Tujuh Belas

772 58 14
                                    

Perempuan berambut pirang, dengan bibir merah menyala, wajah putih pucat dan rambut bergelombang keemasan. Dia memiliki bentuk wajah oval memukau, hidung tinggi, mungil dan mata almond tajam. Bentuk tubuhnya amat sempurna, langkahnya seperti daun gemulai yang dikagumi semua pria. Sejak lama, mereka dikenal tak saling suka dan cenderung bermusuhan. Semua itu karena Zhielle memang tak pernah menyukai keluarga Advin, pun sebaliknya Delphia sangat tak menyukai Zhielle. Menurutnya, gadis itu hidup dengan terlalu banyak kemanjaan. Dekat dengan Sang Noblesse, bahkan juga Lord. Dalam benak Delphia, dia ingin mengambil semua apa yang dimiliki Zhielle.

"Aku sangat baik, seperti yang kau lihat"

"Ah begitu" mereka berdua terpaku saling memandangi begitu penuh aroma sinis, sekaligus persaingan.

"Ada hal yang ingin kukatakan padamu" suara Frankenstein mengalihkan pandangan mereka berdua. Delphia seketika itu amat terpesona dengan ketampanan Frankenstein. Senyum sensual yang menggoda segera ia kembangkan dari bibirnya dan menyapa laki-laki di depannya dengan seramah mungkin. Sudut mata Zhielle menyepit tajam. Ia paham betul akan arti dari tingkah Delphia.

"Oh, aku baru pertama ini melihatmu. Siapa kau?" katanya dengan nada sopan. Frankenstein pun mengimbangi dengan sedikit mencairkan sikap tak pedulinya.

"Aku Frankenstein, aku tinggal di mansion Tuan Raizel"

"Oh, Frankenstein. Aku Delphia Agvin, senang bertemu denganmu!" tak ingin diam, Zhielle meraih lengan Frankenstein, menariknya jauh meninggalkan Delphia. Saat itu ia berjalan dengan terburu-buru sampai melupakan rasa sakit akibat lukanya yang belum pulih sama sekali. Frankenstein yang melihatnya tak mengerti, mengapa gadis itu bertingakah demikian.

Setelah berada di muka kamar di mana Zhielle beristirahat, ia baru dengan lega berhenti dan melepas genggaman tangannya yang sejak tadi amat erat membelenggu lengan Frankenstein. Matanya menatap dengan kekesalan.

"Jauhi dia, Delphia bukan perempuan baik-baik. Dia itu perayu dan pekerjaannya merayu semua laki-laki. Jangan bersikap terlalu ramah padanya!"

"Apa?" hanya keheranan yang ditujukan setelah mendapatkan peringatan demikian

"Jauhi dia, jangan berada dekat dengannya, kau harus ingat itu" lekas ia memasuki kamarnya dan membanting pintu. Frankenstein yang tak mengerti maksud dari terlalu ramah pada perempuan yang barusan saja ia jumpai hanya menggaruk keningnya.

**

Pagi itu Zhielle terbangun dengan sisa kekesalan kemarin. Dia masih amat lekat mengingat bagaimana cara Delphia menatap Frankenstein, ketika hal itu terjadi, tanpa sadar ia kepalkan tangannya hingga otot-otot jemarinya nampak mengeras. Sesekali ia menarik nafas untuk menghilangkan kemarahan yang terpendam dalam sendi tulangnya.

"Apa aku boleh masuk?" pintu terketuki. Wajah Zhielle terarah ke sana, sambil mencoba menunjukkan wajah tenang

"Masuklah!" Gechutel memasuki kamarnya, berdiri tegak dengan ekpresi wajah kaku"ada apa paman?" ujarnya ingin tahu.

"Apa Anda ingin sarapan di kamar atau bersama Lord, nona?"

"Sarapan? Erga mengundangku?" pria tua dengan rambut keperakan itu berdehem serius

"Bagaimana pun, Anda sudah menyelamatkan nyawa Lord, dan hal itu tentu membuat beliau ingin berterima kasih" muka Zhielle dipenuhi kecurigaan, bibirnya tertarik ke atas dengan sorot mata curiga.

"Aku tidak percaya padanya. dia itu selalu seperti ini" kata Zhielle menunjukkan tawa anehnya. Gechutel kembali berdehem tak nyaman.

"Sebenarnya itu bukan hal yang baik..." tangan gadis itu mengangkat ke udara dengan sigap. Dari luar dia mendengarkan suara tawa seorang perempuan menggema dan firasat buruk menghiggapi perasaannya.

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang