Tujuh

885 70 4
                                    

"Kapan kita akan sampai?" tanya Zhielle pada Frankenstein di depannya. Semilir angin membelai mereka berdua, membelali dedaunan hijau dari pohon berbatang kayu coklat muda dan abu-abu di sekelilng jalan satapak bertabur rumputan.

"Harunsya sebentar lagi, mungkin nanti sore"

"Jauh sekali!" keluh Zhielle membuang nafas

"Kau ini sepertinya hanya tahu cara mengeluh" balas Frankenstein. Zhielle berjalan cepat di depannya dan mengabaikan dirinya

"panas sekali, aku mau mandi" balasnya sembari lalu, di ikuti tatapan mata Frankenstein padanya

"Sebentar lagi kita akan sampai, jangan terlalu manja"

"kau ini, banyak protes" timpal Zhielle

"Banyak protes?" gerutu Frankenstein seolah tak percaya mendenggar ucapan Zhielle

Mereka berjalan semakin mendeat ke arah desa yang terletak tersembunyi, jauh di dalam hutan yang hijau dan rimbun, pagi tanpa terasa berlalu mendekat malam. Di sela perjalanan Zhielle yang berjalan di belakang Frankenstein kemudian menarik lengannya dengan cepat, memaksa pria bermata biru itu berhenti dan melirik padanya

"Ada apa lagi?"

"Apa di sekitar sini ada sungai?" kata Zhielle dengan wajah lelah dan keringat bercucuran, hilang semangat

"Setelah melewati pohon besar di sana, kita sudah emasuki desa" tunjuknya pada sebuah pohon bercabang besar yang di tumbuhi ilalang dengan rumpun

"Aku tidak peduli, aku sangat berantakan. Aku tidak percaya aku bisa tidak mandi seperti ini, yang benar saja"

"Kau tidak tahu, sebentar lagi gelap?"

"Justru dalam keadaan gelap adalah waktu yang baik untuk mandi di sungai, kaupaham maksudku kan?" Frankennstein melepas genggaman tangan Zhielle

"Pergi sendiri saja!" acuhnya melanjutkan perjalanan, membuat Zhielle marah lalu menghalangi langkahnya, ia berdiri dan membentangkan tangannya di depan Frankenstein

"Aku tidak tahu di mana ada sungai? Tapi, jika di sekitar sini ada desa, seharusnya ada sungai, bukankah begitu?"
"Kau ini" Frankenstein lelah dengan sikap keras kepala Zzhielle hingga ia putuskan menyerah saja

Mereka berputar, tak jauh dari arah mereka datang terdapat deretan semak yang di pagar kayu, tak jauh dari tempat itu suara aliran air terdengar jernih mengalir menghanyutkan telinga. Mereka memepercepat langkahnya karena matahari semakin menurunu kaki langit yang tinggi, meninggalkan jejak langit jingga yang indah.

Setelah melewati deretan tumbuhan hijau, mereka tiba di pinggiran sungai berair jernih memantul yang di kelilingi deretan batu kali berukuran lumayan besar, di seberang sungai terhampar deretan hutan yang rapat dan hijau.

"Di sini tempatnya! Kau bisa mandi sesukamu" Frankenstein bermaksud lalu dari hadapan Zhielle, namun sekali lagi, tangan Zhielle mencengkram lengannya, membuat kesabarannya hilang dan memunculkan rasa kesal padanya

"Ada apa lagi? Tidak bisakah kau membiarkan aku pergi?" Zhielle menimpali dengan senyum yang sedikit tak enak. Ia memukul lengan Frankenstein, bermaksud berdamai dengan pria yang sedang kesal tersebut

"Jangan begitu, kau tahu sebentar lagi gelap, dan kau bermaksud meninggalkan aku sendiri mandi di tengah hutan. Bagaimana kalau ada binatang buas akan memakanku? Atau pria mata keranjang mengintipku, atau ada yang mau mencuri bajuku. Ayolah, jangan terlalu jahat padaku, setelah ini aku tidak akan mengganggumu lagi, aku juga berjanji akan membalas kebaikanmu. Jadi, berbaikhatilah Frankenstein, kumohon" ia menatap mata biru Frankenstein dengan memohon, membuatnya berdiam sembari berpikir.

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang