"hooaamm..."
entah sudah berapa kali Seolhyun menguap lebar meski ini baru jam 10 malam. Bahkan dia sempat terkantuk-kantuk saat berada di dalam bus menuju ke kontrakkannya. Kim Hanbin belum masuk kerja sehingga dengan sangat senang hati Seolhyun menggantikan Hanbin menjadi DJ malam ini.
"syuutt"
Bus berhenti tepat di halte yang jaraknya tak begitu jauh dari gedung kontrakkan Seolhyun, dia hanya perlu berjalan kaki sekitar 10 menit. Angin malam begitu dingin maklum sebentar lagi akan masuk musim salju. winter.
Seolhyun merapatkan sweaternya dan kembali berjalan. Namun baru setengah jalan dia melihat figur yang cukup dia kenal. semakin dekat akhirnya Seolhyun dapat melihat dengan jelas siapa namja itu, Kim Hanbin. apa dia sudah sembuh?
namja itu sedang menatap tajam pada sosok pria paruh baya di depannya yang juga terlihat sedang marah? anak itu meski sedang sakit tapi tetap saja masih membuat masalah.
"kenapa kau keras kepala sekali?" ucap pria paruh baya itu sambil memijit keningnya.
"setidaknya aku tak egois sepertimu!"
"plaaakkk"
Seolhyun terkejut, pria paruh baya itu menampar Hanbin tepat saat Seolhyun berada 2 langkah di samping mereka. Seolhyun tersentak dan menghentikan langkah kakinya. bingung apa yang harus dia lakukan. menolong Hanbin karena dia mengenal namja itu, setidaknya Hanbin tentangga sekaligus rekan kerja atau membiarkannya saja karena itu bukan urusan Seolhyun.
Hanbin terlihat tersenyum sambil mengusap sudut bibirnya yang mungkin berdarah karena tamparan keras barusan. namun senyum itu segera menghilang menjadi tatap membunuh saat Hanbin menyadari keberadaan Seolhyun, tatapan yang seperti "ini bukan urusanmu dan cepat pergi dari sini!!"
sinyal bagi Seolhyun untuk memilih pilihan keduanya, membiarkan Hanbin karena itu bukan urusannya dan kembali melanjutkan jalannya menuju ke kontrakkan dan tidur. namun entah sejak kapan rasa kantuknya tiba-tiba hilang.
***
Seolhyun masih belum bisa memejamkan mata. matanya menatap sedih pada layar handphonenya menampilkan fotonya dan juga dua orang lainnya yang sedang tersenyum sambil memeluknya. omma dan appanya. Seolhyun merindukkan mereka, sangat.
"braaakkk"
Seolhyun tersentak saat mendengar suara keras dari sebelah kamarnya. apa lagi yang dilakukan oleh namja pemalas itu? terserah, bukan urusannya.
"brak brak brak"
sekarang suara itu beralih di depan pintu kamarnya, membuat tubuh Seolhyun membeku sesaat.
"yak, buka pintunya"
Seolhyun mengenal suara itu. suara Kim Hanbin. astaga...apa namja itu akan benar-benar membunuhnya karena apa yang barusan dia lihat?? apa perlu Seolhyun menelpon polisi dan mengatakan kalau tetangganya yang pemalas itu hendak mencincangnya?
"w..wae? a..apa yang kau mau huh?" Seolhyun memberanikan diri untuk bertanya. masih belum berani membuka pintu. Seolhyun memang yoeja mandiri yang cukup berani tapi...Seolhyun tak pernah berurusan dengan namja aneh seperti Kim Hanbin sebelumnya dan lagi saat ini dia tak bersama dengan Yonghwa sepupunya ataupun Minhyuk yang akan selalu membelanya dan membantunya. Seolhyun masih bisa merasakan rasa nyeri di bahunya akibat ulah Hanbin.
"aku hanya mau mengembalikan mangkuk" jawab Hanbin dari luar yang anehnya dengan nada suara yang lebih pelan.
"klek"
Benar. namja itu berada di depan pintu Seolhyun sambil memegang mangkuk yang sebelumnya Seolhyun gunakan sebagai tempat bubur untuk Hanbin.
"oh..." jawab Seolhyun meraih mangkuk dari tangan Hanbin.
"jangan lakukan lagi, aku tak butuh bantuanmu" ucap Hanbin dingin yang tentu saja membuat Seolhyun hampir naik darah.
"buburnya terlalu asin" tambah Hanbin.
butuh beberapa detik bagi Seolhyun untuk mencerna maksud ucapan Hanbin sebelum sebuah senyum tersungging di bibir gadis itu. namja di depannya itu sedang berusaha mengucapkan terima kasih.
"tak apa-ap...oh, kau berdarah"
refleks tangan Seolhyun terulur hendak menyentuh luka di sudut bibir Hanbin. pasti itu luka akibat tamparan pria tadi.
Hanbin refleks menghindar.
"hei...kau perlu mengobatinya biar tak infeksi. tunggu sebentar, masuklah" ucap Seolhyun sebelum yeoja itu menghilang mencari kotak P3K dan meninggalkan Hanbin yang masih terpaku di depan pintu. suara penuh rasa kuatir itu...menggerakkan perasaan aneh dalam diri Hanbin.
"kenapa masih berdiri di situ? ck...baiklah, sebenarnya aku juga tak mau berurusan denganmu tapi kau berdarah dan aku hanya ingin menolong saja. anggap saja ini terakhir kalinya aku akan menolongmu" ucap Seolhyun panjang lebar, namun Hanbin masih terdiam di tempatnya.
"heehh...baiklah"
akhirnya Seolhyun menyerah. dia menuangkan alkohol di atas kapas dan berjalan mendekat ke arah Hanbin. luka namja itu perlu dibersihkan dengan alkohol terlebih dulu.
"kau tahan sebentar ne"
perlahan Seolhyun membersihkan luka di sudut bibir Hanbin sementara namja itu masih terdiam. matanya tak berkedip menatap Seolhyun yang sedang berkonsentrasi membersihkan lukanya dengan sangat hati-hati.
perasaan aneh itu makin berkecamuk dalam hati Kim Hanbin. kelembutan, kehati-hatian, serta rasa kuatir itu sama persis. Hanbin sangat merindukkannya
"greeepp"
mata Seolhyun membelalak saat tiba-tiba Hanbin memeluk tubuhnya erat.
"hei yak apa yang kau lakukan? lepaskan! aku bilang le..."
Seolhyun menghentikan teriakkannya saat merasakan tubuh Hanbin yang sedikit bergetar sebelum akhirnya dia mendengar suara isakan tangis pelan dari Kim Hanbin.
Namja itu menangis. ini sangat aneh. seorang pemalas dan tukang buang sampah sembarang yang suka bikin masalah dengannya itu sedang menangis. dan anehnya lagi entah apa yang Seolhyun pikirkan tapi dia merasakan tangannya bergerak dan mengusap punggung Hanbin perlahan. mencoba menenangkan.
"omma...bogoshipoo"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA
Fiksi PenggemarDia... Bagaimana aku mengatakannya? dia sangat berbeda...gadis manis yang sangat menyukai permen dan lagu klasik. Salah satu pengunjung setia tokoku dan juga....ah aku terlalu cepat mengatakannya, hatiku... (Kim Jongin) Dia siswi pindahan. Cantik ta...