New Orleans, USA.
Lima tahun kemudian.
Satu lagi hari yang indah pada musim gugur di negara tempat berkembangnya aliran musik para budak. Musik Jazz. Berpuluh-puluh tahun yang lalu jenis musik ini hanya dimainkan oleh para budak negro yang berada di Amerika sebagai sarana komunikasi mencurahkan isi hati karena pada jamannya para budak belian negro yang kerja paksa dilarang berbicara satu sama lain, walau pada jam istirahat sekalipun. Tapi mereka diijinkan untuk bernyanyi dan berpantun. Musiknya tidak banyak diminati karena terlalu sulit untuk dipelajari. Sampai beberapa tahun kemudian, keadaan berubah. Seperti roda yang berputar, musik ini menjelma menjadi jenis musik yang dinikmati kalangan bangsawan.
Pepohonan masih berwana hijau di lembah cekung, tapi di beberapa bagian bukit di sebelah utara, sepanjang tepian sungai Mississippi dan pegunungan yang mengelilinginya, dedaunan mulai berwarna merah dan jingga. Kombinasi warna-warna itu membuatnya terlihat palsu, seperti rancangan kereta api.
Di dalam mobil Taehyung menyetel stereo yang amit-amit kencangnya, sampai-sampai ia tidak mendengar ponselnya berdering. Ia baru menyadari seseorang menelponnya ketika ujung matanya menangkap kelap-kelip layar ponsel.
Taehyung meraih ponsel yang terletak di kursi penumpang dan melihat nomor yang tertera di sana. Seokjin Hyung. Ia menghela napas. Taehyung mengecilkan stereo, memasang speaker dan meletakan ponsel di dasbor.
"... Ya... Ya, adik tersayangmu. Kim Taehyung. Anak kedua dari ayah dan ibu. Kita sempat men...."
Kakaknya di seberang sana memotong kalimat Taehyung.
"... Aku sedang menyetir." Taehyung mencodongkan tubuhnya kedepan dan menggeser ponselnya agar lebih dekat, "Aku memasang speaker. Kau bisa mendengarku sekarang?"
Taehyung mengganjal ponselnya dengan pelindung matahari. Mungkin masih terdengar berisik, tapi itu yang terbaik yang bisa Taehyung upayakan, "... Kalau kau tahu. Kenapa menelponku?"
Taehyung mengendarai mobilnya memasuki kawasan yang dikedua sisinya rapat dengan bangunan yang menjulang tinggi, mencakar langit. Ia menyipitkan mata ketika matanya melihat papan penunjuk arah. Kemudian ia mengemudikan mobilnya, berbelok ke arah kiri. "... Tidak, hyung. Hari ini libur. Cepatlah aku akan sampai."
Taehyung masih dapat mendengar, di seberang sana kakaknya berdeham, kemudian terdengar suara air yang di tuang. Dan kakaknya berbicara kembali.
Sambil memerhatikan jalanan utama yang indah seperti lukisan tapi kurang ekonomis itu, Taehyung menjawab,"... Tidak, aku tidak akan pulang, sebelum kau bertanya, itu anak keduamu. Sebelum kau bertanya, aku akan menghadapi ujian. Sebelum kau bertanya, untuk jawaban yang kedua yang tidak kau tanyakan. Aku tidak tahu kenapa kau selalu memintaku pulang tiap kali istrimu melahirkan."
Suara kakaknya terdengar ragu. Kemudian terdengar suara lain dari speaker ponselnya, suara perempuan. "Aku merindukanmu." Taehyung terdiam beberapa detik mendengar suara itu. Taehyung tahu persis, suara tadi bukan suara istri kakaknya, itu bukan Maggie. Aksennya terlalu Korea untuk Maggie yang menghabiskan tiga per empat dari umurnya di Eropa.
"Tadi siapa?" tanya Taehyung, seperti kakaknya suaranya juga terdengar ragu. "... Nah, rasanya aku sudah sampai."
Taehyung memarkirkan mobilnya secara paralel di depan sebuah toko alat musik. "... Baiklah. Aku akan membuat jadwal menelpon kalau umurku tiga puluh. Begitu?"
Suara kakaknya terdengar riang di seberang sana, dan mereka yang di seberang sana tertawa bersama. Dan untuk beberapa saat Taehyung merindukan rumah, dan itu sungguh kekanak-kanakan. Taehyung mengiyakan ucapan kakaknya lalu mematikan sambungannya.
Ia menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Tidak ada niatan untuk keluar dari mobil. Suara perempuan tadi, saat ia sedang menelpon kakaknya, terngiang-ngiang di kepalanya dengan jelas. Mengalahkan suara stereo yang masih menyala. Sesungguhnya suara itu, Taehyung mengenalinya. Ia tahu pasti siapa pemilik suara itu. Tadi ia hanya basa-basi menanyakan siapa yang berbicara. Taehyung tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba menjadi gugup.
Kenangan itu, kenangan lima tahun lalu kembali berputar-putar di kepalanya. Saat ia memejamkan mata, semuanya terasa semakin menyakitkan.
Malam itu, ia kembali membuat perempuan yang ia cintai menangis. Ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dan setelah kejadian itu, yang ada dipikiran Taehyung saat itu adalah ia merasa ia harus menghilang dari kehidupan Hwang Nara, agar perempuan itu tidak pernah menangis lagi karenanya. Taehyung sadar betul, Nara tidak akan pernah pergi dari hidupnya sebab itu dia yang memilih pergi.
Setelah kejadian malam itu. Esoknya, Taehyung mengambil penerbangan ke New Orleans meninggalkan perempuan yang ia cintai. Melanjutkan hidup dan mulai memelajari alat musik tiup, Saxophone. Bermain alat musik tiup adalah impian masa kecilnya.
.
.
.
.
.
.
.
.Selamat datang, para hadirin. Kuharap aku bisa menahan perhatianmu. Harus kukatakan bahwa yang akan kalian saksikan malam ini adalah pentas pertamaku. Mungkin memang tidak luar biasa, mungkin tidak mengguncangkan. Tapi, aku bisa mengatakan tanpa setitik pun keraguan; semua ini kupersembahkan untuknya. Karenanya—dengan sepenuh hati aku meminta maaf.
Gedung teater itu penuh pengunjung. Sangat penuh. Semua kursi terisi.
Dan kali ini, lampu-lampu mulai dipadamkan. Satu-satunya tempat paling terang adalah panggung. Musik mulai terdengar dan dua manusia yang berada di atas panggung saling melempar senyum.
Taehyung mengambil tempat duduk di kursi di dekat dinding. Matanya tidak beralih dari dua manusia yang berada di atas panggung.
Dan ketika musik berhenti, lampu-lampu kembali dinyalakan, para pengunjung bangkit dari tempat duduknya, bertepuk tangan meriah, demikian juga dengan Taehyung. Pemuda itu melakukan hal yang sama. Sedikit berbeda, ia melempar senyum kepada salah seorang diatas panggung yang tersenyum manis ke arahnya.
🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
[AKAN DIREVISI] SOMEBODY TO LEAN ON • KTH
Fanfiction[completed] Butterfly effect adalah istilah dalam Teori Chaos yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal" di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem non-linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam k...