Aurel membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat. Ia memijit pelipisnya sebentar, lalu menoleh ke kiri karena ia sadar bahwa ia tidak sendiri.
Ada Arkan di situ. Sedang tertidur dengan posisi kaki bersila di lantai, dan tangan dilipat lalu dijadikan bantal kepalanya di sisi kasur.
Aurel menatap wajah Arkan sebentar. Ia melirik ada kemasan minyak kayu putih di tangan Arkan. Padahal yang Aurel tahu, Arkan paling anti dengan yang namanya bau minyak kayu putih.
Cowok asli Indonesia ini memang tidak suka bau minyak kayu putih sejak dulu. Saat Aurel tiba-tiba sesak napas, yang Arkan berikan selalu minyak aromaterapi atau minyak-minyak lainnya. Dia akan segera menjauh setelah indra penciumannya kemasukan aroma minyak kayu putih.
Aurel terdiam sebentar. Ia selalu merasa aneh ketika dekat-dekat Arkan akhir-akhir ini. Ia selalu merasa ditarik kembali ke masa-masa ia berpacaran saat dulu.
Kemanisannya, keprotektivannya, bahkan keegoisannya semua Aurel ingat. Yang paling Aurel ingat adalah... putusnya mereka. Aurel ingat benar hari di mana Aurel memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Arkan.
Karena terlalu banyak melamun, Aurel tidak sadar bahwa perlahan Arkan mengangkat kepalanya, "Udah bangun, Rel?"
Aurel terkejut, sehingga ia menarik selimutnya ke atas, lalu sedikit mundur, "Keluar kamu dari sini!"
Arkan bangkit berdiri lalu tersenyum. Ia menyerahkan minyak kayu putihnya pada Aurel, "Ini minyak kayu putihnya. Kali aja kamu masih butuh."
Ragu-ragu, Aurel menjulurkan tangannya dengan hati gelisah. Ia segera menyahut minyak kayu putih dari tangan Arkan, lalu mengusirnya, "Udah, pergi sana! Nggak boleh ada cowok di kamar aku selain Papa!"
Arkan kembali tersenyum. Tubuhnya maju selangkah, lalu mencium kening Aurel, "Aku keluar dulu."
Aurel melotot seketika. Arkan yang mengetahui perubahan sikap Aurel jadi gemas. Ia mengacak ranbut Aurel sebentar lalu beranjak dari kamar, menuju ruang tamu.
Aurel mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi pada dirinya.
Perlahan tangannya bergerak meraba dadanya. Ada gejolak aneh yang timbul karena sentuhan Arkan tadi.
Tidak.
Seorang Aurel tidak boleh terpesona pada seorang Arkan.Apalagi untuk yang kedua kalinya.
••
Aurel merapikan rambutnya perlahan sambil meniup-niup poninya. Saat ini ia baru saja selesai merias wajahnya untuk berangkat ke kantor.
Setelah dirasa rambutnya sudah cukup rapi, Aurel keluar dari kamar sambil menenteng tasnya. Ia menuruni satu demi satu anak tangga yang menciptakan bunyi 'klop klop' karena sepatu fantofelnya.
"Pagi, Ma..." Aurel duduk di samping Mamanya di meja makan. Tangannya sibuk mengambil makanan yang tersaji di atas meja makan.
"Loh, ngapain kamu pagi-pagi dandan?" Tanya Ella-Mamanya.
"Aurel kan kerja, Ma. Mama lupa ya?" Tanya Aurel sambil mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Lohloh, mulai hari ini kamu dipingit, Rel. Dipingit!" Ucap Mamanya membuat Aurel tersedak sehingga ia menepuk-nepuk dadanya.
Sang Mama segera mengambil air putih untuk Aurel dan Aurel segera meminumnya. Aurel terbatuk-batuk sebentar sebelum akhirnya bertanya, "Dipingit? Pingit apa sih maksud Mama?"
"Kamu lupa? Minggu depan kamu nikah, Rel.." ucap Ella membuat Aurel kembali shock.
"Ma, Aurel nggak pernah setuju sama pernikahan itu. Kenapa Mama memaksakan Aurel?" Tanya Aurel dengan volume yang sedikit ditinggikan.
Ella menoleh, "Aurel, Mama nggak pernah mengajari kamu berbicara dengan nada seperti itu kepada orang yang lebih tua!"
Aurel menunduk menahan tangisannya, "Kenapa Mama memaksa Aurel? Kenapa, Ma?"
Perlahan tangan Ella mengelus rambut Aurel dengan lembut, "Mama hanya ingin yang terbaik bagi kamu, Rel. Itu saja."
Aurel tidak sanggup lagi menahan tangisnya sehingga perlahan ia mulai mengeluarkan air matanya, "Aurel lebih baik sendiri, Ma. Sendiri..."
Keduanya hening sejenak sebelum akhirnya Aurel kembali bersuara, "Kalau itu keinginan Mama, akan Aurel turuti. Aurel hanya ingin Mama bahagia."
••
Aurel menatap nyalang pada cermin di hadapannya. Pada dirinya sendiri.
Ia merasa tidak adil. Kenapa semua bisa terjadi begitu saja dalam waktu singkat. Kejadian-demi-kejadian yang membawanya kembali ke masa lalunya.
Terkadang Aurel ingin teriak. Meminta tolong pada siapapun itu. Untuk membawanya pergi dari sini, menuju tempat penuh kedamaian, di mana tidak ada pergulatan sama sekali.
Ia melipat kedua tangannya di atas meja lalu menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya tadi. Dadanya naik turun, dan suara tangisnya mulai terdengar.
Ia kembali menangis.
Ponsel di sampingnya berbunyi, membuat Aurel mengangkat wajahnya dan menghapus tangisnya sebelum mengangkat teleponnya.
Pak Boss Ata is calling...
Satu masalah datang lagi. Aurel menggeser layarnya ke simbol hijau, lalu mulai berbincang dengan Ata.
"Hallo.." ucap Aurel dengan suara seraknya.
"Kamu sakit, Rel?" Tanya Ata dari seberang.
"Nggak kok, Pak. Maaf hari in--"
"Saya kangen kamu, Rel," potong Ata seketika, "Saya tahu kalau kamu sedang dipingit. Saya kesepian di kantor."
Aurel kembali menangis mengingat bahwa dirinya memang dipingit untuk sebuah pernikahan, "Sa-saya nggak tahu mau jawab apa, Pak."
"Kamu nangis, Rel? Aduh, kamu jangan nangis dong, nanti saya ikutan sedih."
Aurel tersenyum sebentar, "Ohya, saya lupa, kata Bapak kalau sedang berdua boleh memanggil 'Kak' kan?"
"Oh iya, saya sampai lupa."
Aurel tertawa, "Kakak ternyata bisa alay juga ya."
"Loh, alay apa sih, Rel?" Tanya Ata.
"Yaaa.. gitu deh. Rahasia..."
Terdengar suara Ata tertawa dari seberang sana, "Yaudah, bagus deh kalau kamu sudah ketawa. Kakak ikut seneng."
Aurel tersenyum sebentar, "Yasudah, Kakak lanjutin kerjanya ya. Aku mau tidur."
"Ya.. bye.."
"Byee.."
Tut..
Aurel mematikan sambungan lalu menggenggam ponselnya erat.
Aku bingung dengan perasaanku..
••
Heyyyy!!
Maaf banget telat updatenyaaaaaaaa🙏🙏🙏Ada alasan aku gantungin cerita ini selama sebulan..
Aku lagi sibuk sama sekolah juga yang sekarang nerapin 5 hari sekolah, dan Sabtupun masih ada extra.Kebetulan bangett kemarin lagi free jadi aku sempetin buat cerita meskipun pendek. Gapapa kan ya?
Aku usahain double update hari ini/besok.
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Ex [[Nikahin Mantan]]
RomantikBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang sudah kodratnya untuk dihindari? Serasa ingin menghilang dari muka bumi? Tapi yang dialami oleh Aurel beda. Bukannya semakin menjauh, namun ia malah menikah dengan m...