Seoul, South Korea.
Lima tahun kemudian.
Saat ini sedang musim liburan di Seoul, Korea Selatan. Langit sudah menggelap, rangkaian lampu berwarna-warni yang tampak bersilangan di jalan utama sudah mulai dinyalakan. Nara membaca brosur yang berada di tangannya. Senyuman terlukis di wajahnya, tapi disaat yang bersamaan ia juga menjadi gugup.
Di pusat kota, semua pohon maple kecil yang tumbuh pada jarak yang sama di petak-petak taman di sepanjang trotoar juga dihiasi lampu-lampu.
Beberapa orang mambalut dirinya dengan mantel, karena Seoul sudah mulai dingin di akhir Oktober. Sudah beberapa kali pula hujan turun di pusat kota. Nampaknya tahun ini musim dingin datang lebih awal.
Hwang Nara memandang sekeliling seperti anak kecil yang memandangi mainan yang tidak mampu dibelinya dari balik jendela toko. Tangannya menyentuh bekas luka tipis di atas alis yang seharusnya sempurna dan ia bergidik.
Rasanya sudah begitu lama sejak ia berdiri tepat di depan toko, menunggui Jimin yang tengah memesan minuman untuknya.
Seseorang yang ditungguinya keluar dari toko. Terdengar bunyi ting dari lonceng yang bergoyang saat pintu terbuka.
Lelaki itu menghampirinya dengan dua gelas karton yang berada di tangannya. Memberikan gelas yang berisi frappé dengan begitu banyak krim di atasnya kepada Nara.
Nara menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih."
Mereka berjalan berdampingan menyusuri trotoar, dan berbelok ke kanan ketika sampai di ujung jalan. Menuruni anak tangga, menuju tempat Jimin memarkirkan mobilnya.
Meraka berjalan ke arah satu-satunya mobil yang terparkir di tempat itu.
"Aku tidak bisa ikut denganmu. Aku harus ke gedung pertunjukan," kata Jimin setelah masuk ke dalam mobil, dan diikuti Nara yang masuk ke dalam mobil yang sama dan mengambil tempat duduk di bangku penumpang di sebelah Jimin.
Tidak memberi jawaban verbal, Nara hanya menganggukan kepala mengiyakan, setelah ia menyesap frappé-nya.
Jimin menyimpan gelas karton yang masih berada di genggamannya di wadah yang berada dibagian pintu mobil setelah sebelumnya menyesap isinya sampai habis.
"Sampaikan salam ku padanya," kata Jimin lagi, kemudian menyalakan mesin mobil lalu mengendarai mobilnya menuju jalanan utama.
Sekali lagi, Nara memandangi brosur yang berada ditangannya.
"Semoga acara ini berjalan dengan lancar.""Pasti," sahut Jimin.
.
.
.
.
.
.
.Jimin menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang didominasi cat berwarna putih dan jendela-jendela besar di bagian sisi depannya.
"Aku akan menginap. Jadi kau tidak perlu menjemputku," kata Nara sebelum keluar dari mobil.
"Berhati-hatilah."
Ia melambai-lambaikan tangannya ke arah Jimin saat lelaki itu menurunkan kaca jendela mobil dan tersenyum ke arahnya. Kemudian melajukan mobil menjauhinya.
Nara memasuki area pekarangan rumah di depannya, memerhatikan halaman yang dipenuhi hamparan Coneflower dan Prairie Dock, langkahnya berhenti di depan pintu yang juga bercat putih. Mengetuk pintu itu, dan kemudian pintu terbuka menampilkan seorang anak kecil berumur empat tahun.
"Hey, Kim."
Nara langsung menggendong anak kecil di depannya, menciumi pipinya dengan gemas. Dan membawanya masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke ruang tengah dan mendudukkan anak kecil yang berada di gendongannya di sofa yang berada di ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AKAN DIREVISI] SOMEBODY TO LEAN ON • KTH
Fiksi Penggemar[completed] Butterfly effect adalah istilah dalam Teori Chaos yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal" di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem non-linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam k...