Dua Puluh Satu

1.7K 82 18
                                    

 Zhielle sedang membaca sebuah buku di perpustakaan. Tak sendiri, di depannya sedang ada Lasrea yang nampak sibuk belajar, berbeda jauh dengannya yang lebih menyibukkan diri dengan pikiran mengenai kejadian yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.

Matanya menatap kosong ke dalam lembar buku, tanpa tenaga. Yang sedang ia pikirkan sepenuhnya adalah Frankenstein dan perasaan laki-laki itu. Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian itu, dan membuatnya tidak bisa tidur tiap malam, hingga ia selalu nampak gelisah.

'Aku sudah menyelesaikannya" kata Lascrea mengangkat wajahnya memandang Zhielle yang bergeming. Tak mendengarnya.

"Aku sudah meyelesaikannya!"katanya sekali lagi membuat Zhielle terhenyak dan meletakkan buku bersampel putih polos itu ke atas meja.

"Ada apa?" timpalnya setengah bingung.

"Aku bilng aku sudah menyelesaikan tugasku" Lascrea kembali menunjukkan wajah dinginnya seperti biasa.

"Oh kau menyelesaikannya cepat sekali"

"Kau menyuruhku mengerjakan tugas yang sama selama tiga hari"

"Aku tidak tahu" lascrea mengamatinya Zhielle yang menurutnya sudah beberapa hari ini nampak aneh. Dia seperti tidak memiliki kekuatan dengan tatapan yang kosong dan responnya yang selalu lambat. Dia tidak berpikir ikut campur urusannya sama sekali, ia mengijinkan Zhielle menjadi gurunya semata karena kemauan Lord, ayahnya.

Di depan pintu kemudian melintas dengan cepat sosok Delphia. Zhielle memang sudah lama ingin bertemu dengannya tapi tak memiliki kesempatan. Kali ini dengan cepat dan perasaaan yang tak sabar, ia berlari keluar menyusulnya dan mengabaikan Lascrea yang juga tidak begitu peduli.

Di ujung muka tangga yang berjarak tak begitu jauh dari perpustakaan, Zhielle dan Delphia berdiri saling berhadapan. Mereka berdua saling menatap tajam dengan perasaan jengkel pada satu sama lain. Tapi melihat keadaan Zhielle yang begitu buruk, Delphia masih sempat tersenyum.

"Kenapa kau memanggilku? Apa ada hal penting yang ingin kau sampaikan padaku?"

"Kenapa, kenapa dia bisa suka padamu. Apa yang kau lakukan padanya?" suara Zhielle menggema di sela-sela tembok, hingga jendela di belakang mereka berdua yang memantulkan sinar matahari siang yang terik.

Delphia berlaku tenang seperti biasanya, meski dia sendiri merasa kesal dengan pertanyaan seperti itu "Kau bilang kau sudah tidak peduli padanya dan aku boleh mengambilnya. Kenapa sekarang kau seperti seseorang yang patah hati dan kehilangan sesuatu?"

"Kenapa kau tidak menjawab saja apa yang aku katakan padamu!"

"Jika kau ingin tahu, kenapa kau tidak menanyakan saja pada Frankenstein. Bertanya padaku tidak akan bisa memberimu jawaban yang memuaskan. Tapi jika kau mau sedikit tahu, aku bisa berkata kalau dia mungkin suka padaku karena aku selalu berada di atasmu! Kau mengerti" setelah mengatakan hal tersebut, Delphia berlalu pergi. Zhielle terperangah di tempat yang sama. Dia menarik nafas yang dalam untuk mengendalikan diri dan kesedihan yang ia rasakan. Setelah merasa cukup tenang, ia kembali ke perpustakaan.

Wajahnya masih sama sedihnya ketika memasuki pintu. Lascrea tidak mengatakan apa pun sampai Zhielle duduk kembali dan menarik sebuah buku untuk menyembunyikan wajahnya. Pandangan Lascrea berpaling jauh ke seberang jendela dengan pemandangan langit biru terang, dan gumpalan awan putih yang berlari di tiup angin. Suara ranting-ranting pohon dan dedaunan yang saling bergesekan membuat sendu kesunyian mereka.

"Kau bisa saja menyukai seseorang, tapi bukan berarti orang itu juga akan menyukaimu. Pertanyaan kenapa dia tidak suka padamu adalah pertanyaan yang sia-sia karena seharusnya kau sudah mengetahui satu jawaban pasti, kalau dalam segala kemungkinan manapun dia tidak akan mau memilihmu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang