Kamu yang di hati

200 6 1
                                    

Aku memencet tombol lift dengan tidak sabar, sangat sadar bahwa tidak ada korelasi kecepatan lift dengan berapa banyak tombol lantai satu yang kupencet. Walaupun tahu begitu tetap saja dengan kesal aku memencet tombol lantai satu berkali-kali sampai menimbulkan bunyi berisik. Aku bersyukur karena tinggal aku sendiri yang berada di lift ini, jika tidak mungkin suara protes sudah terdengar meriah karena sikap tidak sabarku ini.

Aku melesat cepat saat pintu lift terbuka, mengedarkan pandanganku sekeliling lobby utama. Aku yakin seharusnya tidak terlambat, seharusnya aku masih sempat mengejarnya. Ini karena Yudha yang terlambat memberiku informasi, salahku juga karena menghibahkan pertemuan ini padanya.

Setelah beberapa detik, mataku langsung menangkap sosok yang aku cari. Lihatlah setelah sepuluh tahun, walaupun dia sudah sedikit berubah tapi aku tetap langsung dapat menemukannya. Aku tersenyum, berlari menghampirinya dengan terlalu antusias.

"Nena!?"aku menepuk bahunya, sedikit kesal karena dia tidak menggubris teriakkanku. Dia membalikkan badannya, sekarang wajah yang kurindukan itu tepat dihadapanku."Nena'kan?! Ini aku Andra,"alisnya berpadu menjadi satu dengan mata yang melebar, dia tidak mungkin lupa padaku kan.

"Andra,"ucapnya perlahan, jantungku meresponya dengan berdetak tidak karuan." Ya, ampun sudah lama ga ketemu,"aku tersenyum, tentu saja sepuluh tahun merupakan rentang waktu yang lama.

Setelah melihat senyumnya, otakku langsung beku. Bingung apa yang harus aku katakan, dan canggung karena terlalu lama aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dia menatapku dan aku menatapnya, ini berlangsung selama kurang lebih dua menit sebelum aku menyadari orang-orang di lobby utama menatap kami ingin tahu.

"Mau makan siang? Kebetulan ini jam makan siang,"untuk otakku dapat berpikir cepat."Kantin disini makanannya lumayan enak,"aku berbohong, karena sebenarnya aku tidak pernah makan dikantin kantor."Jadi kita bisa ngobrol-ngobrol, kalau kamu ga keberatan,"aku berdoa dalam hati dia menyetujui undangan makan siang yang mendadak dariku ini. Dia terlihat berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengiyakan. Dia mengikutiku menuju kantin, banyak mata yang memandang kami tapi aku cuek terlalu antusias bertemu dengannya. Setelah mencari tempat yang menurutku cukup nyaman, aku langsung mengantri makanan distand pertama yang kulihat saat memasuki kantin ini.

"Tumben makan siang disini pak?"Santi, salah satu karyawanku menatapku penuh selidik.

"Ngechek makanan kantin,"jawabku asal, dia hanya manggut-manggut tidak berusaha untuk bertanya lagi. Beberapa orang juga terus menyapaku, aku hanya dapat tersenyum simpul dan berharap semoga aku cepat dapat mengambil soto ayam yang kuantri sehingga aku secepatnya dapat menghampiri Nena.

Aku meletakkan dua mangkuk soto ayam beserta dua gelas es jeruk. Sejenak memperhatikannya, sekarang rambutnya panjang, bobot tubuhnya juga ideal sehingga pipi tembemnya nyaris tidak terlihat. Ya ampun, betapa aku merindukan sosok dihadapanku ini. Kurasa dia tidak jauh berbeda dari foto-foto yang sering diunggahnya di social medianya.

"Kamu masih makan soto ayam tanpa apa-apa,"dia terlihat kaget akan celetukkanku yang tiba-tiba, matanya kemudian beralih pada mangkokku berwarna merah. Aku terlalu gugup bertemu dengannya sehingga tanpa kusadari memasukkan sambal terlalu banyak, untunglah aku memang suka pedas.

"Dan kamu masih gila pedas, liat aja mangkokmu sudah kayak ketumpahan sambel aja sampai kuahnya warnanya merah gitu."

Aku tertawa, kalau saja dia tahu kalau sebenarnya aku tidak sengaja melakukan hal ini dia mungkin akan tertawa dan meledekku."Kalau ga pedas mana enak, jadi selama sepuluh tahun ini gimana kabarmu?"aku menghentikkan tawaku, menatapnya tajam kali ini aku benar-benar ingin tahu bagaimana kabarnya selama sepuluh tahun kami berpisah.

"Biasa aja, lulus SMP aku ngelanjutin ke SMU yang benar-benar aku impikan. Dan ngelanjutin kuliah di tempat yang aku inginkan juga, dan akhirnya bekerja ditempat yang aku inginkan juga. Gitu aja, ga ada yang spesial. Aku masih meniti karirku, ga kayak kamu aku dengar ini perusahaan punyamu ya?!"

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang