Chapter 19

170 17 7
                                    


Begitu sampai di apartemennya, Hoshi berjalan ke ruang tengah kemudian menghempaskan badannya ke atas sofa. Setelah itu, Jeonghan pun datang dan duduk di sampingnya. 

Jeonghan menyodorkan sebotol cola pada Hoshi. Dengan cepat Hoshi langsung menerima cola tersebut dan meminumnya.

"Jadi ... gimana tadi?" tanya Jeonghan. "Kenapa pestanya sampai tengah malam begini?" lanjutnya.

"Aku dan Seon Mi hanya sebentar di pesta si Kihyun, setelah itu aku lupa uangku telah habis, kami pun berjalan kemudian bertemu eommanya Seon Mi. eommanya mengajak kami makan malam bersama, dan setelah itu ... barulah kami sampai di sini dengan selamat..." jelas Hoshi sambil menyenderkan kepalanya di sofa.

Jeonghan manggut-manggut. "Jadi, kamu sudah puas balas dendam dengan musuhmu?" tanya Jeonghan.

Hoshi mengangguk sekali. Namun sama sekali tak menatap wajah hyung-nya itu.

"Terus? Apa yang membuat kamu nggak seperti biasa? Kok tumben bisa lesu gini? Apa ada hal yang membuatmu terganggu?" tanya Jeonghan.

Hoshi terdiam sejenak. Kemudian ia mengeluarkan handphone dari sakunya. "Hyung, apa kau ingat?" tanya Hoshi sambil menyodorkan handphonenya pada Jeonghan.

Jeonghan terdiam sejenak memandangi foto di layar handphone Hoshi.

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

"HAHAHAHHA!!" tawa langsung meledak dari Jeonghan.

Hoshi memandangi Jeonghan sejenak kemudian menatap foto di layar handphonenya. "HAHAHAHAH!! Iya kan hyung!? Kau ingat?!" Hoshi ikut tertawa terbahak-bahak.

"Iya, Ratu Kuno, kan?! Cewek norak yang pernah kamu sukai waktu SMA, kan?"

"Hyung!" Hoshi masih tertawa sambil mengerutkan alisnya.

"Jadi, dapat dari mana fotonya ini?" Jeonghan menyeka air matanya yang keluar karena tertawa terbahak-bahak barusan. "Jangan bilang kamu ... stalker!? Ya ampun Hoshi-ya, masih banyak cewek yang lebih cantik daripada dia, bahkan Seon Mi lebih cantik dibandingkan Ratu Kuno itu, dan kamu masih ngejar-ngejar Ratu Kuno itu? hahaha, kekanak-kanakan sekali kamu ..."

Hoshi menyimpan handphone kembali ke dalam sakunya. "Ne, hyung. Aku memang kekanak-kanakan." Hoshi tersenyum tipis.

"Jadi serius kamu masih ngejar-ngejar Ratu Kuno? Memangnya kamu tahu dia ada di mana sekarang?"

"Hyung, jangan pura-pura gak tau deh. Sudahlah, aku ngantuk ... selamat malam, Jeonghan-hyung." Hoshi berjalan meninggalkan Jeonghan kemudian masuk ke kamarnya.

Jeonghan masih terdiam sambil duduk di sofa. Ia memutar otaknya. "Apa maksudmu 'aku pura-pura tidak tahu', Hoshi-ya?" tanyanya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

***

Aku berkali-kali mencoba membuat diriku tertidur. Namun percuma, walaupun sudah lebih dari 20 menit mataku tertutup, tapi sampai sekarang aku belum bisa pergi melayang-layang ke alam mimpi.

Aku termenung untuk beberapa saat. Aku teringat kata-kata kasarku pada Hoshi tadi. "Apa aku keterlaluan, ya?" tanyaku pada diriku sendiri. "Seon Mi-ya!! Pabo!?" aku berkali-kali menimpuk kepalaku menggunakan bantal untuk melampiaskan kekesalanku pada diriku sendiri.

Bodohnya aku! Tidak bisakah aku mencoba menghargai seseorang? Biarpun misalnya yang Hoshi katakan tadi hanyalah gombalan semata atau apapun, seharusnya aku harus berusaha menghargainya karena ia berani mengatakan hal seperti itu yang bisa membuat seseroang senang.

Apalagi jika Hoshi mengatakan itu dengan jujur. Aku benar-benar merasa menjadi seorang yeoja yang tidak tahu diri.

Aku kemudian memutuskan suatu hal yang agak ... aneh mungkin?

Aku berjalan keluar kemudian berdiri di hadapan pintu apartemen rumah nomor 170. Dengan penuh penyesalan aku berdiri di sana. Aku menarik nafasku sedalam-dalamnya. Tanganku gemetataran. Aku tak berani menekan bel, lagian ini juga sudah jam 1 malam. memangnya siapa yang akan membukakan pintu di tengah malam begini?

Untuk kesekian kalinya aku menarik nafasku.

"Hoshi-ya, maafkan aku atas perkataanku tadi. Di perjalanan pulang tadi kau mendadak membisu di hadapanku. Apa perkataanku tadi membuatmu membenciku?" aku termenung sesaat. 

Aku pun melanjutkan. "Aku tidak tahu kenapa aku berbicara seperti ini, tapi kurasa ini membuat perasaanku sedikit tenang. Selamat malam. Terima kasih untuk hari ini."

 Aku berbalik dan berjalan dengan lesu. Namun yang kutuju bukan rumahku, aku memutuskan untuk membeli minuman kaleng di mesin penjual minuman.

Inginnya begitu, aku membeli minuman kaleng di mesin penjual minuman, sayangnya ... seseorang sepertinya memperhatikanku yang komat-kamit di depan pintu rumah nomor 170.

"Seon Mi-ya?"

...

Aku terpaku begitu menatap ke arah suara tersebut. Benar-benar membuatku merinding. Orang itu berdiri di sana menatapku.

"A-aah?! Jangan salah paham! A-aku hanya ingin," aku terdiam dan meneguk ludahku. Aku benar-benar membeku di sini. "Tunggu di situ!" dengan cepat aku berlari masuk ke rumahku.

Dan dengan cepat pula aku keluar dari rumahku menghampiri orang itu sambil membawa satu set perlengkapan yang aku gunakan tadi.

"Baju dan high heels-nya aku kembalikan. Karena ini bukan milikku. Terima kasih!" seruku sambil menyerahkan barang-barang itu pada orang itu alias Hoshi.

Hoshi hanya terdiam tanpa ekspresi sambil memegang baju dan high heels dalam tas kertas yang barusan kuserahkan padanya. Satu detik kupandanginya.

Kemudian mulai mengambil langkah berbalik menuju rumahku. Kupikir ia akan memanggilku karena tingkahku yang tiba-tiba begini. Namun pikiranku salah. Tak ada satu kata pun yang kudengar darinya.

*** (Dua hari kemudian, di kantin ...)

Aku menghela nafas panjang. Aku menopangkan daguku. In Ha memandangiku bingung.

"Ya? Ada apa denganmu? Kenapa tampak berantakan sekali hari ini?" tanya In Ha.

Aku memandanginya sebentar. Aku bingung apakah aku harus membicarakan masalah ini padanya? Tapi saat ini aku butuh saran darinya. Kuputuskan untuk menceritakan kejadian dua hari lalu saat aku dan Hoshi menghadiri sebuah acara sebagai sepasang kekasih palsu. Dari sebelum acara sampai aku mengembalikan baju dan high heels yang Hoshi belikan. dan juga semua perkataan yang kukatakan pada Hoshi.

Dan sudah kutebak, ekspresi apa yang In Ha perlihatkan padaku. Dia menyengir sambil menahan tawanya. "Jinja!?" serunya sambil menahan tawanya.

Aku menjitak In Ha kesal. "Tahan ekspresimu dong! Ini tempat ramai!"

"Tapi Seon Mi-ya, kalau aku yang menjadi Hoshi ... menurutku kamu ini cewek yang kejam."

***************************

nthor gak tau pengen bilang apa lagi.

Alurnya mulai lapar ><

Jangan lupa vote-nya ya .... karena author update sesuai VOTE-nya readers sekalin.

MWUHEHEHHEHEHE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Annoying NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang