14. Kinder

45 3 0
                                    

Aktifitas di pagi hariku tidak jauh dari hari kemarin dengan tambahan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan makan malamku dan sarapanku. Anak ini, aku menyayanginya tapi morning sickness ini cukup membuatku menjadi dehidrasi dan cepat lelah.

Aku terduduk di depan kloset dan menyandarkan dahiku di ujungnya. Jika ini toilet umum, sudah pasti aku tidak akan melakukannya, tetapi aku tahu setiap hari Willona membersihkan kamar mandiku, jadi sudah pasti bersih. Tak menunggu waktu lama, Issa sudah berada di belakangku sambil mengusap punggungku.

"Apa tidak lebih baik, kalau kamu tetap dirumah hari ini? Aku akan menelpon kantormu, ya?" Kata Issa sambil menyibakkan sedikit rambutku yang menutupi wajahku.

"Aku harus ke kantor Issa, ada permasalahan pada beberapa anak yang sedang aku tangani. Pemerintah meminta dokumen mereka segara di urus agar mereka bisa segera dicarikan foster home" Aku tidak bisa mengabaikan anak anak itu.

Perang telah merenggut banyak hal, banyak orang yang kehilangan orang tua, kakak, adik, saudara dan harta benda yang sudah tidak dapat dihitung lagi berapa banyak kerugian yang mereka harus terima. Mungkin kerugian materiil masih bisa dicari, tapi bagaimana dengan kerugian jiwa? Bukan, bukan mereka yang sudah tiada tetapi untuk mereka yang harus menderita secara psikologis.

Ketika suatu negara atau aliansi memutuskan untuk berperang, ketika orang-orang yang berkuasa memutuskan untuk mengambil alih sesuatu. Mereka tidak memikirkan dampaknya untuk generasi selanjutnya. Mereka memang berpikir kedepan, berpikir kedepan untuk kelangsungan kesejahteraan mereka saja. Sumber daya alam yang banyak sebagai suguhan dari Tuhan dapat menjadi anugrah sekaligus kutukan untuk negara yang memilikinya. Contoh dari anugrah yang berubah menjadi kutukan ini sudah banyak, tetapi contoh gamblangnya dapat kita lihat hari ini pada negara di Timur Tengah.

Petrodollar begitu para akademisi mengenal negara-negara di Timur Tengah yang kaya akan sumber daya alam dalam hal ini, minyak bumi. Emas hitam yang menjadi roda penggerak dunia. Semua orang berebut ingin menguasai ladang-ladang minyak ini. Menjadi penguasa emas hitam berarti menjadi penguasa dunia. Emas hitam yang melimpah telah menjadikan negara-negara di Timur Tengah menjadi kaya dengan sangat cepat. Mengubah negara dengan gurun pasir tandus tak berujung menjadi negara 1001 malam yang penuh dengan keajaiban dan harta yang melimpah bagi semua penduduknya. Tetapi kejayaan yang mereka dapatkan harus dibayar dengan harga yang mahal.

Keserakahan dan ketamakkan telah membuat orang-orang disana menjadi buta. Tidak kah hal ini lucu? Mereka yang memiliki ras, kebudayaan dan agama yang sama tetapi justru terpecah belah dan saling memerangi satu sama lain. Yang satu berkawan dengan saudara-saudara di benua lain yang di sana, tempat mereka bisa menjadi apa saja katanya. Tetapi justru mereka dimanfaatkan untuk memerangi mereka yang mempertahankan ideologinya dan atas nama demokrasi dan hak asasi manusia mereka datang menginvasi saudara mereka sendiri.

Siapa yang diuntungkan? Siapa yang menang? Siapa yang dimerdekakan? Tidak ada, justru hal itu telah memicu orang-orang tidak bersalah untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya untuk bertahan hidup. Memang, jika kita bertanya untuk siapa perang itu digaungkan tidak akan selesai jika harus merunut nama dan berbicara demokrasi juga hak asasi manusia. Tapi pertanyaan yang tepat adalah, siapa yang diuntungkan dari peperangan ini? Jawabannya mudah, mereka yang ingin menguasasi emas hitam.

Dan peradaban yang kita bangun diatas darah, rerentuhan bangunan dan emas hitam ini juga sangatlah rentan. Emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran minyak sebagai sumber energi yang kita gunakan sehari-hari telah merusak bumi kita. Hutan yang terus ditebangi untuk dijadikan lahan pabrik dan perumahan juga tidak membantu. Kita sebagai mahkluk terpintar di bumi telah membawa perubahan besar dalam peradaban sekaligus menghancurkannya. Es yang mencair di kutub telah menjadi bukti bahwa bumi kita sedang di serang demam dan virus atau bakteri yang telah menyebabkannya adalah kita. Manusia. Lambat laun, bumi kita akan mengubah sistem antibodi nya dan membinasakan virus ataupun bakteri yang membuatnya sakit agar bisa pulih kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janji Akan EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang