Senin adalah awal dari minggu neraka bagi para pekerja. Pagi-pagi buta mereka yang bekerja sudah harus mempersiapkan diri mulai dari pakaian yang mereka kenakan untuk menemui klien, berkas pekerjaan yang disiapkan sebelum akhir pekan maupun mental untuk menghadapi awal minggu yang selalu dipenuhi dengan kepenatan. Namun semua hal yang di rasakan para pekerja tidak pernah di rasakan oleh seorang pria yang kini sedang bersenandung dengan langkahnya yang santai. Dengan setelan jas berwarna abu-abu, pria itu memasuki gedung RDK Corp.
Tanpa perlu repot menempelkan kartu, dia melompati penghalang kaca yang biasanya terbuka otomatis jika karyawan perusahan menempelkan kartu identitasnya. Beberapa penjaga terdekat menghampirinya untuk mencegahnya, tapi dengan gerakan cepat pria itu membanting begitu saja penjaga yang hendak menyekalnya.
"Ah ... pagi-pagi kalian sudah membuatku mengeluarkan tenaga dengan sia-sia," ucap pria tersebut sambil merapikan setelan jasnya yang sedikit kusut karena gerakan membantingnya dan helaian rambutnya yang terjatuh kedepan, dimana ia kembalikan kebelakang, lalu mengusap jambang tipisnya.
"Ada apa ini?" Fajri kepala keamanan yang mendapat kabar ada keributan segera muncul ke tempat keributan. Pria tadi mengangkat tangan kanannya dan melambai kepada Fajri.
"Yo! Long time no see, my friend," sapa pria itu kepada Fajri.
"Apa yang kamu lakukan disini Andrew?" tanya Fajri dengan wajah tidak bersahabat.
"Hanya ingin mengunjungi keluarga sendiri," jawabnya dengan senyuman tipis di wajahnya.
Fajri membuang napas pendek dan menyuruh anak buahnya untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Karena Andrew adalah tanggung jawabnya. Fajri berjalan ke arah Andrew yang sudah berdiri di depan lift setelah menekan tombol ke atas.
"Jadi kantornya ada di lantai berapa?" tanya Andrew kepada Fajri dimana kini sedang menatap bingung ke arah Andrew, "Alice." Andrew memperjelas siapa yang dia cari saat sudah berdiri di dalam lift yang sudah terbuka.
"Jika Leonardo mengetahui kamu ada di gedung ini, dia akan marah besar," kata Fajri memperingati Andrew sambil menahan pintu lift dengan kedua tangannya.
Andrew berdecak kesal mendengar peringatan Fajri padanya. Dia menarik tubuh Fajri ke dalam lift dan membiarkan lift tertutup, "aku kemari untuk bertemu dengan saudariku, adikku Alice. Aku tidak peduli dengan tuan besarmu itu Leonardo. Sejak kapan kamu menjadi penakut seperti ini Fajri? Kamu tidak seperti Fajri, teman SMA ku yang kukenal."
"Kamu juga tidak seperti Andrew temanku yang membenci cara kotor yang kamu lakukan," balas Fajri dengan nada tegasnya.
"Aku tetap Andrew yang membenci cara kotor, hanya saja Andrew di hadapanmu itu sangat pintar memanfaatkan kesempatan di depan matanya bukan Andrew naif yang selalu menutup mata akan kesempatan yang ada. Jadi di lantai berapa kantor Alice?" jelasnya dengan seringaian di sudut bibirnya.
Fajri langsung menekan tombol dua belas tanpa perlu menjawab pertanyaan Andrew padanya. "Aku akan mengantarmu kesana," gumamnya pelan sambil menatap lurus pintu lift yang masih tertutup.
"Segitu curiganya dirimu denganku? Apa kamu masih marah akan kejadian itu?" tanya Andrew yang tidak mendapat jawaban dari Fajri, "itu sudah empat tahun berlalu, lagipula aku tidak melakukan apapun. Aku hanya meminjamkan anak buahku saja tidak lebih, ah juga sebuah kapal, " lanjut Andrew dengan tawa kecilnya.
"Hanya meminjamkan anak buah?" Fajri menoleh ke arah Andrew yang berdiri di sampingnya, "karena bantuanmu Kartika menghilang dan menghancurkan kehidupannya."
"Ayolah, hidupnya tidak benar-benar hancur. Dia masih sehat bisa pergi ke kantor setiap hari, bahkan kudengar dia kadang masih bermain di klab malam dengan beberapa wanita, bukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
His Eyes on Her ✔
ChickLitQuality: Raw Rate:21+ Status: 16 to 16 (Completed) Started: 21 Juli 2016 End: 25 September 2016 Rank: #10 ChickLit 26/09/2016 • Squeal of her sweet breath Menjadi ibu tunggal bukanlah perkara mudah. Ia harus bekerja dan mengurus anak perempuannya...