Ayu mengernyit saat melihat Celine datang dengan kantung mata yang samar di bawah matanya. Padahal, Ayu hampir setiap hari melihat wajah Celine yang cerah. Inilah pertama kalinya ia menemukan mata panda di bawah sana. Hal itu tentu saja sebuah berita hangat yang amat menghebohkan menurutnya.
Diana yang tengah menyalin peer dari Ayu pun bahkan melongo saat melihat kedatangan Celine yang begitu lesu. Separuh jiwanya seperti tak berada bersamanya saat ini. Celine begitu lesu, wajahnya pucat dan matanya menjadi berkantong.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya penampilan Celine bisa seperti itu. Ini kedua kalinya, ya, kedua kalinya Celine berpenampilan seperti ini. Namun inilah pertama kalinya Ayu dan Diana melihatnya.
Pertama kalinya Celine tidak bisa tidur adalah saat Celine menyadari penghapusan memori yang terjadi pada semua manusia yang dikenalnya tentangnya. Malam itu, Celine tidak bisa tidur. Badannya bergerak gelisah ke sana kemari dan dia benar-benar memikirkan akibat dan kelanjutan kesehariannya tanpa ingatan orang-orang itu.
Saat dia kembali, Ayu dan Diana tidak mengenalinya. Bahkan pak Satpam dan guru-guru sekalipun. Tetapi...,
"Celine!" Ayu berseru memekakan telinga Celine. Wajahnya nampak panik, segera saja Ayu mengeluarkan cermin dari sakunya. "Lihat! Matamu ada kantung mata!"
Celine segera menepis tangan yang memegang cermin itu dari hadapannya. Celine juga tahu tentang perubahan kantung matanya tadi pagi, dan tidak ada yang tahu betapa paniknya Celine selain Dyne.
"Biasa saja, kali. Itu matanya Pak Robert yang kantung matanya udah mau sampai pipinya saja, biasa aja," balas Celine acuh.
Pak Robert adalah guru fisika yang mengajar di sekolah itu. Sebenarnya Celine bukan mengejeknya karena dia sudah tidak lagi belajar fisika, bukan. Tapi karena Celine tidak tahu lagi siapa yang hendak dijadikan 'tameng' olehnya. Karena Ayu tidak akan pernah melupakan topik pertama perbincangan.
"Iya. Tapi ..., ini pertama kalinya kamu ada kantung mata." Ayu berjalan memutari Celine dengan gelisah. "Kamu tidak tidur semalam? Ada masalah?"
"Tidak ada." Celine jelas membantah. "Seriusan, nggak ada!" balasnya tegas saat Ayu memincingkan matanya, seolah menanyakan keseriusannya.
"Memang hal yang umum sih, kalau orang lain yang punya kantong mata setipis itu," ucap Diana. "Tapi kalau Celine yang selalu tidur cukup waktu ..., ini terlalu ajaib," sambungnya.
Mereka berdua tahu persis bagaimana tepat waktunya Celine tidur. Beberapa kali mereka akan chit-chat malam-malam dan Celine tidak akan membalas lagi setelah jam sembilan. Ya, walaupun sebenarnya Celine mendalami buku-buku kuno guna mencari sihir untuk membuat ingatan mereka kembali lagi.
"Sudahlah, Ayu, Diana. Biasa aja kali." Dan melihat buku yang dikerjakan Diana, memberi Celine akal. "Lagi ngerjain tugas apa?"
"Matematika," balas Ayu dan Diana berbarengan.
"Eh? Ada tugas matematika ya?" Celine panik sendiri saat dia baru saja mengingat tugas setumpuk yang diberikan oleh guru matematika itu.
"Iyaaa, buruan gih kerjain. Ada tigapuluh soal," tambah Ayu, yang membuat Celine menambah kecepatan geraknya saja.
Celine cukup beruntung karena dia datang kepagian hari ini. Karena itulah, Celine dapat menyelesaikan tugasnya bertepatan dengan bel jam pertama. Matematika ada di pelajaran pertama, semua murid menganggap bahwa orang yang mengatur jadwal sangatlah sadis.
"Kumpulkan PRnya, yang nggak kerjain, Bapak kasih hukuman!" seru Pak Nawas dengan senyum evil di wajahnya. Pak Nawas punya beribu-ribu kejahilan di otaknya, mungkin efek masa muda-nya yang dikekang.
![](https://img.wattpad.com/cover/75901770-288-k990769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memories [Telah Diterbitkan]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Kalau saja Celine bukanlah malaikat, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan bersama, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan saling mencintai, Kalau saja Arville bukanlah manusia, ...