Gadis itu duduk di bangku taman sudah nyaris setengah jam. Kakinya berulang kali bergerak naik-turun gelisah, dan matanya sedaritadi tidak bisa berhenti menengok jam tangan di tangan kirinya.
Beberapa saat kemudian gadis itu berdiri saat dilihatnya orang yang sudah ditunggunya sedaritadi telah nampak dari kejauhan. Wajahnya masih masam karena bosan menunggu.
"Sorry, Dyne. Kelamaan ya?"
"Banget!" balas gadis itu galak. "Lama amat kamu, Cel. Udah bertelur berapa banyak karena berdiam diri di sekolah?"
Celine memutar bola matanya kesal. "Gausah bilang gitu juga, kali. Tadi itu teman-temanku pada luka. Sebagai pengurus UKS, tugasku yah ngurus mereka."
"Iya, dan kamu membuatku menunggumu setengah jam."
"Cuman setengah jam juga," balas Celine malas. "Lagian salahmu juga. Ngapain kamu mendadak ngajak aku ketemuan tiba-tiba tadi pagi? Kok nggak di rumah saja?"
Gadis itu menerjapkan matanya, seperti baru saja mengingat tujuannya mengajak Celine bertemu. "Ini topik yang tidak boleh dibicarain di rumah." Setelah itu, dia melanjutkan. "Cel, apa teman-temanmu sudah mengingatmu?"
Sontak, kalimat itu membuat Celine membatu diam. Dia terdiam hampir tiga detik, sebelum akhirnya dia menolehkan pandangannya ke arah lain. Wajahnya tampak memperlihatkan dirinya yang sangat terganggu dengan pertanyaan itu. "Belum,"
"Sejak dulu aku ingin memberitahumu ini, Cel." Dyne menghela nafasnya lelah. "Setelah masa sekolah menengah atasmu selesai di dunia manusia, pulanglah dan lakukan tugasmu sebagai malaikat dengan benar."
Oh iya, memang. Memang Celine bukan manusia.
Melainkan seorang malaikat.
"Tapi-"
"Kamu bukan manusia, kamu harus ingat itu."
"...Tidak ada cara lain-kah?" Celine mengigit bibir bawahnya. "Aku yakin, ada malaikat hebat yang berhasil mematahkan mantra untuk membuat ingatan mereka semua kembali seperti semula."
"Tidak ada, Cel." Dyne mengucapkannya dengan cepat. "Dan belum pernah ada. Aku ingin kamu segera melupakan semua hal di bumi, secepatnya. Menyerahlah, aku lelah melihat kamar kita penuh dengan buku kuno itu setiap hari."
Celine hanya bisa terdiam, bahkan saat Dyne sudah berjalan menjauhi taman dan berlagak seperti biasanya.
"Kaaak, traktir es krim yaa!" ucap Dyne sambil terkekeh, ekspresinya yang berubah cepat itu memaksa Celine untuk mengikutinya. Dyne hanya akan serius di waktu tertentu saja dan Celine harus bisa mengimbangi sifat labil adiknya—karena itu tanda bahwa Dyne tak ingin memperpanjang masalah. Dan memang, Dyne hanya memanggilnya 'kakak' diwaktu-waktu tertentu. Seperti saat ini contohnya.
Celine hanya bisa tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. "Iya, iya." Dan dia berhasil menyembunyikan masalahnya dengan baik.
*
Keluarga Celine, semuanya adalah malaikat. Ayah Celine memiliki posisi sebagai malaikat kematian, sedangkan Ibu Celine memiliki posisi sebagai malaikat pelindung. Celine dan Dyne masih malaikat remaja yang belum diujikan kemampuannya, jadi mereka belum memilih posisi mereka. Ngomong-ngomong soal posisi, mereka diharuskan memilih posisi di usia ke delapanbelas nanti.
Malaikat pada dasarnya memiliki sayap berwarna putih bersih, tapi jika sudah memilih posisi, warna sayap akan berubah sesuai posisi. Misalnya warna sayap malaikat maut dan malaikat kematian adalah hitam, warna sayap malaikat pelindung adalah warna biru langit, dan beragam warna lainnya.
Malaikat tidak hanya ada satu seperti yang selalu diceritakan dalam buku-buku. Malaikat kematian, misalnya. Di bumi, manusia yang mati bukanlah satu orang dalam semenit, tapi bisa saja ratusan dalam waktu yang bersamaan. Disaat itulah semua malaikat kematian akan berlomba-lomba membawa jiwa terbanyak.
![](https://img.wattpad.com/cover/75901770-288-k990769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memories [Telah Diterbitkan]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Kalau saja Celine bukanlah malaikat, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan bersama, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan saling mencintai, Kalau saja Arville bukanlah manusia, ...