Sepuluh tahun kemudian...
Hi Jimin, bagaimana kabarmu? Apa kau sudah bahagia sekarang disana? Aku yakin kau sudah bersama Saeun. Kalian memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama tanpa gangguan apapun. Hey Saeun..aku yakin kau tengah melepas kerinduanmu pada Jimin. Saeun tolong bilang pada Jimin, terimakasih telah menyelamatkan hidupku. Bila Jimin tak menghadang Kim, mungkin akulah yang sedang bersamamu saat ini.
Joe, paman, dan bibi. Terimakasih telah menjagaku, terimakasih telah memberikan tempat tinggal yang nyaman pada saat itu, terimakasih telah memperlakukkanu seperti anak kalian sendiri. Dan Joe..aku bersyukur kaulah yang menemukanku di hutan saat itu, kau vampire yang baik Joe. Aku tak menyangka kalian akan meninggalkanku seperti ini.
Kim, aku tau kau vampire yang baik. Kau menyayangi Saeunmu sepenuh hatimu, kau begitu rapuh namun berusaha kuat dan menggunakan kekuatan itu dengan cara yang salah. Kim, apa kau sudah bertemu Saeun? Jimin? Jin? Kim aku mohon berhenti membenci siapapun..maafkan dirimu sendiri agar hanya ketenangan dan kedamaianlah yang ada bersamamu. Aku telah memaafkanmu Kim, kami semua disini sudah memaafkanmu jadi tersenyumlah disana.
Rin yang tak mampu menulis lagi langsung meletakkan penanya. Dia terisak dalam kamarnya. Pedih, bagi siapapun yang mendengarnya. Selalu seperti itu setiap tahun. Hari yang takan terlupakan, hari dimana dia melihat abu yang berterbangan, tubuh yang tergeletak, darah-darah perjuangan yang tumpah. Harus berapa helai perban untuk membalut luka dihatinya? Berapa banyak obat yang dapat meredakan perihnya hati? Rin sempat melewati masa-masa tertekannya, emosinya tidak stabil, dan terkadang diluar kendali namun..
Setelah dirasa cukup tenang dia menghapus air matanya. Menatap mawar biru pada vas didepannya, mengelus kelopaknya perlahan. Membuat bibirnya menunjukkan senyuman. Seseorang yang sejak tadi memperhatikannya diambang pintu sekarang mulai memberanikan kakinya melangkah mendekat, dia mengusap kepala Rin dengan lembut. Berharap rasa ketenanganlah yang dia jalarkan.
"Hi.." sapa lelaki itu menatapnya.
Rin langsung memeluknya. "Hi Suga.."
..Suga selalu berada disisinya. Menguatkannya dalam lemahnya. Membangkitkannya dalam jatuhnya. Menghiburnya dalam kesedihannya. Mencintainya sepenuhnya.
"Soae sudah siap berangkat. Ini hampir tengah malam. " Suga menyelipkan rambut wanitanya kebelakang telinganya.
"Aku..ikut.." dua kata yang membuat Suga menangkup pipi Rin. "Benarkah?" Rin mengangguk mantap. "Omo..omo..lihatlah gadisku ini sudah dewasa!" Bukannya senyuman malah tepisan tangan dan sinisan yang Suga dapatkan dari Rin. Galak.
"Eomma, appa ayo nanti aku tertinggaaaal!" Seruan itu membuat keduanya bergegas meninggalkan kamarnya.
Soae yang sejak tadi menunggu diluar rumah sekarang tidak jadi mengerucutkan bibirnya. "Eomma?! Kau mengantarku tahun ini?" Soae langsung berlari memeluk Rin namun matanya menunjukkan ke khawatiran. "Apa..tidak apa-apa?" tanya Soae meyakinkan dan disambut dengan anggukan Rin.
Mereka bertiga pun langsung menaiki mobil. Suga melajukan mobilnya menuju stasiun tua. Diperjalanan hanya Soae yang berceloteh ria membuat Suga dan Rin terkadang terkekeh geli.
"Aku suka belajar Charm!"
"Aku takut dengan strigoi! Mereka mengerikan, tapi aku harus berani lagipula Distrik Karst ditumbuhi pohon berduri, pihak akademi sepakat melakukkan itu!"
"Appa eomma apa kalian pernah melihat striwolf? Apakah sangat besar?"
"Eomma! Bila kau ke Luminous kau akan terkesima, akademi itu benar-benar hebat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luminous (Sequel of Red Hair)
FanfictionAda, namun tak nampak. Tak ada yang tau pasti dimana kota itu berada. Perwujudan miniatur dunia didalamnya. Ada yang bilang terletak disekitar Benua Eropa. Ada yang bilang dekat dengan Negara Yunani. Ada yang bilang terletak ditengah pusat dunia. S...