Putih, hanya itu yang aku lihat. Tempat ini, dimanapun ini semuanya berwarna putih. Aku berjalan dan berjalan hingga akhirnya aku menemukan sebuah bangunan yang berwarna abu-abu metalik. Bangunan itu tidak tampak seperti rumah tetapi lebih seperti kubus. Ada sebuah pintu disitu. Aku ragu haruskah aku masuk atau tetap tinggal.
"Ah, mungkin akan ada orang yang dapat membantuku disana" pikirku dan aku melangkah masuk. Pintu itu kemudian terbuka dan kemudian tertutup dengan sendirinya di belakangku dan kemudian pintu itu menghilang.
Lampu mulai menyala memberikanku pandangan yang lebih jelas akan ruangan yang aku masuki. Lampu terus menyala, aku bahkan tak dapat melihat akhir dari ruangan ini.
Tubuhku terhempas jatuh ke bawah, aku kini ada disebuah kota yang hancur. Bangunan disekelilingku terbakar, bahkan sebagian yang lain runtuh. Menyisakan isak tangis dari anak-anak yang berlari ketakutan.
Di sebrang jalan, ada seorang gadis kecil yang menggendong adiknya, mereka bersembunyi di balik reruntuhan. Wajah mereka kotor oleh debu yang menempel dan mata mereka merah karena menangis.
Keadaan semakin kacau, aku berusaha menyebrangi lautan manusia yang berlari ketakutan menghindari sesuatu hingga akhirnya aku sampai disebrang jalan tempat kedua anak itu bersembunyi.
"Do you speak English?" tanyaku, karena melihat dari wajahnya tampaknya ia seorang kaukasoid.
Anak itu menggeleng "Arabic?" tanyaku lagi dan ia mengangguk.
"Ma asmak?" tanyaku.
"Laila" Jawabnya singkat.
"Jiy'at ma'y, hasannan?" tanyaku dan ia mengangguk.
"baba" kata si kecil yang ada digendongan kakaknya sambil menunjuk kebelakangku.
Aku melihat Issa, dia sedang berlari kearah kami dan mengisyaratkan kami untuk diam dan tetap bersembunyi.
Tak lama kemudian, ia dihampiri oleh orang-orang berseragam dan juga bersenjata lengkap. Kini aku juga ikut takut, melihat kedua anak ini hendak menangis lagi aku memeluk mereka dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Baru aku mengatakan itu, suara tembakan terdengar. Aku mengalihkan pandanganku ke tempat Issa tadi berdiri dan berharap sumber suara itu tidak berasal dari sana, tapi aku salah. Aku melihatnya, aku melihat Issa sudah berlumuran darah.
Dan aku terbangun. Jantungku berdetak kencang. Astagfirullah, mimpi macam apa itu? Ya Allah semoga ini bukanlah pertanda buruk. Aku melihat jam di telepon genggamku, sudah subuh. Sebaiknya aku segera solat.
Aku kemudian beranjak dari tempat tidurku dan segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan kemudian solat. Selesai solat aku turun ke bawah, membuat teh dan duduk di teras belakang rumahku.
Aku masih terus memikirkan mimpi semalam. Mimpi, walaupun bunga tidur tetapi mimpiku semalam terasa sangat nyata. Tetapi, tidak. Aku tidak akan mempercayai mimpi itu. Kemarin aku kelelahan, mungkin saja itu yang menyebabkan aku bermimpi buruk.
Ding!
Handphoneku berbunyi memberitahukanku bahwa ada pesan yang masuk.
From: Zandan
To: Shaira
Kak, ada dirumah? Dede kesana ya?
From: Shaira
To: Zandan
Iya de, kerumah aja.
From: Zandan
![](https://img.wattpad.com/cover/68569889-288-k672571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Akan Esok
Romans"Aku sudah mulai meyusun rangkaian puzzle itu, kau tahu" Jawabannya membuatku bingung, mungkinkah dia sudah menentukan pilihannya? "Bagaimana kamu memulainya?" aku memberanikan diri untuk bertanya. "Aku memulainya saat aku menemukanmu kembali" Sebua...