"Tidak selamanya hidup itu menyedihkan, pasti akan datang masa dimana kita merasakan kebahagiaan. Kita dilahirkan, tumbuh besar, mendapatkan banyak pengalaman berharga, untuk kemudian meninggalkan dunia. Tetapi pertanyaannya, apa yang akan kita tinggalkan di dunia ini?
Pilihan. Ya, semuanya tentang bagaimana kita memilih untuk menjalani kehidupan kita. Aku memilih, aku memilih untuk tidak meratapi nasibku. Aku memilih untuk melangkah, aku juga memilih untuk menikahi pria yang luarbiasa, aku juga memilih untuk bergabung dalam misi kemanusiaan ini dan membantu dalam menyelesaikan masalah diplomatik sebagai langkah awal untuk memperbaiki kehidupan dan masa depan dunia."
Siapa yang menyangka sudah delapan bulan berlalu sejak kejadian yang tidak pantas untuk diingat itu. Semua kembali berjalan normal. Issaiah melalui masa pemulihan dengan cepat, walaupun sifatnya yang selalu bossy tidak meninggalkan dirinya sedikit pun bahkan sifat megalomaniac yang dia kembangkan selama beberapa tahun terakhir selama perpisahan kami juga tidak kalah menonjol.
Lucu ketika dia menegur seorang perawat yang hendak memberinya suntikan. Merasa tidak puas dengan gesture perawat malang itu akhirnya dia sendiri yang menyuntikan obat kepada dirinya sendiri.
"Aku tidak suka melihat perawat rumah sakit yang tidak kompeten." ujarnya walaupun menurutku dia benar tapi setidaknya dia tidak perlu seperti itu. Bisa saja perawat itu hanya gugup. Siapa yang tidak gugup ketika akan memberikan suntikan kepada boss's boss's boss nya?
Ah pernikahan Merlin dan Aldo berjalan dengan lancar. Kau tahu, lucu ketika melihat seorang Merlin yang biasanya terlihat tidak bisa duduk dengan tenang tiba-tiba sikapnya berubah menjadi seorang putri yang manis sekali walaupun hanya untuk satu hari.
Mizan dan Mega juga hadir di pernikahan Merlin, bahkan ketika acara melempar bunga Mega yang mendapatkannya.
Hingga saat ini aku belum mendapat kabar apapun tentang Zahra. Terakhir kali aku mendapat kabar dari Zandan, ia bilang orangtuanya membawa Zahra ke tempat neneknya di Autralia. Aku harap dia mendapatkan perawatan yang baik disana.
"Hallo erde, Shaira? sind Sie mit mit meine liebe?" panggil Issaiah kepadaku, aku tidak menyadari bahwa aku melamun. "Ada apa dengan senyumanmu itu? Penny for your thought?"
"Enggak, aku merindukan Merlin, itu saja" jawabku sambil tertawa kecil "Kenapa Master Fredrichson? Apa yang menurutmu aku pikirkan?"
"Entahlah Shaira, hanya saja kau terlihat seperti orang gila jika terus tersenyum sendiri seperti itu" katanya sambil tertawa.
"Yang rugi bukan aku, kan kamu yang menikahi orang gila sepertiku"
"Kau tahu aku sedikit menyesali keputusanku menikahimu" katanya sambil menyeringai, seringai itu menyebalkan sekali dan aku melemparkan bantal kursi kepadanya. "Hei! Aku sedang bekerja untuk mencari nafkah disini, jika tidak istriku bisa kelaparan nanti" katanya sambil tertawa.
Ya, setelah satu bulan menjalani perawatan yang cukup intensif di Jakarta, dia memutuskan untuk kembali ke Jerman dan melanjutkan perawatannya disana "Aku tidak bisa mengabaikan rumah sakit disana" ya, aku tahu what a pathetic excuse of him.
Aku tidak berhenti dari pekerjaanku di UNHCR aku dipindahkan ke divisi Jerman sejak aku menikah. Bahkan sekarang, rumah sakit yang dipegang oleh suamiku menjadi salah satu rumah sakit swasta yang ikut membantu dalam program kemanusiaan ini. Itulah mengapa saat ini aku bisa bersamanya di ruangannya yang menurutku terlalu bachelor entahlah tapi aku menyukainya, simpel tetapi elegant.
Seharusnya hari ini menjadi sebuah rapat tetapi juga sekaligus misi pribadiku untuk melihat pekerjaan yang dilakukan Issaiah dan sebenarnya aku juga ingin meminta izin padanya untuk berangkat ke Aleppo untuk menjadi relawan disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Akan Esok
Romance"Aku sudah mulai meyusun rangkaian puzzle itu, kau tahu" Jawabannya membuatku bingung, mungkinkah dia sudah menentukan pilihannya? "Bagaimana kamu memulainya?" aku memberanikan diri untuk bertanya. "Aku memulainya saat aku menemukanmu kembali" Sebua...