Delapan Belas

737 65 5
                                    

Zhielle kembali ke mansion Raizel, setelah keadaannya sudah cukup membaik. Ketika di muka mansion, tanpa sengaja dia melihat Delphia yang sedang berbicara akrab dengan Frankenstein. Matanya menyipit, nampak kekesalan dengan jelas di raut wajahnya ketika menghampiri mereka berdua.

"Untuk apa kau kemari? Apa kau tidak memiliki rumah sendiri sampai-sampai aku selalu melihatmua di mana-mana? Bahkan aku tidak melihat ada burung selincah dirimu pindah dari satu tempat ke tempat lain" Zhielle memandangnya dengan sangat sinis. Delphia tersenyum kecut ke arahnya.

"Aku kemari untuk menyapa sang Noblesse, kenapa kau begitu keberatan?"

"Kakakku tidak suka bertemu dengan siapa-siapa, terutama perempuan sepertimu yang suka sekali menggoyangkan ekormu pada semua orang"

"Apa katamu?" mereka berdua menatap tajam ke arah masing-masing. Frankenstein diam saja, dia bahkan cenderung tak tertarik sama sekali dengan pertengkaran mereka.

"Frankenstein kenapa kau jadi meladeni ekor rubahnya? Harusnya kau berada di dalam!" sorot mata Zhielle mengarah pada pria bermata biru di sampingnya.

"Dia bukan pelayanmu! Berhentilah meminta orang lain untuk memanjakanmu!"

"Apa maksudmu?"

"Semua orang tahu, atau kau sendiri pura-pura tidak tahu?" Delphia dengan wajah mengejek mencoba memanas-manasi Zhielle "Kau itu suka bergelantungan seperti kera pada Lord dan Tuan Raizel. Kenapa, apa kau tidak bisa hidup tanpa orang-orang seperti mereka? berapa kali kau harus berpura-pura tampak baik seperti itu?"

"Perempuan ini!" tangan Zhielle menarik gelungan rambut keemasannya, dan mulai menariknya dengan kasar "coba kau katakan sekali lagi padaku, dan kau akan mati!" tubuh mereka berdua jatuh ke atas lantai dengan posisi saling menindih yang lain. Frankenstein yang melihatnya menjadi bingung.

"Hei, apa yang kalian lakukan?" dia bermaksud maju dan menarik salah satu, tapi percuma saja, mereka sulit dipisahkan dan berakhir dengan saling cakar, tendang dan maki beberapa kali dengan suara yang besar, hingga keributan seperti itu bisa sampai ke telinga Raizel.

Pria pendiam itu berdiri sebentar di dekat tangga sambil melihat kesulitan Frankenstein yang mencoba menarik Zhielle menjauh. Dia benar-benar sangat marah dan lebih mirip sedang mengamuk. Delphia hanya merintih dan terus meminta pertolongan beberapa kali agar Zhielle dijauhkan darinya. Frankenstein terus menariknya dengan paksa agar tidak melukai gadis itu, yang nampak begitu terluka dengan semua kekasaran Zhielle yang tak mau berhenti menarik rambutnya.

Karena kesal, tanpa sengaja Frankenstein menekan bahu Zhielle yang terluka dan membuatnya merintih dengan lirih, sampai Delphia mendorong tubuh Zhielle menjauh dan dia bisa bangkit berdiri dengan penampilan yang sangat berantakan. Rambutnya kusut dengan beberapa bekas cakaran di leher, bahu dan wajahnya. Kemarahan Zhielle beralih pada Frankenstein.

"Kenapa, kenapa kau membela dia. Aku sudah bilang padamu kalau dia itu tidak tahu malu, perempuan yang suka menggoda siapa saja, kenapa kau membelanya? Jauhi dia"

"Kenapa kau harus melarangku bicara atau berteman dengan siapa yang aku sukai?" Zhielle terkejut dengan komentar sinis dari bibir pria itu.

"Itu demi kebaikanmu!"

"Kebaikan, kau bukan siapa-siapa untukku! Jadi berhentilah menyusahkan aku dan membuatku harus terlibat dengan semua kekacauan yang diakibatkan ulahmu. Kau tahu, semenjak kau ada di sini, aku merasa semua ketenanganku jadi hilang! Jika ada yang harus menjauh dariku, orang itu adalah kau!" Zhielle terkejut, sepasang matanya berkaca-kaca, meski dia berusaha keras menyembunyikannya dengan menarik nafas berulang kali, sambil menahan bahunya yang terluka.

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang