Tunangan

294 9 0
                                    

Semilir angin membuatku ngantuk, aku menguap lebar sekali. Andra disampingku tertawa,"Kalau nguap lebar banget gitu harusnya ditutup, entar kemasukkan nyamuk,"katanya disela-sela tawanya.

Aku memandang sekitarku bosan,"Kamu ngajakin aku kesini bikin aku tambah bosan,"kataku masih sambil kembali menguap lebar.

"Memancing itu bagus Na, buat pengendalian diri. Kamu jadi bisa sabar, dan jangan cepat putus asa,"jawabnya fokus pada mata pancing dihadapannya.

Aku pun mengamati pancingku, sudah hampir satu jam kami disini dan tidak ada satu ikan pun yang berhasil kami tangkap. Sementara bapak-bapak yang duduk sekitar dua ratus meter dari kami sudah dapat lima ikan.

"Kita ganti tempat aja, sudah satu jam kita disini. Liat tu bapak-bapak disana,"aku menunjuk seorang bapak yang baru saja mendapatkan seekor ikan nila yang cukup besar."Kita kesana aja, kayaknya ikannya pada ngumpul disana,"aku berdiri mengemas peralatan mancingku, hendak pindah ketempat yang menurutku strategis.

"Tunggu Na, kayaknya aku dapat,"aku memandang pancing Andra yang sudah mulai bergerak, aku merasa antusias seketika menghentikan kegiatanku.

"Cepat Dra, nanti ikannya lepas,"aku mulai gemas melihat Andra yang menurutku lambat menggulung reel pancingannya. Tak sampai sepuluh menit ikan dapat kami angkat ke darat, ikan nila primadona kolam pemancingan ini yang kami dapat. Lumayan besar, hampir dua kilo beratnya. Aku dan Andra langsung tertawa senang, seketika kantukku hilang.

"Makanya aku sudah bilang kita harus sabar dan jangan putus asa. Kalau kita tadi putus asa, kita tidak mungkin bisa makan ikan panggang siang ini,"aku hanya mencibirnya, baru dapet ikan satu aja sudah besar kepala.

Siang ini seperti biasa Andra menyeretku mengikutinya, aku kaget saat tau dia membawaku ketempat pemancingan ikan. Awalnya aku antusias, tapi saat tidak mendapatkan seekorpun ikan aku jadi mulai bosan. Katanya dia sekarang hobi memancing, tapi tidak mungkin dia menyeretku tiba-tiba ketengah laut untuk menangkap ikan Giant Travelly jadi dia membawaku kepemancingan ini. Satu hal yang membuatku cukup kaget, ternyata peralatan memancing itu cukup mahal.

"Kamu makannya dikit banget, ga usah malu-malu dihadapanku,"godanya saat melihatku mencomot kecil-kecil ikan dihadapanku, padahal biasanya aku bisa menghabiskan tiga sampai empat potong chesee cake.

"Aku lagi diet, berat badanku naik satu kilo,"jawabku asal, sebenarnya alasan sebenarnya aku tidak terlalu suka ikan.

"Ya iyalah berat badanmu naik. Kemarin kamu menghabiskan satu Loyang pizza, padahal itu paling besar."

"Aku ga makan semuanya, kamu yang paling banyak makan,"elakku.

"Ya, anggap saja, semua pizza itu dimakan kucing,"aku memelototinya, dia malah tertawa membuatku kesal saja. Kemarin Andra memang datang membawa pizza, aku baru pulang kerja dan benar-benar kelaparan, tanpa kusadari aku sudah memakan lima potong. Aku sendiri terkejut saat menyadari aku sudah memakan sebanyak itu, yang akhirnya sangat aku sesali.

"Kamu sudah? Kalau kamu sudah kita pulang sekarang, nanti keburu kesorean,"dia menuntunku menuju mobilnya, kalau dipikir-pikir ini sudah dua bulan lebih kebersamaan kami. Semua berjalan lancar, kami kembali akrab seperti kami sepuluh tahun lalu. Tapi entah mengapa ada yang mengganjal diantara kami, mau membicarakannya tapi bingung harus mulai dari mana.
------------
Aku memandang lelah tumpukan kertas dihadapanku, aku membolak-baliknya tanpa niat untuk meneliti isinya.

"Banyak kerjaan nih,"aku menatap Mita yang sudah berdiri dihapanku.

"Iya, pusing nih. Lagian kenapa semua ditumpuk ditempatku sih."

"Si Anggikan lagi cuti hamil, makanya semua jadi keatas mejamu,"aku menghela nafas, Mita duduk dihadapanku mengasihaniku.

"Ga usah ngeliatin gitu, mending bantuin,"aku mulai merengek, kesal.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang