12. Gevherhan

72 3 0
                                    

Ide untuk memiliki anak, memang selalu menyenangkan. Aku selalu ingin memiliki anak, begitu juga Issa. Tetapi, jika saat ini aku memang mengandung, bagaimana bisa aku memberitahu Issa? Maksudku, aku yakin dia akan senang tetapi dia tidak akan senang dengan keinginanku untuk pergi. Aku akan berada disana untuk satu minggu. Tapi, Issa harus tahu. Kalaupun aku memang mengandung, dia ayahnya dia berhak untuk tahu.

Besok pagi, aku akan memeriksanya dan sekarang sebaiknya aku tidur.

Ada seorang anak perempuan disana. Ia terlihat sangat manis. Matanya yang berwarna cokelat terang begitu bercahaya dan penuh dengan kesenangan. Dia sedang bermain bersama seekor kucing tabby berwarna abu-abu.

Issa berada disampingku kemudian memanggil anak itu.

"Sofia" panggilnya dan anak perempuan itu kemudian menoleh dan berlari karah kami.

Rambutnya yang berwarna cokelat tembaga dan diikuncir berayun ayun ketika ia berlari. Ketika sudah dekat, Issa membuka kedua tangannya untuk menggendong anak itu.

"My beautiful gevherhan" Issa mengatakan itu dengan sangat tulus dan bangga. Lalu ia mengecup pipi tembam anak itu yang berwarna kemerahan.

Aku terbangun. Episode mimpi yang baru aku saksikan begitu indah hingga aku sendiri tidak menyadari bahwa aku menangis. Aku melihat ke sebelahku dan aku tidak melihat Issa. Bahkan sisi tempat tidurnya seperti belum tersentuh. Aku memutuskan untuk pergi mencarinya.

Aku berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil miuman. Sepertinya aku tahu Issa ada dimana. Ketika aku sedang berjalan, aku menyadari betapa sepinya penthouse ini. Ya, aku dan Issa memilih untuk tetap tinggal di penthouse karena lebih dekat dengan rumah sakit dan juga kantorku.

Ketika tiba di dapur aku memilih untuk membuat cokelat panas, entahlah aku hanya ingin cokelat panas dan oh aku ingat Oreo yang baru saja aku beli kemarin dan juga selai kacang. Setelah selesai membuat cokelat panas aku mengambil Oreo dari kulkas dan mengambil selai kacang dari tempat roti. Aku meletakan semua itu di kitchen Island dan mulai memakannya.

Selai kacang dan Oreo ternyata perpaduan yang enak, aku menyesal tidak memakan ini sejak dulu dan oh cokelat panas yang aku buat membuatnya meleleh di mulutku. Aku jenius, ini sangat sangat enak.

"Hmm, apa yang sedang kamu lakukan di sini Mrs. Fredrichson?" Tanya Issa sambil memelukku dari belakang dan meletakkan dagunya di pundakku.

"Aku sedang berolahraga. Tentu saja aku sedang makan. Issa untuk seorang dokter kau cukup bodoh. Aku harap pasienmu tidak menderita karenamu." Kataku menggoda "Oh ya, aku sudah pernah mengatakannya bukan?" Kataku lagi sambil meliriknya.

"Terlalu sering kamu mengatakan itu padaku Sha." Jawabnya sambil tertawa kecil.

"Bagus, aku ingin kamu selalu mengingatnya." Kataku dan aku kembali fokus pada camilan malamku.

"Kenapa kamu tidak dikamar?"

"Karena aku sedang makan. What could be more important than a little something to eat?" jawabku singkat.

"Winnie The Pooh" jawabnya mengangguk sambil mengambil Oreo dari tanganku.Yup quotes Winnie The Pooh yang menjadi semboyanku setiapkali aku makan ditengah malam. "Oreo dan selai kacang?" tanyanya lagi sambil menaikkan sebelah alis tebalnya yang seperti ulat bulu.

"Iya, kenapa?"

"Aneh." Katanya sambil mencoba meraih Oreo yang berada dihadapan kami lagi dan aku menepis tangannya agar ia menjauhi Oreoku.

Dia hanya menatapku dan aku membalas tatapannya "Apa?" tanyaku.

"Aku mau oreonya" jelasnya.

"Beli sendiri. Ini oreoku" kataku.

Janji Akan EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang