Pertemuan Kembali

1.3K 23 0
                                    

"Hoam....!!!"Gita menguap dengan sangat lebar, sementara aku terus mengoceh tidak memperdulikan matanya yang tinggal segaris yang sudah menandakan kalau dia ngantuk berat dan ingin segera tidur.

"Jadi kapan selesainya cerita ini, aku sudah ngantuk berat. Besok aja dilanjutin, aku mau tidur,"ucapnya tidak memperdulikan penolakkanku, dia langsung menutup seluruh badannya dengan selimut menandakan dia sudah tidak ingin diganggu lagi.

Aku pun merebahkan badanku, tapi mataku tetap terbuka menatap langit-langit kamar. Pikiranku melayang kembali akan kejadian siang tadi, akupun langsung terduduk kembali karena dadaku tiba-tiba terasa nyeri.

"Apa aku punya penyakit jantung?"gumamku sendiri.

Perlahan aku merebahkan diri kembali, memutar ulang kejadian tadi siang.
------------
"Nena!"aku membalikkan badan saat orang itu menyentuh bahuku. Nafasnya masih terengah, sepertinya dia berlari mengejarku.

"Nena'kan? Ini aku Andra,"tentu saja, tidak perlu dia beri tahu aku sudah tahu. Tapi aku berusaha untuk terlihat seolah terkejut, karena aku memang sudah melihatnya sejak aku memasuki gedung ini.

"Andra! Ya, ampun sudah lama ga ketemu,"semoga aktingku yang terlalu antusias tidak janggal. Dia tersenyum padaku, bibirku ikut terangkat dengan canggung.

Dan jadilah kami disini, dikantin kantornya. Kebetulan sudah jam makan siang dan aku juga belum makan siang. Dia membawakan dua mangkok soto ayam yang masih mengepul, dan dua es jeruk sebagai minumannya. Dia menaruhnya dihadapanku, dan duduk didepanku.

"Jadi, sudah berapa lama kita ga ketemu? Sepuluh tahun mungkin,"jawabnya sendiri atas pertanyaannya. "Gimana kabarmu sekarang?"

Aku termenung sejenak, menghitung dalam hati."Iya, kayaknya memang sudah sepuluh tahun ya. Berarti lama banget kita ga pernah ketemu, kabarku baik kamu sendiri gimana?"

"Seperti yang kamu lihat, aku masih gini-gini aja ga ada perubahan,"ucapnya sambil memasukkan sesendok penuh soto ayam kemulutnya.

Aku memperhatikannya, memang dia tidak banyak berubah. Perubahannya yang kulihat yang jelas tingginya yang sekarang jauh diatasku dulu tinggi kami hampir sama, suara yang sekarang semakin terdengar berat dan tentu saja gurat-gurat kedewasaan dan kematangan tergambar jelas diwajahnya.

"Kamu masih makan soto ayam tanpa apa-apa,"celetuknya mengagetkanku. Aku melihat mangkoknya yang berwarna merah, dan wajahnya yang mulai penuh keringat.

"Dan kamu masih gila pedas, liat aja mangkokmu sudah kayak ketumpahan sambel aja sampai kuahnya warnanya merah gitu."

Dia tertawa,"Kalau ga pedas mana enak, jadi selama sepuluh tahun ini gimana kabarmu?"tanyanya mulai serius karena dia mulai mengubah cara bicaranya.

"Biasa aja, lulus SMP aku ngelanjutin ke SMU yang benar-benar aku impikan. Dan ngelanjutin kuliah di tempat yang aku inginkan juga, dan akhirnya bekerja ditempat yang aku inginkan juga. Gitu aja, ga ada yang spesial. Aku masih meniti karirku, ga kayak kamu aku dengar ini perusahaan punyamu ya?!"

Dia tersenyum,"Kamu memang tetap sama, selalu fokus pada apa yang kamu mau. Cepat atau lambat kamu pasti sukses dijalanmu,"ucapnya bijaksana, aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku menyetujui kata-katanya barusan."Ini memang perusahaanku, tapi aku harus berusaha keras untuk mengembangkan perusahaan ini. Soalnya modal untuk buat perusahaan ini aku pinjam dari ayahku, jadi aku harus melunasinya sebelum jatuh tempo."

Aku mencibirnya,"Memangnya kalau sudah jatuh tempo apa yang bisa ayahmu lakukan? Lagipula perusahaanmu dalam beberapa tahun terakhir gaungnya sudah terdengar kemana-mana, pasti untungnya besarkan?!"tanyaku penuh selidik.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang