Arkan masih senyum-senyum mengingat kejadian di mana ia mendapat 'ciuman' dari Aurel tadi.
Saat ini ia berada di ruang tamu rumah Aurel. Duduk sambil menggosok-gosok kepalanya dengan handuk yang Aurel lemparkan dari atas.
Arkan kembali tersenyum. Aurel masih perhatian padanya. Itu yang ia pikirkan.
Mbok Dina datang sambil membawakan kopi susu dan beberapa cemilan. Suatu kebiasaan khusus yang dulu sering Arkan lakukan.
"Nah.. ini kopi susu spesial buat Mas Arkan.." Mbok Dina tersenyum.
"Makasih ya Mbok!" ucap Arkan sambil membuka toples jajan stik balado.
Dia sudah terbiasa seperti ini. Jadi ia tidak sungkan ataupun gengsi jika meminta apapun pada Mbok Dina.
Arkan memakan stik balado sambil menyalakan tivi di hadapannya.
Ia fokus memperhatikan tivi selama beberapa saat sampai akhirnya derap langkah menuruni tangga terdengar di kuping Arkan.
Arkan menoleh dan mendapati Aurel turun dengan mata terbelalaknya.
"Kok belum pulang?!" tanya Aurel dengan nada mengusirnya.
Arkan memamerkan deretan giginya, "Masih pengin di sini. Emang kenapa? Nggak boleh?"
Aurel memutar bola matanya, "Kamu pikir ini hotel? Penginapan? Ini rumahku! Pulang sana!"
Arkan menggeleng pelan, "Nggak mau."
Aurel berkacak pinggang, "Pulang atau.."
"Atau apa?" tanya Arkan saat Aurel terlihat memikirkan sesuatu.
"Atau.. atau.. aku aduin ke Mama! Ya! Atau aku aduin ke Mama?" tanya Aurel.
Arkan yang sedang makan stik balado tadi ingin tertawa, sehingga ia tersedak dan meminum kopi susu yang ternyata masih panas. Ia memeletkan lidahnya, merasakan panas yang membakar lidahnya.
"Aduhh goblok!" umpat Arkan sambil terus memelet-meletkan lidahnya.
Ini yang tidak Aurel suka. Arkan suka mengumpat.
"Kapok!! Rasain!" ucap Aurel lalu berbalik badan, hendak kembali ke kamarnya.
Arkan tiba-tiba mencekal lengan Aurel. Saat Aurel hendak balik badan, Arkan terlebih dahulu memeluk tubuh mungil Aurel dari belakang.
Aurel meronta meminta dilepaskan. Tapi semakin Aurel meronta, semakin erat pula pelukan Arkan dalam tubuh Aurel.
"Sekarang aku sudah bisa renang, Rel. Jadi aku bisa melindungi kamu di manapun kamu kesusahan," ucap Arkan.
Aurel diam sejenak, "A-aku pacar Kakakmu, Ar!" Dengan berani Aurel menyebutkan bahwa ia adalah kekasih dari Ata, "A-aku bakal dilindungin sama Kak Ata!"
Arkan sedikit melonggarkan pelukannya, namum segera merekatkannya kembali saat Aurel hendak berlari.
"Apa yang kamu suka dari Kak Ata?" tanya Arkan.
Aurel gugup, "Ehmm, Kak Ata baik, pandai, profesional, ehmm apa lagi yaa.. Ah! Ganteng, keren, pokoknya gitu deh!"
"Apa kamu mau menikahinya?" Skakmat dari Arkan.
Aurel terdiam lama.
Arkan meletakkan kepalanya di pundak Aurel lalu berbisik lirih, "Aku masih sangat mencintai kamu, Rel."
Lutut Aurel bergetar. Ia tidak kuat menahan beban badannya lagi. Pikirannya melayang ke mana-mana, tidak bisa fokus sama sekali.
"Kalian kalau masih berpelukan seperti itu, tanggal pernikahan kalian bakal Mama majukan jadi besok loh ya!" ucap Mama Aurel membuat keduanya menoleh.
Aurel mencubit pelan lengan Arkan sampai Arkan melepaskan pelukannya.
"Dimajuin nanti malam juga boleh, Te.." Arkan tersenyum dengan senyum tengilnya itu.
Aurel menghampiri Mamanya, "Mama baru dari mana?"
"Mama habis arisan di rumah Mbak Tata. Mama dapet Rel!! Mungkin Tuhan tahu kalau kamu sedang bersiap untuk menikah," ucap Mama Aurel sambil memamerkan senyumnya.
Arkan tersenyum lebar. Tidak dengan Aurel yang menampakkan wajah kesalnya, "Aurel nggak mau nikah sama dia, Ma," ucap Aurel sambil menunjuk wajah Arkan.
Mama Aurel tersenyum, "Apa ponsel kamu mati?"
Aurel mengangguk, "Iya. Kok Mama tau? Mama telpon Aurel? Aduh.. maaf ya M--"
"Cek ponselmu sekarang. Segera cek notifikasi kamu," ucap Mama Aurel lalu melirik Arkan, "Ponsel kamu?"
Arkan merogoh saku celananya, "Basah kemasukan air, Te. Emangnya ada apa ya?"
Mama Aurel tersenyum penuh arti, "Kalian habis main basah-basahan?" goda Mama Aurel, "Kalian siap-siap aja ya.. Mama tinggal dulu ke kamar."
Setelah Mama Aurel berlalu, keduanya masih mematung di tempat masing-masing.
Arkan memukul-mukulkan ponselnya yang ternyata masih menyala. Ia membuka ponselnya lalu tersenyum lebar.
"Kenapa?" tanya Aurel ingin tahu.
"Nggak punya paket data," Arkan tersenyum malu, "Password wifinya apa?"
Aurel mendengus, sambil memutar bola matanya, "Masih sama kayak dulu. Cepet aku pengin tahu apa yang dimaksud Mama." Aurel menghampiri Arkan, berdiri di sampingnya.
Arkan segera memasukkan password wifinya, lalu notifikasi ponsel Arkan penuh seketika.
10,514 messages from 9,700 chats on whatsapp.
999+ messages on line.
100 SMS.
999+ dm on instagram.
999+ new messages on gmail.
999+ chats on messenger.Arkan melotot dibuatnya. Dibukanya salah satu pesan yang mengatakan::
Arkan!! Lo balikan sama Aurel? Ceileh bro, udah mau kawin aja lo. Gue doain yang terbaik buat elo. Dan sorry kayaknya gue nggak bisa dateng ke nikahan elo bcs barengan sama nikahan dedek gue. Gausa khawatir, amplopnya gue titipin si Reja kok#mogaRejagakorup. Yowda, slmt menempuh hidup baroehhh.. CIE CALON MANTENNNN!!😘
Arkan melirik Aurel yang sedang memelototkan matanya, "Ap-APA?!"
Masih tidak percaya, Arkan kembali membuka salah satu pesan dari temannya, Sari. Begini isinya::
📷 Photo
Heh! Makasih buat undangannya, tapi gue gasuka warna pink dan ga semua orang suka pink. Tolong lain kali jangan warna pink#ehlainkali#elunikahlagidong😂 Udah gitu, gue gasuka warna oren di bunganya yang gak nyambung banget sama pink di undangannya. Kotaknya sih bagus, tapi begitu gue liat pengantinnya gue kaget. Moga Aurel betah sama lo. Amin.
Aurel menyahut ponsel Arkan lalu membaca pesan-pesan lainnya. Aurel melotot, kakinya lemas seketika, sampai akhirnya ia hampir jatuh sebelum Arkan menahan tubuhnya.
Ponsel Arkan terjatuh. Arkan tidak peduli. Wanita di dekapannya masih terus melotot sambil menganga. Beberapa detik kemudian matanya terpejam, dan tubuhnya melemas.
Aurel jatuh pingsan.
••
Selamat Hari Raya Idul Adha!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Ex [[Nikahin Mantan]]
RomansaBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang sudah kodratnya untuk dihindari? Serasa ingin menghilang dari muka bumi? Tapi yang dialami oleh Aurel beda. Bukannya semakin menjauh, namun ia malah menikah dengan m...