[-24]. Celine dan Kotak Hitam

11K 1.3K 24
                                    

"Bagus," gumam Celine dengan mata menyipit saat matanya bertemu dengan mata Arville. "Bagus sekali, Arville."

"Sorry," Arville membungkuk maaf sedaritadi. "Sorry Cel, tadi darurat. Aku janji nggak bakal lakuin itu lagi." Celine menaikan alisnya. Tidak merangkul lagi, maksudmu?

Arville memang sudah menjelaskan semuanya barusan, bahwa gadis tadi rupanya adalah Alea—yang akhir-akhir ini dibicarakan bersama Arville.

"Kamu kan bisa tolak bekalnya,"

Arville mendesah frustasi, "Sudah kubilang dia nggak mau dengerin aku, Cel."

"Kok dia bisa sih, suka sama laki-laki sepertimu? Aku heran."

Beneran heran kamu, Cel?, batin Celine seperti tengah bertanya kembali pada dirinya, membuat Celine menggeleng-geleng tak pantas.

"Nggak tahu juga ya." Arville menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Oh, aku ingat pernah nolong dia sekali." Arville menaikan kepalanya, seolah baru menemukan jawaban yang dicarinya selama ini. "Pas itu si Zero lepas kan, terus-"

"Ah—Aku sudah bisa menebak jalan ceritanya." Celine geleng-geleng kepala.

Zero adalah nama anjing yang ada disebelah sekolah. Arville pernah membawa Celine sekali ke sana dan Arville takjub saat melihat Zero langsung jinak pada Celine. Padahal biasanya Zero butuh waktu sampai sebulan lebih baru bisa mengenal seseorang. Arville saja butuh waktu tiga minggu baru bisa menaklukannya. Ajaib sekali Celine ini.

Celine berbalik mengintip keberadaan gerbang, setelah yakin bahwa Alea tidak mengikuti mereka, pelan-pelan Celine menjauhkan diri. "Udah ya, aku pulang."

"Eh?"

"Apa?" Tanya Celine dengan alis mengerut saat dilihatnya Arville berjalan ke arahnya dengan cepat. "Tidak ada yang melihat."

"Nah, aku anterin sampai persimpangan ya?" Arville tersenyum lebar.

Celine tertegun, saat Arville mengatakan akan membawanya pulang tadi, Celine kira itu hanya alibi belaka. Ternyata memang—Arville tidak pernah berbohong.

Tapi ...,

"Nggak usah!"

Celine ingin, tapi memang tidak bisa hari ini. Kemarin Ayahnya mengabarkan bahwa dia akan pulang hari ini, jadi dipastikan hari ini Ayahnya bisa saja melihatnya pulang bersama Arville. Ayahnya—tidak mungkin membiarkan putrinya berjalan bersama manusia. Terlebih lagi manusia yang bergender laki-laki. Pantangan berat.

"Kapan-kapan saja yah, soalnya-"

Celine yang baru akan mengeluarkan alasan pun terhenti saat didengarnya dering Hpnya berbunyi. Celine tersentak, dering lagu itu—dering yang dikhususkan untuk Ayahnya saja.

Dengan sedikit terburu, Celine mencoba mengeluarkan ponselnya dari saku roknya. Arville hanya menatapnya diam saat Celine mulai menjawab telepon.

"Halo, Yah?"

"Ayah sudah sampai di rumah. Kapan kamu pulang?"

"Sebentar lagi, Yah. Lagi di jalan."

"Baiklah, Ayah tunggu di depan."

Selanjutnya terdengar sambungan telepon diputuskan, Celine pasti akan langsung ngebut berlari jika tidak ada Arville disampingnya.

"Ville, aku pulang dulu ya, Ayahku baru sampai di rumah barusan." Ujar Celine cepat.

Arville pernah mendengar dari Celine bahwa Ayahnya bekerja di tempat yang jauh, maka Arville ikut antusias di sampingnya. "Benarkah? Kamu harus cepat pulang kalau begitu."

"Ya, benar, bye!"

"Eh, tunggu, Cel!" Seruan Arville hampir saja membuat Celine terjatuh dengan tidak anggun, tapi untunglah Celine mampu menyeimbangkan tubuhnya. Tatapannya terbaca 'Apa', yang membuat Arville langsung mengutarakan pikirannya. "Minta nomor Hp sama semua sosial mediamu dong."

Mata Celine terbelalak, menatapnya tak percaya. "Sekarang?!"

"Iya, sekarang." Arville mengeluarkan ponselnya dari saku. "Nah,"

Celine langsung menekan angka dan huruf yang dihafalnya diluar kepala dengan cepat, lalu memeriksa sekali lagi sebelum mengembalikannya ke Arville. "Buat apa?"

"Biar bisa kontak lah sama kamu, masak buat pajang?" Arville terkekeh, Celine sudah menatapnya galak. "Oke, bye, Celine. Hati-hati."

"Iya, bawel, bye!" Dan mulailah Celine berlari menjauhi tempat itu.

*

Sesampainya di depan rumahnya, Ayahnya yang melihat kedatangannya langsung memamerkan senyuman lebar. Di sampingnya Dyne tengah bercerita panjang lebar tentang kehidupan di bumi. Celine pun memutuskan untuk bergabung tanpa meletakan tasnya.

"Celine pulang,"

"Ayah tungguin daritadi lho," Ayahnya itu terkekeh pelan. "Nih." Ayahnya menyerahkan sebuah kotak hitam berukuran sedang ke Celine, yang sontak membuat Dyne menekuk wajahnya.

"Yah, kok Dyne nggak dapat oleh-oleh dari Ayah sih?"

Ayahnya mengelus rambut putri keduanya itu. "Itu bukan dari Ayah, tapi dari Nak Charlos."

Mendengar nama 'Charlos', Celine langsung membatalkan niatnya untuk membuka kotak itu. "Nih, buat kamu aja, Dyne."

"Lho, kenapa?" Tanya Dyne dengan keheranan. "Kan Kak Charl ngasihnya ke kamu."

"Tidak baik menolak pemberian orang, Celine." Tegur Ayahnya.

Celine mengerucutkan bibirnya. "Habisnya Charlos suka sekali mengirim benda-benda aneh yang mengandung sihir."

Charlos adalah malaikat yang umurnya berbeda empat tahun dengannya. Saat ini dia sedang dalam masa memilih posisi yang membuatnya tidak bisa berkeliaran bebas dalam waktu dua tahun. Apalagi Charlos adalah anak dari malaikat yang hebat dan memiliki gelar. Ayahnya adalah malaikat kematian terbaik di dunia dan Ibunya adalah pemimpin para malaikat pelindung.

Sudah sejak tujuh tahun yang lalu, Charlos menyatakan rasa tertariknya pada Celine terang-terangan, meski Celine juga terang-terangan menolaknya, anak itu cukup keras kepala juga. Lihat saja, bahkan dia menggunakan kesempatan sebulan kepulangan Ayahnya untuk mengirim benda-benda aneh lagi ke Celine.

Charlos pernah memberikan gelang putih dengan hiasan permata putih kilat yang sungguh membuat semua gadis berteriak histeris saat melihatnya. Charlos bahkan langsung memasangkannya ke Celine dan tubuh Celine langsung lemas. Saat itu, sedang ada acara dansa dan Charlos memaksanya menjadi pasangannya—tapi ditolak Celine. Charlos tahu itu satu-satunya cara memaksa gadis itu.

Bahkan tahun lalu Charlos memberinya jepitan rambut kupu-kupu yang sangat indah, tapi begitu Celine memakainya, jam tidur Celine langsung berubah drastis. Celine yang biasanya tidur jam sebelas pun berubah, jam tidurnya jadi jam delapan malam. Celine tahu itu hal baik yang dilakukan Charlos, tapi karena itu juga, Celine sering kelupaan membuat PR. Untung saja efek itu hanya berlangsung sebulan.

Celine marah, sangat. Tapi Celine sedikit simpati juga dengan usahanya. Charlos adalah malaikat muda yang unggul, tentu saja dia sudah belajar dari malaikat cinta. Charlos bisa saja membuat Celine jatuh cinta padanya dengan sihirnya, tapi dia tidak pernah memakainya.

"Baiklah, kali ini aku mengambil hadiahnya. Tapi kalau isinya menyulapku atau menyihirku, aku tidak akan pernah lagi menerima hadiahnya." Celine menyambar kotak hitam itu dan memasukannya dalam tas.

Ayahnya hanya bisa tertawa kecil. Meskipun Celine menerimanya dengan gerutuan kesal, tapi Celine tetap akan menerimanya. Dirinya berpikir, akankah Celine membuka hatinya kepada Charlos suatu saat nanti?

***TBC***

24 Juli 2016, Minggu.

A.N

Met another new character, even he hasn't appear yet.

Charlos bakalan banyak muncul setelah ini, ini hanya perkenalan doang. Yeah, cinta segitiga atau mungkin lebih.


CINDYANA

The Lost Memories [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang