelukanku dengan melingkarkan tangannya pada punggung dan pinggulku, sehingga kaki kita saling bertaut satu sama lain.

"Sembilan."

"Hum ..."

"Aku ingin memiliki Sembilan anak laki-laki," ulangnya yang berhasil membuatku mendongakan kepalaku untuk melihat wajahnya saat mengucapkannya.

Aku mengerutkan dahiku dan menatap tajam ke arahnya yang masih tersenyum, "kak Surya mau aku melahirkan Sembilan kali?"

"Tentu tidak sayang. Jika kamu melahirkan Sembilan kali akan mengurangi jatahku bersamamu. Aku akan membuatmu melahirkan anak kembar. Jadi kamu hanya perlu melahirkan tiga kali dengan tiga anak kembar setiap kali melahirkan." Ia memberikan seringaiannya yang entah membuatku kesal. Aku mengigit pundaknya sedikit keras tanpa membuatnya terluka tapi cukup menyakitkan sehingga bekas gigitanku terlihat. Ia melepas pelukannya padaku, bangkit dari tempatnya berdiri dan sekarang duduk sambil menatap tajam ke arahku dengan memegang pundaknya yang kugigit.

Aku meliriknya sekilas dan mengalihkan pandanganku padanya, "jangan bicara sembarangan," ucapku dengan nada merajuk.

Dia tertawa melihat wajah merajukku. Ia kembali membaringkan tubuhnya di sampingku dan mencium lembut dahiku yang masih berkerut, "aku hanya bercanda, sayang."

"Kenapa Sembilan laki-laki?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya kembali. Jujur saja tubuh hangatnya membuatku nyaman setiap kali memeluknya.

"Karena aku ingin membentuk tim baseball keluarga Kandou, jadi perlu Sembilan anak untuk bermain. Untuk cadangannya kita bisa merekut anak Dimas atau Alice saat mereka menikah."

Aku memukul pelan dadanya, "kenapa harus laki-laki? Kak Surya tidak ingin anak perempuan?"

"Tentu saja aku ingin anak perempuan yang cantik sepertimu, tapi setelah kita membuat Sembilan anak laki-laki."

Aku mendengus menyerah dengan arah percakapannya. Terkadang kak Surya mengangkat topic pembicaraan yang tak kumengerti atau lebih tepatnya tidak masuk akal. Aku bahkan selalu kalah setiap berdebat denannya. Mungkin karena misi hidupnya yang tidak mau dibantah membuatnya selalu unggul dalam setiap percakapan.

His Eyes on Her  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang