Lampu sorot yang tadinya padam kini menyala dan menyorot ke salah satu pasangan.. yang tanpa di sengaja ketahuan sedang berciuman di tengah-tengah hingar-bingar acara berlangsung.... cahaya lampu sorot itu menyilaukan mata mereka dan ternyata pasangan itu adalah Willbert dan Fionna.
Fionna menyadari jika seluruh pasangan mata menatap mereka dan Fionna langsung melepaskan ciumannya. Tapi Willbert tidak ingin melepaskannya malahan semakin merangkul pinggang Fionna dengan erat... lalu suara seseorang yang berada di atas pentas berkata..
" Ada satu pasangan yang ketahuan sedang berciuman sebelum games dimulai. Bagaimana jika kita memberi sebuah hukuman kecil pada mereka?? kelihatannya cukup menyenangkan!" Suara yang terdengar begitu nyaring ternyata adalah miliknya Reyhan dan semua itu bisa terjadi karena ulahnya Reyhan yang ternyata diam-diam mengamati Willbert dari kejauhan.Fionna terlihat menundukkan wajahnya karena merasa sangat malu lalu menatap Willbert dengan tatapan kesal sambil mengomelinya.." Gara-gara kamu kan yang bersikeras ingin berciuman di tengah-tengah kerumunan orang-orang... Akhirnya dilihat begitu banyak orang! Memalukan!! Aku kesal padamu!" Fionna ingin berlari pergi namun di tahan oleh Willbert.
" Sayang... kamu tidak perlu malu seperti itu kan ada aku??!! lagi pula biar semua orang tahu jika kamu hanyalah milikku seorang!" Ucap Willbert dengan suara sengaja di tinggikan satu oktaf dan kembali memeluk Fionna kedalam pelukannya dan berbisik " Aku mencintaimu! tidak ada yang perlu ditakutkan!"
Kemudian Willbert berkata lagi sambil memandang ke arah Reyhan yang berada di atas panggung sana..
" Yang baru kalian saksikan itu adalah cara berciuman yang benar jadi latihanlah sebelum gamesnya di mulai!" Ucap Willbert penuh kemenangan dan melayangkan senyuman yang terkesan mengejek ke arahnya Reyhan yang sedang berdiri..." Baiklah sekarang kita akan memberikan hukuman pada pasangan yang sudah melanggar ketentuan yang tidak disebutkan terlebih dahulu." Reyhan tertawa dan bergumam kembali..
" Hukumannya adalah.." Reyhan berhenti sejenak sambil berpura-pura terlihat berpikir keras dan kemudian berkata sambil menahan tawanya karena semua orang sudah menatapnya dengan sangat penasaran..
" Lanjutkan saja kegiatan kalian tadi..." Ujarnya hingga membuat semua orang tertawa dan Willbert mengacungkan jempolnya pada sahabatnya yang senang berulah." Baiklah..... yang tadi hanyalah acara pembuka dan sekarang kita menuju ke acara yang sesungguhnya!" Sambung Dextern. " Aku ingin kalian semua menuliskan nama kalian masing-masing pada kertas yang sudah di sediakan di pojok meja itu dan masukan ke dalam tabung kaca yang ada di sampingnya.....
Di tanganku ada secarik kertas yang sudah tertulis sebuah pertanyaan, pertanyaan itu akan kuberikan sesuai dengan nama yang akan diambil dari tabung kaca yang sudah berisi nama kalian secara acak, dan nama yang dipanggil harus bersedia naik ke atas panggung dan menjawab pertanyaan yang akan aku ajukan nanti! Pertanyaannya hanya tersedia untuk tiga orang yang beruntung saja dan pertanyaannya hanya mengenai kami berlima Kurasa kalian sudah cukup mengerti ya... jika tidak mengerti mungkin kalian bisa bertanya pada Mr.Google di smartphone kalian masing- masing." Ucap Dextern setengah bercanda dan sedikit menarik nafasnya dalam-dalam karena kelehan menjelaskan secara panjang lebar mengenai ketentuan permainan mereka.Masing-masing berbondong- bondong menuliskan namanya dengan antusias, karena semuanya ingin mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dengan benar agar bisa mencium lawan jenisnya dan yang paling di incar oleh gadis-gadis di sana adalah kelima Pangeran tampan itu. Kini tabung kaca yang tadinya kosong sekarang sudah terisi penuh dengan kertas yang bertuliskan nama mereka semua termasuk kelima pangeran itu.
" Times to start the games.." Suara Dextern terdengar sangat bersemangat dan meminta Morgan untuk mengambil sebuah nama dengan cara mengaduk-aduk terlebih dahulu isi dari tabung tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK SIDE
Romance" Jangan pernah jatuh cinta padaku!" Kata-kata itulah yang pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi Evander Schweiger. Entah hal apa yang selalu menarik hati Evan untuk selalu melindungi Crystal. Gadis biasa yang juga memiliki trauma akan masa...