Aurel sedang menata rambutnya di depan cermin sambil bersenandung kecil mengikuti lagu yang keluar dari ponselnya.
Teng ning nong...
Bel rumah berbunyi.
Aurel menoleh ke arah pintu, 'Hmm mungkin Arkan sedang mandi.'
Aurel putuskan keluar dari kamarnya lalu membuka pintu.
"Siap-"
Aurel terkesiap ketika seseorang memeluknya terlebih dahulu.
"-pa.. Apa yang Bapak lakukan?" tanya Aurel begitu mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Ata, bosnya sekaligus kakak iparnya.
"Sa-saya hanya ingin memeluk kamu, Rel. Sebentar saja," ucap Ata.
"Siap-- Hei! Apa yang Kakak lakukan?" Arkan berjalan menuju pintu walau ia hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya.
Ata melepaskan pelukannya lalu tersenyum. Ia bergerak melangkah menuju Arkan lalu giliran memeluknya, "Maaf kemarin Kakak tidak bisa datang. Kakak mau memberi selamat."
Arkan terkejut, lalu balas memeluk Kakaknya, "Kemarin Kakak ke mana?"
Ata melepas pelukannya sebentar, "Suatu tempat," sambil tersenyum.
Aurel ikut mendekat ke mereka, "Ar, kamu masuk dulu sana. Pake baju. Kak Ata duduk dulu, Aurel buatin minum."
Ata tersenyum lalu duduk di sofa depan teve lalu menyalakan tevenya.
Sedang Arkan masih kebingungan dengan Kakaknya, Aurel segera mendorongnya menuju kamar, "Udah, kamu ganti baju sana. Hobi kok gak pake baju."
Arkan manyun sebentar, "Kamu mau ngapain emangnya habis ini? Nemenin Kak Ata gitu?"
"Arkannn, aku kan udah bilang, aku mau buat minum. Kalo ada bahan masakan sih sekalian masak juga biar bisa sarapan bareng," ucap Aurel berbisik, agar Ata tidak mendengarnya.
"Emang kamu tahu dapurnya di mana?" Arkan melipat kedua tangannya di dada polosnya.
Aurel menoleh ke arah Arkan, lalu menunjukkan deretan giginya, "Enggak."
Arkan tersenyum, "Ayo aku antarkan sebentar," sambil mencubit pipi Aurel.
Aurel mendumal kesal karena Arkan mencubit pipinya. Ia mengikuti Arkan untuk menuju ke dapur.
Setelah sampai di dapur, Arkan menunjukkan letak peralatan memasak, serta kulkas berada, lengkap dengan bumbu-bumbunya.
"Oh, yaudah makasih. Kamu sana, aku mau masak," ucap Aurel sambil menarik celemek di sampiran, "Eh, kan Kak Ata di depan. Aku buatin kopi dulu aja deh."
Bukannya kembali, Arkan malah menyandar di sisi dapur, sambil melipat kedua tangannya di dada. Menatap kesibukan Aurel saat ini.
Yang ditatap pun akhirnya menoleh, "Kalo kamu gak balik-balik, bukan dada ayam yang aku potong. Dada kamu yang bakal aku potong," sambil mengangkat pisau di tangan kanannya.
Arkan terkikik, "Iya iyaaa.." lalu akhirnya kembali.
••
Aurel tersenyum bahagia melihat masakannya hari ini.
Ayam goreng tepung, sop sehat, tahu tempe, lengkap dengan sambal teri segar di sampingnya.
Sederhana memang, tapi jangan diragukan lagi rasa masakan hasil karya Aurel.
Ia melepas celemeknya, lalu memanggil kedua lelaki yang sepertinya terlibat dalam pembicaraan serius di depan teve.
"Kalian ngapain? Serius banget," ucap Aurel, "Makanan sudah siap, ayo sarapan dulu."
Arkan mengangguk lalu berjalan mendahului Ata yang berwajah lesu.
'Ada apa?'
Mereka duduk bersama di meja makan dengan posisi Arkan di samping Ata, sedangkan Aurel tepat di depan Arkan.
"Maaf ya Kak, makanannya sederhana. Belum belanja soalnya," ucap Aurel sambil tersenyum pada Ata.
Ata ikut tersenyum, "Iya, nggak apa."
Arkan manyun sedari tadi, lalu melipat kedua tangannya di dada.
Aurel mengambil piring lalu mengambil nasi. Setelah itu, ia meletakkan piringnya tadi di hadapannya.
Arkan melotot, "Aku kok gak diambilin sih, Rel?"
Aurel kebingungan, "Kamu kan punya tangan, Ar. Jangan manja deh."
Arkan semakin manyun dibuatnya, lalu menyendok nasi diikuti oleh Ata.
Mereka makan dalam diam, sampai akhirnya Ata menyeletuk, "Masakan kamu enak, Rel."
Aurel tersenyum lebar, "Makasih Kak."
Arkan kembali manyun, lalu ia meneguk airnya dengan kasar, dan menghentakkan gelasnya di meja.
"Pelan-pelan dong, Ar.." ucap Aurel.
"Tujuan Kakak ke sini mau ngapain?" tukas Arkan tegas.
"Hush, Arkan."
"Tujuan Kakak ke sini mau menjemput Aurel. Bukankah Aurel masih sekertaris Kakak? Dia masih dalam masa uji coba 2 bulan." tanya Ata.
"Iy--"
"Tidak. Dia akan segera mengajukan pengunduran dirinya," ucap Arkan enteng, "Dia akan menjadi sekertarisku."
"Benar begitu Rel?" tanya Ata.
"Nggak kok, Kak. Saya masih tetep jadi sekertaris Kakak," tegas Aurel yang mendapat pelototan dari Arkan.
Arkan bangkit berdiri, lalu menarik tangan Aurel menjauh dari Ata.
"Duh, Ar lepas! Sakittt!"
Arkan melepas tangan Aurel begitu mereka masuk kamar dan menutup pintunya.
"Nggak. Kamu nggak boleh jadi sekertaris Kakak," ucap Arkan.
"Kenapa?" tanya Aurel, "Kenapa aku nggak boleh jadi sekertaris Kakakmu?"
"Kamu jadi sekertaris di kantorku saja. Tidak ada bedanya," ucap Arkan.
"Jelas beda. Aku nyaman di kantor Kakakmu. Aku nyaman sama Pak Ata. Apa masalahnya sama kamu?" tanya Aurel.
"Masalahnya ka--"
"Aku mantan pacarnya? Terus kenapa?" tanya Aurel lagi, "Arkan, aku menikah dengan kamu bukan ingin dikekang."
"Rel--"
"Kamu gak berubah, Ar. Kamu tetap Arkan yang dulu," ucap Aurel, "Egois!"
Aurel keluar dari kamar, tidak mempedulikan Arkan yang memanggil namanya.
••
Hollowwww!!
Lumayan cepet kali ini updatenya yakannn😂
Oya, aku lagi buat cerita baru nih, sequel dari cerita "Mr. Arrogant". Doain lancar yeuu😂
Oya, buat para kelas 12 yang sekarang lagi USBN, semangaaattt!!
ENJOY!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Ex [[Nikahin Mantan]]
Roman d'amourBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang sudah kodratnya untuk dihindari? Serasa ingin menghilang dari muka bumi? Tapi yang dialami oleh Aurel beda. Bukannya semakin menjauh, namun ia malah menikah dengan m...