Wanita itu adalah Nena

202 6 0
                                    

Aku mendrible bola dengan malas, mengopernya asal sampai Dylan teman setimku kesal. Pelatihku terpaksa mengeluarkanku dari lapangan, sebelum aku membuat kacau tim kami. Dibangku cadangan aku memicingkan mataku menyusuri penonton yang duduk antusias memperhatikan pertandingan hari ini. Bukannya aku kemarin bilang kalau pertandingannya jam setengah empat, ini sudah jam empat lewat dan dia belum juga menunjukkan batang hidungnya.

"Hei, Andra konsentrasi!! Pertandingan ini bukan main-main, ini sudah semifinal. Target kita tahun ini setidaknya masuk final. Ingat usaha keras kamu selama latihan beberapa bulan ini, kita bawa nama sekolah jadi jangan main-main,"tegur pak Andi guru olahraga, yang merangkap jadi pelatih basket kami.

"Maaf pak,"ucapku dengan kepala yang menunduk. Aku memang salah, tapi salahkan dia juga karena dia yang belum datang juga disini sehingga membuatku tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.

"Kamu istirahat dulu, Bayu kamu masuk,"perintah pak Andi.

Aku duduk dibangku cadangan dengan malas, pertandingan yang sangat aku nantikan hari ini sudah tidak berarti lagi. Sepuluh menit berlalu cepat, akhirnya aku menemukannya sedang berjalan santai mencari bangku kosong. Tertawa dengan teman disebelahnya, sambil sesekali menyedot minuman dingin yang ada ditangannya.

Kakiku tanpa perlu perintah dari otakku berlari kecil menghampirinya, menggetok kepalanya dengan cukup keras saking kesalnya.

"Aduh, sakit tahu. Ini kepala ya, jangan main kasar. Kalau aku tiba-tiba gegar otak gimana?"semprotnya tanpa jeda.

"Kemarin aku sudah bilang kalau pertandingannya jam setengah empat, kenapa baru datang sekarang,"aku melotot padanya, dia hanya tersenyum.

"Sorry lupa, ini aja kalau bukan Gita yang ingetin aku bisa ga datang,"ucapnya sambil menatap Gita yang berdiri disampingnya.

"Ya, sudahlah yang penting kamu datang,"ucapku pasrah, daripada semakin kesal hingga dapat semakin menghancurkan moodku."Jangan duduk disini, aku sudah suruh Steny sisihkan bangku buat kamu sama Gita,"aku menyeretnya kebangku terdepan dimana gank cheer Steny berada.

"Hei, Dra kenapa keluar lapangan? Masih pertandingan gini,"sapanya ramah, aku tersenyum sekilas menyeret Nena kesampingku sepintas aku menangkap wajah kesal Steny."Hei Nena, kirain kamu ga datang,"Steny melirik kursi disampingnya yang sudah terisi penuh."Sorry Dra, tapi kupikir Nena ga jadi datang jadi kursinya sudah keisi semua,"wajah penyesalannya membuatku tidak tega, tapi aku juga tidak enak dengan Nena karena sudah menyeretnya kedepan.

"Dibelakang sama aja kok Dra,"ucap Nena cepat mengerti ketidak nyamananku.

"Kalau dibelakang kamu pasti ngegosip sama Gita,"protesku, aku sangat tahu kalau dia sebenarnya tidak terlalu suka keramaian dan tentunya olahraga. Kalau aku tidak menyogoknya dengan bakso pak Kumis favoritnya itu, sudah pasti dia menolak menyaksikan pertandinganku hari ini.

"Tenang aja, hari ini aku duduk anteng ngeliatin kamu,"aku langsung tersenyum senang."Demi bakso pak Kumis,"tambahnya, aku langsung memberengut."Sudah sana, tunjukkan sekeras apa latihanmu selama beberapa bulan ini. Jangan malu-maluin sekolah, katanya kamu ga mau kalah sama aku,"tantangnya, mengingat ejekkanku saat dia cuman bisa juara tiga saat olimpiade sains.

"Oke, aku pasti juara satu. Ga kayak kamu cuman juara tiga,"ejekku, dia langsung mendengus kesal aku langsung tertawa.

"Sudah sana, aku mau cari tempat duduk dulu,"usirnya, aku langsung kembali kepinggir lapangan. Sekarang aku sudah siap, karena orang yang aku tunggu sudah datang.
--------
"Akhirnya aku lulus, akhirnya aku ga harus ngulang lagi,"ucapnya lemah, berusaha naik dari kolam renang dengan susah payah."Dari tadi kek,"sungutnya saat aku mengulurkan lengan membantunya naik.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang