Ersa geleng-geleng melihat tampilan Aurel saat ini.
Dress mini warna hitam yang entah naik beberapa centi di atas lutut, sehingga menampakkan kaki jenjangnya. Ditambah dengan wedges hitam setinggi 14 centi yang membuat Aurel nampak lebih tinggi dari biasanya.
Riasannya pun sepadan dengan pakaiannya. Matching! Ia memilih untuk mengurai rambutnya, menutupi leher mulusnya.
"Relll, ganti bajuu!!" Perintah Ersa cepat.
Aurel menggeleng, "Nggak mau!"
Ersa mendorong Aurel untuk kembali masuk ke dalam rumahnya, "Cepat ganti atau aku akan pergi sendiri."
Aurel mendecak, "Dasar. Masuk ke rumah sana. Aku mau ganti baju dulu."
Aurel masuk ke rumah, diiringi Ersa yang ikut masuk ke dalam rumah. Ersa duduk di ruang tamu sambil menunggu Aurel turun dari kamar.
Beberapa menit kemudian, Aurel turun setelah selesai mengganti bajunya yang sedikit lebih sopan daripada yang tadi.
Dress putih selutut dengan renda yang menutupi bagian bawahnya. Ia tidak mengganti wedges ataupun riasannya. Ia hanya mengganti pakaiannya.
Ersa tersenyum, "Ohya, by the way rumah kamu sepi banget. Tante dan om ke mana?"
"Mereka ada acara keluarga sampai besok. Jadi mumpung mereka sedang tidak ada di rumah," ucap Aurel lalu menghampiri Ersa, "Ayo kita pergi."
Ersa mengangguk lalu mengikuti Aurel yang berjalan mendahuluinya.
Tangan kanan Ersa terangkat, bersiap merangkul bahu Aurel. Namun ia menggeleng dan mengurungkan keinginannya untuk merangkul Aurel.
••
Suara bising mulai terdengar begitu mereka berdua memasuki salah satu kelab ternama di Jakarta. Aurel menyembunyikan perasaan sedihnya dan berpura-pura tertawa bahagia.
Ia berlari menarik Ersa untuk menari bersama di dance floor. Ersa menggeleng pelan dan menepikan dirinya untuk membeli dua gelas cola.
Aurel pun akhirnya memberanikan diri meliuk-liukkan tubuhnya kesana kemari. Jujur, ini memang bukan pertama kalinya Aurel menginjakkan kaki di kelab, namun ini adalah kali pertamanya ia ikut menari bersama di dance floor.
Beberapa pria mulai mendekatinya untuk mengajak menari bersama. Aurel hanya diam sambil terus meliukkan tubuhnya.
Saat ia merasa lelah, akhirnya ia bergabung dengan Ersa dan mengambil cola yang ada di sebelah Ersa. Memang selalu seperti ini. Jika mereka berdua ke kelab, mereka hanya akan memesan cola.
"Aku mau memesan tequilla," ucap Aurel membuat Ersa menoleh.
"Apa katamu?"
"Aku. Mau. Pesan. Tequilla." Tegas Aurel.
"Tidak!" Ersa segera menatap pelayan bar, "Jangan beri dia tequilla!"
"Kenapa? Lagian aku sudah 24 tahun. Habis ini juga masuk 25," kekeuh Aurel.
Ersa menggeleng lalu memegang bahu Aurel, "Kamu nggak kuat minum, Rel."
Aurel mendecih, lalu tatapannya kembali menghadap pelayan, "Saya pesan sebotol tequilla."
Ck. Ersa ikut mendecih, "Dasar. Awas ya sampe kamu mabuk."
Beberapa menit kemudian, Aurel mendapatkan sebotol tequillanya dan ia segera menuangkannya ke sloki.
Aurel meminumnya dalam satu tegakan sambil menutup matanya erat. Ia terus meminum tequillanya sloki demi sloki dan akhirnya ia mabuk.
"Katakan pada Kakak, apa kamu sedang ada masalah?" Tanya Ersa begitu melihat keadaan Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Ex [[Nikahin Mantan]]
RomanceBagaimana perasaanmu jika tiba-tiba kembali bertemu dengan sang mantan kekasih yang sudah kodratnya untuk dihindari? Serasa ingin menghilang dari muka bumi? Tapi yang dialami oleh Aurel beda. Bukannya semakin menjauh, namun ia malah menikah dengan m...