Sepuluh

807 65 1
                                    

"Aku memang pernah mendengar ada sebuah goa yang memiliki labirin. Dari yang kudengar siapa pun yang masuk ke sana akan sulit keluar" ucap frankenstein dengan nada tenang sama sekali. Berbanding terbalik dengan Zhielle yang mulai bergidik panik

"Jadi, kita... kita akan terjebak di sini selamanya?" ucapnya di penuhi seruan panik pada Frankenstein

"Entahlah, mungkin saja" katanya sambil mengangkat kedua bahunya

"Kau jangan gila! Kalau kita terkurung di sini selamanya bagaimana? Kalau aku lapar bagiamana? Apa aku harus memakanmu? Tidak, bahkan sebelum aku kelaparan, kau sudah menjadi tulang kering" protes Zhielle

"Sudahlah, sebaiknya kita lanjutkan saja berjalan" ucapnya kembali membelah jalan itu sambil meliriki dinding-dinding goa yang berdinding coklat keabuan, di terangi lampu obor di fenggamannya. Lama mereka berjalan, tak jauh dari tempat mereka berdiri, dilihatnya tumpukan benda aneh. Kompak kedua mata mereka saling meliriki dengan ragu.

"Apa itu?" ucap Zhielle

"Jika ingin tahu, maka kita harus melihatnya" tanpa ragu Frankenstein mendekat ke tempat itu, ia menekuk kaki panjangnya untuk berjongkok di depan tumpukan benda asing itu. sinar temaram dari obornya nampak memperjelas benda yang berserakan dengan aneka bentuk. Ia meraih salah satunya dan mengamati serius dari iris biru matanya

"Ini hanya tulang manusia" ucapnya menyepelekan, kemudian menyodorkan ke belakang punggugnya ke arah Zhielle yang sedang berdiri tenang di sana.

"Jangan menakutiku dengan cara begitu" kata Zhielle setengah histeris, dan menjauhkan benda itu darinya. Mendadak batu pijakan kaki mereka amblas dan jatuh begitu saja. Membuat mereka sontak panik. Tubuh mereka terhampas tanah kering yang lumayan keras, namun tak berbatu seperti bagian atas goa sebelumnya. Keduanya terdampar berjauhan, sementara obor itu tergeletak di antara mereka, dengan cahaya yang nyaris padam.

"Aduh..." gerutu Zhielle memegangi lengannya, sedangkan Frankenstein setengah duduk dan merabai kepalanya

"Kau tidak apa-apa?" katanya setengah berteriak. Zhielle tak menyahut. Sesuatu di hadapannya membuat kedua matanya membelalak seakan ingin meloncat keluar. Bibirnya keluh tak dapat berkomentar, ia membeku dengan kepanikan di wajahnya dan suara tertahan di kerongkongannya.

"Hai, kau tidak apa-apa?" kata Frankenstein sekali lagi, sambil mengamati ke arah Zhielle yang di selimuti kegelapan. Zhielle tergagap, ia menarik tubuhnya tanpa sanggup berdiri. Mendekat ke arah Frankenstein menggunakan dorongan dari kedua kakinya. Rasa lega memenuhi perasaannya saat ia bisa meraih bahu kokoh pria itu. yang bertanya-tanya dengan tingkah heran wanita itu.

"Kau kenapa?" katanya mengamati

"Itu... itu" kata Zhielle menunjuk-nunjuk kecil. Frankenstein heran dengan tingkah anehnya itu

"itu apa?" katanya ingin tahu

"Coba lihat ke sana sebentar" ucap Zhielle lirih nyaris berbisik sambil memukul-mukul kecil bahunya

"Ada apa dengan kau ini?" komentar Frankenstein sambil meraih obor yang tergeletak tak jauh darinya. Di genggamnya kuat kemudian berdiri dan mendekat ke arah telunjuk lentik Zhielle menuju. Cahaya obor itu perlahan memantul pelan ke arah dinding goa dengan pijakan tanah yang lebih landai. ia makin mendekat, hingga nampak suluran tanaman hijau di antara dinding goa yang nampak begitu segar dan hijau. Ia terheran saat melihat dua tengkorak sedang duduk degan berpegagan tangan. Yang seorang menggunakan pakaian lengan panjang hitam dengan celana senada, yang di hias sulaman keemasan pada pinggir kancingnya, dari leher hingga ujung kancing pakaiannya paling bawah. Sementra tegkorak lainnya menggunakan pakaian berupa gaun kain berwarna hitam bercampur keunguan pada kerahnya yang mulai sedikit sobek dan bolong di beberapa sisi. Frankenstein berbalik dan menatap Zhielle

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang