Saat itu..
Perempuan itu merasa jantungnya berdetak kembali, namun bukan detakan seperti manusia hidup pada biasanya. Jantungnya mengkristal. Mati namun hidup.
Suhu badannya tak begitu hangat. Dia sungguh yakin pada saat itu dia sudah tak bernyawa. Dia mulai membuka kedua matanya, melihat kulitnya yang pucat. Dia benar-benar sudah hilang harapan.
Dia bangun perlahan, menatap ke sekeliling menyadari bahwa dirinya masih belum memijakkan kakinya pada tempat yang indah itu. Dia masih disini, di bumi, menghirup udara bumi.
"APA?! Kau masih bisa mengelak setelah membuat Saeun pergi untuk selamanya?" suara itu membuat kepalanya menoleh pada pintu. Dia beranjak membukanya perlahan, dan menutupnya kembali.
Entah kenapa dirinya terasa asing. Terlihat seperti orang yang ling-lung. Batinnya gelisah. Benaknya bertanya ini dimana? Sedang apa dia disini?
"Apa kau pikir itu hal sepele yang mudah dilupakan? Apa kau pikir semudah membalikkan tangan aku melepasmu bebas? Jawab aku, apa aku salah membalas semuanya padamu, hah?!" suara itu membuat dirinya megintip dengan hati-hati. Matanya melihat sembilan orang di luar sana yang menurutnya sedang dalam keadaan tegang.
"Apa perlu membalas dendam dengan membunuh manusia tak bersalah?" salah satu dari mereka membuat seorang lelaki disana menoleh dan menatapnya sinis. "Apa kau sadar, kau akan disidang akibat perbuatanmu ini? Tak hanya kau, tapi kalian berdua yang terlibat juga..kau Jim."
"Jim.." dia menggumamkan nama yang baru saja disebut lelaki berwajah lonjong tadi.
Tak lama perempuan itu berjalan mundur dan panik ketika seorang pria dewasa mulai berjalan memasuki rumah. Sudut matanya menangkap tangga, dia pun langsung menaikinya. Dalam sepersekian detik dia sudah diatas dengan kernyitan pada dahinya. Dia sadar bukan saatnya memikirkan kecepatannya tadi, dia tambah panik ketika dua lelaki berdiri tak jauh dari pintu kamar yang ia tempati tadi.
Beruntungnya dia melihat jendela di depannya. Dia pun berjalan dengan sangat cepat sepanjang lorong itu. Membukanya dan melompat begitu saja dari lantai dua dengan sangat mulus seperti kapas yang jatuh. Dia merendam keheranannya dan mulai berlari memasuki hutan.
Pepohonan rimbun menyambutnya hangat saat itu, suara burung-burung seperti mengucapkan selamat datang padanya. Dia seketika tersenyum. Bukan hanya karena terpaan angin yang membawa bau hutan padanya. Namun pergerakkannya yang sangat cepat jugalah yang membuat dirinya serasa baru menemukan kenikmatan di dunia ini. Dia pun merasa baru. Baru terlahir, baru kembali, baru hidup. Rasanya luar biasa.
Jangan salahkan dirinya yang lebih sensitif sekarang. Dia melambatkan kaki-kakinya saat mendengar suara patahan ranting karena injakan kaki.
Di samping itu, seorang lelaki tengah memperhatikannya dari jarak lima meter. Batang pohon berumur yang besar itu membantu menyembunyikan dirinya. Dia merunduk dan berencana menatap kembali perempuan berambut cokelat itu, namun sosok itu menghilang. Dia berdiri dan mencari-cari, tetap saja dia sudah kehilangannya tanpa jejak. "Hhh..kemana dia?"
"Mencariku?"
Sontak lelaki itu berbalik, namun dia tak menemukan siapapun.
"Diatas sini."
Lelaki itu menghela nafas panjang lalu mendongakan kepalanya, mendapati perempuan tadi tengah duduk menyandarkan tubuhnya di batang pohon sembari menatapnya tajam.
Lelaki itu sedikit mundur ketika perempuan itu melompat dari atas sana.
"Kau mengikutiku? Kenapa?" tanya perempuan itu menginginkan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luminous (Sequel of Red Hair)
FanfictionAda, namun tak nampak. Tak ada yang tau pasti dimana kota itu berada. Perwujudan miniatur dunia didalamnya. Ada yang bilang terletak disekitar Benua Eropa. Ada yang bilang dekat dengan Negara Yunani. Ada yang bilang terletak ditengah pusat dunia. S...