Aurel mengoret-oret kertas di hadapannya. Aurel tahu bahwa ia sedang stress, namun waktu kerja coba dua bulannya belum berakhir.
Ini bahkan baru dimulai.
Maka dari itu ia menyempatkan diri bekerja dikala hatinya yang gelisah ini.
Ata keluar dari ruangannya lalu melihat Aurel yang sedang mengoret-ngoret kertasnya. Ata menggeleng pelan.
Ia sudah tahu masalahnya. Tadi malam Arkan dengan wajah bahagianya mengatakan bahwa ia akan segera menikahi Aurel yang notabennya Ata kenalkan sebagai 'pacarnya'.
"Rel," panggil Ata pelan.
Aurel menoleh lalu segera bangkit berdiri, "Eh iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
Ata menggeleng, "Apa yang bisa saya bantu, Rel?"
Aurel tersentak.
"Ata pasti sudah tahu." batin Aurel.
Aurel menggeleng pelan, "Nggak, Pak. Saya masih dalam tahap merayu kedua orang tua saya."
Ata mengangguk pelan, "Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa temui saya."
Aurel mengangguk, lalu kembali duduk saat Ata berlalu melaluinya.
Ia memegang dahinya lalu memijat pelipisnya pelan. Kepalanya terasa penuh saat ini. Ia benar-benar pening.
••
Aurel berulang kali melakukan kesalahan saat Ata menyuruhnya mengambil arsip di kabinet pengarsipan.
Ata menggeleng pelan. Aurel terlihat tidak fokus.
Ata bangkit dari kursinya, lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang. Ia melepas tangannya lalu berputar mengelilingi kursi sebentar, lalu kedua tangannya bertumpu di meja membuat wajahnya dekat dengan wajah Aurel yang sedang menunduk ini.
"Ceritakan apa yang salah dengan kamu," ucap Ata.
Aurel menggeleng dalam tunduknya.
"Ceritakan, atau saya tidak segan-segan mencabut kontrak coba kerjamu," ucap Ata dengan nada yang sedikit ditinggikan.
Aurel terdiam sebentar. Beberapa detik kemudian ia terisak, dan pundaknya bergetar.
Ata menjauhkan tubuhnya dari meja, lalu menghampiri Aurel dan menarik tubuhnya agar berdiri.
Ata memegang kedua pundak Aurel yang bergetar. Beberapa detik kemudian, tangis Aurel pecah.
Refleks, Ata menarik Aurel ke dalam pelukannya. Aurel semakin kencang menangis, bahkan sampai sesenggukan.
"Say-saya tidak mel-melakukan apapun de-dengan Arkan, Pak.." ucap Aurel perlahan.
Sempat ragu, Ata akhirnya meletakkan tangannya di kepala Aurel, mengelus rambutnya perlahan.
"Saya yakin kalau adik saya dan kamu tidak mungkin melakukan apa-apa," ucap Ata menenangkan, "Jadi, apa perlu say--"
"KAKAK!" Pintu ruangan Ata tiba-tiba terbuka menampilkan sosok Arkan dengan wajah merahnya menahan amarah.
Ata terkejut, begitu juga dengan Aurel. Saat Aurel hendak melepas pelukannya, Ata spontan mengeratkan pelukan Aurel, membuat rahang Arkan mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Ex [[Nikahin Mantan]]
RomantizmBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang sudah kodratnya untuk dihindari? Serasa ingin menghilang dari muka bumi? Tapi yang dialami oleh Aurel beda. Bukannya semakin menjauh, namun ia malah menikah dengan m...