Chapter 10

132 19 2
                                    


"Serahkan Hp-ku itu!" bentakku pada Hoshi yang tengah asyik menyantap makanannya.

"Kau tak mikir? Ini adalah kantin, tempat umum, tidak seharusnya kau berteriak-teriak begitu padaku, atau semua orang akan menyangkamu gila," kata Hoshi santai.

"Cih! Kalau begitu, aku tunggu kamu di lapangan, sekarang!" seruku sambil berbalik pergi menuju lapangan.

Hoshi hanya tersenyum santai kemudian melanjutkan memakan makanannya.

Begitu di lapangan, aku terus menerus menunggu Hoshi sampai akhirnya Hoshi datang dan berdiri di hadapanku.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan, Seon Mi-ssi?" tanya Hoshi.

Aku tak menggubrisnya kemudian berlari ke arah Hoshi sambil melayangkan tinjuku ke wajahnya.

BRUAK!

Satu tinjuan mendarat di pipi kanan Hoshi. Hoshi yang tak tahu apa maksudku hanya terkejut.

"Ya! Pabo! Kau mau melawanku?!" seru Hoshi sambil menahan sakitnya.

Aku menatapnya marah.

"Kalau begitu aku tidak akan segan-segan walaupun kau seorang yeoja!" Hoshi memulai kuda-kuda nya kemudian melayangkan tinjunya ke arah kepalaku.

Walaupun sulit, namun aku berhasil menghindarinya. Aku mundur dengan cepat. Kemudian aku mengumpulkan tenagaku untuk menendang Hoshi.

"Hyyyaaahh!!!" seruku mengeluarkan seluruh tenagaku.

Tak ingin diremehkan, Hoshi menangkis tendanganku kemudian melayangkan tinju ke arah perutku.

Aku yang masih mengembalikan keseimbangan badanku tak bisa mengelak dari tinjuannya barusan.

"Akh!!" aku merintih kesakitan kemudian mencoba bangkit. Aku melayangkan tinjuku berkali-kali, namun berhasil di tangkisnya dengan sempurna.

"Akan ku akhiri dengan satu tinjuan terakhir!!" Hoshi mengumpulkan tenaganya di tangan kanannya kemudian dengan kuat meninju perutku hingga aku terjatuh dan memuntahkan darah.

"Kau sudah puas?" tanya Hoshi. "Aku sudah jelas-jelas menang, jadi jangan coba-coba kau melawanku lagi," lanjutnya.

Aku terduduk lemas di tanah. Tenagaku benar-benar habis dibuatnya. Darah dari hidungku mulai berceceran kemana-mana. Aku hanya bisa menatapnya kesal.

"Seon Mi-ssi, jangan harap aku akan meminta maaf padamu," kata Hoshi dengan dinginnya. Kemudian ia pergi meninggalkanku di lapangan.

"Saekkia!!" aku meninju-ninju tanah untuk mengungkapkan kekesalanku pada namja tersebut.

***

"Seon Mi-ssi! Kau mati?!"

Suara itu ... Hoshi?

"Ya! Apa perlu aku pesankan kuburanmu sekarang?!"

Hah! Setelah menghancurkanku, sekarang dia ingin memesankan kuburanku! Namja brengsek sepertimu seharusnya mati saja.

"Atau kau menginginkan nafas buatan?"

Hah? Apa yang dibicarakannya?

"Seon Mi-ssi! Ya! Sadarlah!" Hoshi mengguncang-guncangkan bahuku.

Perlahan aku membuka mataku.

"Akhirnya kau bangun juga," kata Hoshi lega.

Di mana aku? Tanyaku dalam hati. kemudian aku memperhatikan bajuku yang berlumuran darah.

"Hei, kenapa kau diam saja?" tanya Hoshi sambil menatapku.

Aku masih teringat ketika Hoshi meninjuku. Kemudian aku menatap Hoshi kesal dan langsung menampar pipinya.

"Ya! Saekkia! Namja brengsek sepertimu seharusnya mati saja!!" seruku marah pada Hoshi.

Hoshi kaget dan menatapku bingung.

"Mworago!?" tanya Hoshi. "Ya! Yeoja gila macam apa kau?! Benar-benar tak tahu terima kasih! Kalau aku tadi tidak ada, kau mungkin sudah di alam lain!!" lanjutnya.

Hah? Aku terdiam sejenak. Kemudian berusaha mengingat apa yang terjadi.

"Kau! Ketika aku menantangmu, kau akhirnya menghancuriku!"

"Menantang? Menghancuri? Kau gila?" tanya Hoshi meninggikan nada bicaranya. "Mimpi apa kau barusan?" tanyanya lagi.

Mimpi?

Kemudian aku terdiam menenangkan pikiranku. Tiba-tiba saja, aku teringat ketika aku mengejar Hoshi kemudian menabrak pintu dan setelah itu aku pingsan.

"Mwo!? Jadi yang di lapangan itu cuma mimpi?!" seruku kaget. Tak percaya.

"Biar kujelaskan, pertama kau berlari mengejarku, tapi tiba-tiba aku menutup pintu dan kepalamu menghantam pintuku. Setelah itu kau pingsan, darah mengalir dari dahi dan hidungmu, supaya kau tidak langsung mati, aku langsung menarikmu ke sini dan menolongmu," kata Hoshi menjelaskan situasi yang barusan terjadi.

Aku terbelalak kaget. Pantas saja ada darah di bajuku. Kemudian berusaha menutup mukaku.

Ya ampun! Apa yang barusan kulakukan! Seruku dalam hati.

"Selama 1 jam kau pingsan, aku terus menerus berteriak-teriak di hadapanmu, kemudian ketika kau bangun, kau lagsung menampar dan mengataiku 'pria brengsek seharusnya mati'," ucap Hoshi sambil menatap tajam ke arahku.

Aku menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku. "Mian," kataku pelan.

"Hah?" tanya Hoshi.

"Khamsahamnida," lanjutku.

"Kau pikir begitu caramu berterima kasih?"

"Kita lanjutkan bicaranya besok, aku tak bisa berlama-lama di sini," aku kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu.

"Kau yakin mau keluar dari kamarku?"

***********************************

To Be Continued~

Vote & Comment

Thank You^^

My Annoying NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang