Aurel meminum gelas kelimanya dengan kalap. Tangannya gemetar tak karuhan. Keringat dingin juga menghiasi dahinya.
Perlahan, Aurel menyilangkan kedua tangannya di tubuhnya. Merasakan hangatnya pelukan Arkan yang masih melekat dalam tubuhnya.
Aurel mengatur napasnya perlahan, lalu kembali mengisi gelas keenamnya dengan air dispenser.
Pintu dapur tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Arkan yang tadi ditahan oleh Ata untuk mengejar Aurel.
Aurel menjatuhkan gelasnya dan mundur perlahan, "Kamu?!"
Arkan tersenyum sambil menampakkan wajah sendunya, "Aku kangen kamu, Rel.."
Napas Aurel tersendat-sendat, lalu air matanya mulai keluar.
Arkan mendekatkan tubuhnya, lalu kembali memeluk Aurel.
Aurel meronta dalam tangisnya. Ia memukul-mukul punggung Arkan, tanda pemberontakkannya.
"Kamu.. jangan sekali-sekali dekati saya lagi!" Bentak Aurel.
"Kamu nggak pernah mau mendengarkan penjelasanku, Rel.. Kenapa tidak kamu coba dengarkan sekali saja?" Ucap Arkan sambil mengeratkan pelukannya.
"Arkan!" Pintu dapur kembali terbuka dan menampilkan sosok Ata dengan wajah marahnya, "Jauhkan tubuh kamu dari Aurel!"
"Dia.. adalah alasanku sekolah di luar negeri. Dia adalah alasanku mau sekolah, Kak. Jangan ganggu aku!" Bentak Arkan.
Ata menarik paksa tubuh Arkan lalu menghantam pipinya. Ata terkejut atas apa yang baru saja ia lakukan, sehingga ia segera memegang pipi Arkan, "M-maaf Ar.. kakak nggak sadar."
Arkan memegang pipinya dan tidak mempedulikan ucapan Ata barusan. Ia terus menoleh ke arah Aurel yang ada di belakang Ata.
Aurel menunduk sambil terus berusaha mengatur napasnya.
"Rel.. kamu harus dengar penjelasanku dulu!" Teriak Arkan.
Ata melirik ke arah Aurel yang sedari tadi tak bisa mengatur napasnya. Ata baru menyadari bahwa.. Aurel terkena asma!
Ata menimang-nimang sebentar, lalu matanya bergantian melirik Arkan dan Aurel. Tiba-tiba ia memegang lengan Aurel, lalu menariknya agar masuk ke dalam rangkulannya, "Dia pacar Kakak."
Mata Arkan yang awalnya terfokus pada Aurel berubah menatap Ata. Begitu juga dengan Aurel.
"Kakak bohong," ucap Arkan sambil tertawa tak percaya.
Ata mengeratkan pelukannya pada Aurel, "Aku akan bawa Aurel pergi."
Ata menabrak tubuh Arkan sambil terus merangkul Aurel. Alasannya membawa Aurel pergi adalah karena ia tak sanggup melihat mata sendu adiknya. Ia lebih baik melihat mata berandal Arkan daripada menatap mata sedihnya tadi.
Semua perhatian karyawan tertuju pada bosnya yang sedang merangkul sekertarisnya yang bahkan baru hari ini direkrut.
"Kamu punya asma ya?" Tanya Ata.
Sambil terus berusaha mengatur napasnya, Aurel mengangguk, "Y-ya.."
"Di mana inhalermu(alat bantu pernapasan)?"
"D-di dalam tashh.. hah.." ucap Aurel tersendat-sendat.
"Kamu duduk-- Ah! Nanti Arkan malah mengejar kamu.. ikut saya ke atas ya? Kita naik lift saja," ucap Ata tanpa melepaskan rangkulannya.
Di dalam lift, bukannya membaik, asma Aurel semakin menjadi karena tidak adanya udara segar. Ata mencemaskan Aurel yang sedari tadi membuka lebar mulutnya karena kehabisan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Ex [[Nikahin Mantan]]
RomanceBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang sudah kodratnya untuk dihindari? Serasa ingin menghilang dari muka bumi? Tapi yang dialami oleh Aurel beda. Bukannya semakin menjauh, namun ia malah menikah dengan m...