Dua

1.4K 91 2
                                    

Frankenstein menyusuri hutan, langkahnya terhenti di depan sebuh mansion besar, mansion yang tak kalah besar dengan mansion yang barusan ia kunjungi. Langkahnya pasti, menyusuri ruang demi ruang kastil dengan banyak pintu di kanan dan kirinya. Ia terhenti ketika tiba di sebuah pintu bercat merah bata, seorang pria sedang berdiri memunggunginya sambil menatapi pemandangan hutan yang jauh dari jangkauannya.

"Tuan" sapa Frankenstein penuh penghormatan

"Kau sudah kembali. Apa pertemuannya sudah berakhir"

"Tidak tuan, saat pertemuan sedang berlangsung, seorang gadis datang dan menerobos dalam pertemun"

"Seorang gadis? " pria berambut hitam dengan mata merah seperti darah berbalik menatapinya penuh tanya

"Benar" laki-laki berbadan tinggi itu menghela nafas berat, membuat frankenstein heran.

********

Zhielle melintas jalan setapak dengan tanah kecoklatan yang sedikit kering. Sepanjang jalan, ia selalu memikirkan ucapan Frankenstein yang membuatnya meracau berantakan. Saat tiba di depan mansion besar di tengah hutan, matanya seketika memencar waspada. Ia melesat masuk, tatapannya masih awas memperhatikan sekitar.

Dari ujung lorong yang disapa mentari, ia terhenti dan mengamati bayangan seseorang, senyum manis terlewat di bibirnya, dengan tanpa berpikir lagi ia berlari menghampiri bayangan itu dan memeluknya rapat.

"Kakak... Akhirnya kita bertemu lagi. Apa kau tidak merindukanku sama sekali? " tak seperti yang diharapkannya, tidak ada jawaban terlontar dari pria itu.

"Kakak, apa kau begitu marah padaku?"

"Siapa kau?" sepasang mata biru mengamati puncak kepalanya dengan raut wajah geli. Dengn pelan wajahnya bangkit perlahan dan memandangi asal suara itu, yang seketika membuatnya melepaskan pelukannya

"Kau"

"Jadi itu kau lagi. Pendek? "

"Berhenti mengatai aku pendek. Aku ini hanya tidak setinggi dirimu" balas Zhielle dengan kesal sambil menunjuk-nunjuk ke arah Frankenstein

"Sebaiknya kau pergi dan jangan mengacaukan kedamaian di mansion ini"

"Apa katamu, mengacaukan kedamaian. Bukankah aku yang harusnya mengatakan itu"

"Kau terlalu banyak bicara dan melupakan hal penting"

"Bocah kecil sepertimu tidak pantas menggurui aku. Hanya karna Erga menyukaimu dan kakakku menerimamu, bersikap angkuh juga tidak bisa kuterima begitu saja"

"Kakakmu?"

"Iya, kenapa... Apa sekarang kau merasa takut karena mengetahui siapa aku sebenarnya... " belum sempat menyelesaikan ucapannya, Frankenstein sudah mengacuhkannya

"Berisik..."

"Hai tunggu" Zhielle berlari mengejar frankenstein, menyusul langkah panjagnya dengan tergesa

"Aku ini, adik dari Noblesse... apa tidak ada yang memberitahumu? Dengar, aku ini secara tidak sengaja memberitahumu, karena aku masih berbaik hati. Jadi sebaiknya kau mendengarkan aku.." Frankenstein hanya memasang wajah datar dengan air muka sedikit menderita yang tertahan.

"Tuan" sapa Frankenstein pada Raizel saat mereka berpapasan. Zhielle membalik badannya dengan senyum lebar

"Kakak" ia melonjak dan memeluk Raizel yang membeku diam dengan wajah datar

"Aku datang, apa kau rindu padaku? Aku yakin kau pasti rindu benarkan?" Raizel hanya melirik saja tanpa membalas

"Kakak" panggil Zhielle lagi sambil menarik lengan Raizel menajuh dari Frankenstein, matanya melirik ke arah Frankenstein dengan tak senang

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang