12 | Sorry

40 7 0
                                    

12 | Sorry



Rasanya, Alfa ingin membanting handphone-nya saja.

Sejak semalam, tak ada tanda-tanda Reya akan membaca pesannya. Pikirannya berkata bahwa ia berhak menerimanya, sedang hatinya berkata ini semua tak adil.

Derry mengenyakkan tubuh di kursi tepat disebelahnya.

"Aku benci pertanyaan," celetuk bocah jenius itu. Kacamata Derry sudah merosot sampai ke ujung hidung kala laki-laki itu akhirnya membetulkan posisi kacamata tersebut.

"Reya skorsing, ya?" tanya Alfa akhirnya. Sebenarnya, cowok itu curiga juga bahwa pihak sekolah hanya ingin Reya beristirahat di rumah sehingga lebih tenang saat masuk sekolah. Skorsing bagi gadis beriris gelap tersebut lebih pantas dikatakan dispensasi.

"Ya, tiga hari. Dan tolong berhenti nanya. Aku pusing. Ini bahkan lebih sulit dijawab dari pada soal geometri standar olimpiade," Alfa mendengus.

"Kamu sendiri yang bilang aku yang harusnya kejar Reya. Jadi, cerita semuanya dari awal," cetusnya kesal. Tatapan melunak melihat ekspresi masam di wajah Derry, "Please?"

Bocah jenius dihadapannya menghela napas. Merasa bahwa kata-katanya kemarin menyayat dirinya sendiri.

Dan secuil kisah itu mengalir dalam bisikan lirih.

***

Ya ampun, celetuk Alfa dalam hati. Ini baru hari pertama Reya skorsing dan suasana hatinya benar-benar buruk.

Tekankan, benar-benar buruk.

Tak ada yang sibuk mengetukkan jarinya saat pelajaran berlangsung, atau bahkan mengentak kaki dengan irama teratur. Telinganya yang biasa mendengar ketukan-ketukan tersebut merasa hal seperti ini tak wajar. Bahkan saat Alfa memutuskan untuk menjauhi Reya beberapa hari terakhir, ia masih mendengar suara tak-tuk-tak-tuk samar. Membuat telinganya nyaman walaupun ia tak benar-benar menyadarinya.

***

"Bunga itu hadiah paling pas buat cewek lagi galau, tau."

Mila mencuri waktu saat praktik biologi dalam laboratorium yang sibuk. Alfa menatap gadis mungil itu dengan sorot geli, "Tepatnya, 'bunga itu hadiah paling pas buat Mila lagi galau, tau.'"

Gadis mungil itu melotot sebal. Membuat Alfa terkikik geli melihat wajah Mila bersemu merah.

"Aku serius, Al. Cewek manapun suka kalau dikasih bunga," ketus Mila dengan wajah merah padam.

"Nggak usah kode gitu, kali, ah."

Sebuah suara membuat Mila dan Alfa menoleh. Derry menyeringai jahil kala Mila mendelik padanya dan akhirnya bangkit. Mengumpulkan laporan parktik biologi sesegera mungkin tanpa mempedulikan lagi dua laki-laki berkacamata yang terus menggodanya.

"Dia suka sama kamu," celetuk Derry sambil akhirnya mengantongi pulpen dan menunggui Alfa menyelesaikan laporannya.

"Bodo."

"Jahat amat sama cewek," Derry mengerutkan dahi.

"Kejar Reya kan? Bukan kejar cewek?" Alfa ikut mengantongi pulpen dan ikut mengumpulkan laporan di meja guru saat Derry mendengus kesal, "Reya kan cewek."

"Udahlah, aku udah ada rencana buat minta maaf sama Reya. Dan semua bakal baik-baik aja," seloroh Alfa dengan lagak jumawa. Tapi kemudian, cowok itu tersenyum ambigu, "Asal kamu juga ikut bantu."

Derry mengangkat bahu dengan wajah sok.

"Tapi, sebelum rencana inti, ada rencana minta maaf juga minta tolong ke Mila. Deal?" cetus Alfa dengan tatapan ambigu. Membuat Derry mendengus dan berlalu tak peduli.

Daydream [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang