Suasana dalam UKS begitu hening meskipun terdapat beberapa orang di dalam sana. Kipas besar di atas sana yang berputar, dapat mendinginkan ruangan itu hingga hampir menjangkau seluruh sudut, terkecuali dibalik tirai.
Kotak P3K terbuka, seorang guru mengurus lengan Arville dan kakinya. Beberapa kali Arville akan meringis, lalu memberi kode bahwa dia baik-baik saja.
Celine menatapnya datar di sampingnya.
Arville mungkin bisa berbohong dengan mulutnya, tetapi mata Celine tidak bisa dibohongi begitu saja. Kalau saja Celine tak memiliki kelebihan untuk melihatnya, mungkin saja Celine akan mempercayainya. Siapa pula yang tak mempercayai manusia jujur sepertinya? Dan Celine saat itu mengerti, dia bukannya tidak pernah berbohong. Dia berbohong agar oranglain tidak merasa khawatir.
Oh, dasar baik hati.
Seorang malaikat memiliki kelebihan untuk melihat luka dalam pada manusia. Sejak melihat kaki Arville, Celine sudah dapat melihat luka itu padanya. Begitu juga dibagian bahunya itu. Saat Arville mencoba memanipulasi pendapat Celine dengan memutar lengannya, saat itulah luka Arville makin parah saja dan Celine tak sampai hati melihat hal itu.
Dan disinilah Arville, dengan balutan perban yang kini sudah berputar menjadi baju baru buatnya.
"Terima kasih, Bu." Ujar Arville tulus. Saat dia hendak membungkukkan badannya tanda penghormatan, dia kembali meringis.
"Udah, jangan maksa." Celine mengatakannya dengan tidak suka. "Terima kasih, Bu." Celine membungkukkan badannya, mengantikan Arville melakukan penghormatan.
Mereka berjalan menuju gerbang, Arville berjalan tanpa di papah karena keadaan kakinya memang tidak separah bahunya.
Entah apa yang membuat Arville tiba-tiba penasaran dengan Celine.
"Cel, kok kamu bisa tahu bahu dan kakiku sakit?"
Dan tentu saja Celine tidak boleh mengatakan yang sebenarnya, bahwa dia bisa melihat luka dalam manusia. "Wajahmu kesakitan dan kesan maksa-nya nampak jelas."
"Masak?" Arville terlihat panik. Mungkin saja dia berpikir bahwa ada kemungkinan anggota team-nya mengetahui hal itu juga.
"Aktingmu terlalu buruk, lain kali jangan lakukan itu lagi."
Celine—berbohong. Arville yang tadinya tertawa lepas akan terlihat baik-baik saja di mata Celine seandainya dia tak melihat tubuhnya tadi. Celine mengatakan hal itu semata-mata hanya agar Arville tidak lagi mau menyembunyikan lukanya suatu saat nanti.
"Tapi ..., aku teringat dengan burung merpati itu lagi." Arville menerawang langit, entahlah mencari keberadaan burung itu atau membayangkan kembali kejadian hari itu. "Hari itu kamu dengan yakinnya bilang kalau sayap bagian burung itulah yang bermasalah."
Jantung Celine terasa nyaris copot. Tentu saja Celine tahu kemana arah pembicaraan Arville.
"Jadi maksudmu, aku ini manusia super yang bisa melihat dimana letak kesakitan orang, begitu?" Celine tampak tersinggung, membuat Arville menggeleng cepat dengan penuh antisipasi.
"Kan aku nggak bilang gitu?"
"Tapi arah pembicaraanmu tadi seperti mengatakan begitu!" Celine melipat kedua tangannya di depan dada.
"Enggak, aku nggak maksud gitu." Arville menghela nafasnya, lalu tersenyum. "Gimana kalau ..., kita berdua melakukan kerja sama saat di dunia kerja nanti? Dengan adanya aku yang mengobati hewan dan kamu yang ahli dalam melihat titik sakitnya, kita pasti bisa menyelamatkan banyak hewan!" Tuturnya dengan semangat empatlima.
![](https://img.wattpad.com/cover/75901770-288-k990769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memories [Telah Diterbitkan]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Kalau saja Celine bukanlah malaikat, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan bersama, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan saling mencintai, Kalau saja Arville bukanlah manusia, ...