Kejutan

189 8 0
                                    

Enjoy ^^

*****

Sudah tiga hari sejak mama memintaku untuk mempertemukannya dengan Nena. Dan aku masih bingung, bingung bagaimana cara mempertemukan kedua wanita ini. Aku memandang gedung-gedung dihadapanku, berusaha mencari inspirasi yang memungkinkanku untuk mencari solusi dalam memecahkan permasalahanku. Kulihat jalanan di bawah sana sudah mulai padat, aku melirik jam dinding besar disampingku sudah menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit. Pantas saja sudah jam pulang kantor, wajar saja jalanan padat.

"Dra, Genta anak asuransi ngajakin jalan. Mau ga?"Yudha nyelonong masuk keruanganku dan tanpa permisi duduk santai di sofa yang ada dihadapanku.

"Genta?!"aku berusaha mengingat siapa dia.

"Itu anak asuransi di lantai lima, yang waktu itu pernah nawarin asuransi."

"Paling nawarin asuransi lagi,"jawabku malas, aku ikut duduk di sofa sebelahnya dengan focus pada handphoneku.

"Dia anaknya asik buat diajak ngobrol, jadi ga ada salahnya kalau jalan sama dia. Si Aris juga bakal ikutan, sudah lama kita ga kumpul-kumpul. Lagian kita harus jaga relasi sama tetangga satu gedung,"aku tidak mendengarkan perkataannya, masih fokus pada handphoneku ragu untuk menghubungi Nena.

"Woi, Andra!! Ada orang lagi ngomong nih,"Yudha mengeraskan suaranya untuk menarik perhatianku yang tidak fokus padanya. "Kenapa sih, dari tadi melototin handphone mulu,"penasaran dia melirik handphone yang kupegang. "Kenapa lagi sama Nena?"tanyanya setelah melihat nama Nena yang tampak besar di layar handphoneku.

"Mama maksa mau ketemu Nena."

"Terus? Ya, ketemuin aja apa susahnya."

"Masalahnya, kami berdua lagi jaga jarak. Aku ga mungkin maksa dia, nanti dia malah lari ketakutan. Sudah cukup aku buat dia takut karena masalahku di Australia."

"Memang ada apa di Australia?"aku diam, kurasa aku tidak perlu menjelaskan pada Yudha apa yang terjadi padaku di Australia. "Yah, apapun itu terserahlah. Bukannya kamu sedang ngejar Nena lagi, kenapa sekarang malah jadi jaga jarak,"dia bertanya tidak mengerti.

"Hanya memastikan, kalau kami tidak sedang terjebak dalam nostalgia masa lalu. Cinta masa lalu memang menyenangkan untuk dikenang, tapi kalau terlalu lama dikenang jadi basi. Kami lagi mau menyakinkan diri kami masing-masing sebelum melangkah lebih jauh lagi."

"Ribet banget sih Dra, tinggal jalanin aja. Kalau kalian jalanin bareng pasti bakalan ada ujungnya nanti, yah walaupun ujungnya belum tentu happy ending."

"Justru kami melakukan ini karena berharap happy ending. Coba kamu bayangkan, kamu sepuluh tahun memedam cinta buat Dian. Sepuluh tahun kamu ga pernah ketemu Dian, dan kemudian tiba-tiba Dian dihadirkan dihadapanmu. Kamu pikir kamu cinta dia, tapi setelah bersama dia ternyata bukan dia yang kamu harapkan. Jadi sebelum kami mengalami fase itu, kami harus memikirkan mau melanjutkan ini atau tidak. Karena kami tidak mau kecewa nantinya."

"Bukannya kamu yang nekad untuk terus bersama Nena?"

"Iya, tapi itu sebelum aku menceritakan masalahku di Australia. Setelah aku melihat reaksinya, aku jadi takut memaksa. Jika aku nekad maksa dia, itu sama aja aku belum sembuh. Dan saat dia merasa aku belum sembuh, dia mungkin lari ketakutan dan tidak mau melihatku lagi,"ucapku was-was.

"Memangnya ada apa dengan Australia, aku selalu bersamamu disana dan tidak pernah terjadi apa-apa,"Yudha coba mengingat kejadian saat kami sama-sama bersekolah bersama disana.

Aku tersenyum simpul,"Maaf aku belum siap cerita sekarang, mungkin entah kapan aku bakal cerita. Untuk sekarang cukup aku dan Nena."

"Oke, aku tidak bisa maksa. Jadi ikut ga? Genta sudah nunggu dibawah."

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang