Tantangan A

707 52 6
                                    

       Zhielle bertemu dengan Lascera di salah satu perpustakaan yang ada dalam mansion milik Lord. Gadis pendiam itu duduk saling berhadapan dengannya. Zhielle nampak kagok dan gugup, sedangkan sebaliknya, Lascrea bersikap biasa saja.

Zhielle berdehem kaku "Jadi, bagaimana kabarmu?" terangnya membuka percakapan. Lascrea untuk sesaat diam saja, membuat zhielle merasa diabaikan olehnya.

"Sudahlah, kalau kau tidak menjawab, bukannya itu artinya kau baik-baik saja? Jadi begini, apa ayahmu sudah memberitahumu alasan kenapa aku berada di sini?" Lascrea mengangguk.

"Iya, aku di sini untuk menjadi semacam gurumu. Iya, orang mengatakan hal seperti itu. tapi sejujurnya aku tidak tahu harus mengajarkanm hal seperti apa. Bukankah ayahmu sudah mendidikmu dengan baik?" Lascrea mengangguk sekali lagi.

"Ah bagus, kau bisa lakukan apa pun sesukamu dan membaca apa yang kau sukai juga membenci apa yang tidak kau ingini. Lakukan apa pun yang kau mau! Hal yang penting juga adalah, sesekali sebaiknya kau tersenyum. Mukamu itu sangat kaku, tersenyum bisa membuatmu nampak lebih manis. Coba lihat aku!" Zhielle tersenyum ke arah Lascrea. Gadis berambut hitam itu menanggapinya dengan kaku.

"Saat tersenyum, sebaiknya kau anggak sudut bibirmu beberapa derajat" Zhielle berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Lascrea.

"Aku harus melakukan ini, jangan marah padaku! Anggap saja ini pelajaran pertama yang bisa kuberian padamu agar kau tidak begitu kaku dalam menjalani hidupmu ke depan. Hidup sebagaia anak seorang Lord memang sulit, belum lagi suatu saat nanti kau akan mewarisi kedudukan ayahmu. Meski begitu, aku tidak mau kau bersikap mirip dengannya" kata Zhielle sembari tertawa untuk menghilangkan rasa gugupnya. Ia menyentuh wajah Lascre dan menarik bibirnya agar nampak seolah gadis itu sedang tersenyum, tapi ketika mengamatinya lebih jauh, wajah Lasrea nampak suram dengan senyuman aneh yang dipaksakan.

"Sebaiknya kau belajar tersenyum lebih sering dibandingkan membaca banyak buku!" terang Zhielle padanya. Ia kemudian menegakkan badannya, menatap ke luar jendela untuk menikmati angin siang hari itu. Di tengah taman yang nampak luas dengan rumput-rumput hijau, ada sebuah pemandangan yang menarik hatinya.

Frankenstein sedang berbicara bersama dengan Gechutel di bawah naungan pohon eucarytus yang landai. Ia terpaku dengan sorot mata sedih. Sudah selama tiga hari sejak ia tinggal dalam mansion Lord, ia tidak melihat Frankenstein dan hal tersebut membuatnya mendadak merasa sedih.

"Apa kau memperhatikan manusia bernama Frankenstein?" Zhielle melirik ke arah Lascrea.

"Tidak, aku sedang melihat taman. Jangan sok tau, kau ini masih anak-anak" Zhielle nampak kesal dan beranjak ke rak-rak buku yang berada di samping mereka berdua. Ia mengamati sampul-sampul buku dengan setengah enggan untuk mengalihakn perhatiannya.

"Mereka pergi ke suatu tempat" kata Lascrea sekali lagi.

"Aku tidak dengar, jangan menggangguku!"

"Ada seorang gadis yang mendekatinya" Zhielle seketika berlari ke arah jendela dengan begitu penasaran.

"Di mana? Siapa yang mendekatinya? Apa dia adalah nenek sihir yang selalu mengikutinya seperti hantu hah?"

Lascrea berdiri dari kursinya dan beranjak mendekati Zhielle.

"Kau benar-benar suka padanya?" Zhielle membuang nafas. Hanya ada Frankenstein dan Gechutel yang masih mengobrol santai di sana.

"Tidak, hanya pernah. Sekarang rasanya hanya tinggal sedikit"

"Vampir tidak bisa menikah dengan manusia"kening Zhielle mengerut

Fanfic Frankenstein Love Story Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang