Celine pikir, dia akan berhenti dari tugasnya sebagai penjaga perpustakaan saja.
Penjaga perpustakaan terlalu ramai. Celine bergabung sebagai penjaga perpustakaan tidak sampai setahun, tapi beberapa kali masalah datang yang mengatasnamakan penjaga perpustakaan. Celine bahkan pernah ditanya macam-macam oleh Kepala Sekolahnya langsung!
Dua bulan pertama saat Celine sudah menjadi penjaga perpustakaan, beberapa kali buku yang pernah dipinjam oleh siswa dinyatakan hilang. Padahal, di jurnal tertulis bahwa buku itu sudah dikembalikan entah beberapa hari yang lalu. Siapapun siswa yang membuat buku hilang harus membayar denda sesuai harga buku. Tapi setelah dia memeriksa kas perpustakaan, tidak ada penambahan sama sekali. Celine menduga telah terjadi 'penggelapan dana' sebab Celine benar-benar mencari buku yang menghilang itu dengan tekad, dan sampai saat ini—buku itu tidak pernah kembali.
Bulan lalu, buku jurnal itu lenyap tanpa bekas. Dan sialnya, jurnal itu menghilang di hari rabu. Celine sudah menegaskan bahwa saat gilirannya menjaga perpustakaan, buku jurnal itu masih ada di depannya. Perdebatan terjadi selama satu jam pelajaran sampai akhirnya Arville datang memeriksa keadaan dan membela Celine, karena Arville juga jelas-jelas melihat Celine menulis di buku itu.
"Nah, lalu kamu mau masuk club apa?" Tanya Arville menopang dagunya sambil memiringkan kepalanya.
Celine menghela nafas panjang. "Entahlah,"
Arville pun ikut menghela nafas. Sudah dua bulan tahun ajaran baru dimulai, tapi Celine masih saja sibuk memikirkan club. Padahal, ada hal yang lebih penting di kelas sembilan ini.
"Cel, gimana kalau ..., nggak masuk club apapun sampai selesai UN?"
Celine langsung berdecak, "Gila."
Arville tampak tak mempedulikan ucapan Celine. "Mungkin kamu harus diskusi sama Ayu atau Diana." Arville melirik tempat duduk Ayu dan Diana yang terdapat di belakang. Mereka tampak sedang mengobrol berdua di belakang sana. "Aku pindah ya, Cel."
Celine hanya menganggukan kepalanya mengiyakan.
Arville beranjak ke belakang dimana teman-temannya yang tengah berbicara heboh tentang sesuatu di belakang sana. Arville merasa pembagian tempat duduk ini tak terlalu pantas juga. Dua siswi rajin macam Ayu dan Diana harus bergabung dengan monster-monster yang selalu meminta pelajaran kosong.
"Mau pindah ke tempatku?" Tanya Arville saat Ayu dan Diana sudah menatap ke arahnya. Ayu memberi kode ke Diana agar pindah duluan saja, Diana pun mengangguk dan beranjak naik. Seperti tahu bahwa Ayu akan menyeret kursinya sendiri ke depan, Arville pun menawarkan bantuan. "Mau kubawakan kursinya?"
Bahkan belum sempat Ayu menjawab, teman-temannya sudah meledek mereka berdua. "Yaampun, Bang Arville gentle banget deh!"
Tentu saja ledekan itu terdengar seisi kelas.
Diana dan Celine tentu saja juga mendengarkannya.
"Nggak perlu, terima kasih."
Ayu buru-buru menyeret kursinya sendiri ke depan. Arville membiarkannya lewat dan langsung duduk di kursi Diana tanpa berpikir panjang. "Kalian itu kurang kerjaan banget."
"Habisnya lo baik banget sih." Celutuk Dony. "Nggak ingat gara-gara kebaikan lo, Alea dan Aurel sampe sekarang masih gila sama lo?"
"Dan itu bikin Irwan patah hati," Leon memotong, lalu tertawa geli saat Irwan meninju bahunya.
"Tapi ngomong-ngomong kebetulan banget ya, A semua. Arville, Aurel, Alea ..., Ayu..."
Arville tak berkata apapun, malas juga sebenarnya menanggapi ucapan mereka. Biarlah tiga orang di depan sana bersama untuk sementara di jam kosong hari ini. Ada sedikit rasa bersyukur karena mereka duduk di depan sana, jadi pembahasan mereka pastilah tidak akan mungkin terdengar sampai depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memories [Telah Diterbitkan]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Kalau saja Celine bukanlah malaikat, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan bersama, Kalau saja malaikat dan manusia diperbolehkan saling mencintai, Kalau saja Arville bukanlah manusia, ...