Chapter 10

5.1K 878 49
                                    

"Dia kakakku."

"Dia, yang selalu memberimu botol minum," lanjut Taehyung.

Tapi aku yang memintanya.

"Luka itu," Taehyung menunjuk ke arah bekas luka yang berada di wajah Nara. "Kau mendapatkannya di Eropa, saat kau berlari keluar gedung teater karena kecewa orang tuamu tidak datang menonton, padahal ayahmu datang dan mengejarmu."

"Cukup," potong Nara cepat.

Aku berada disana. Melihat semuanya.

Nara gugup, matanya memanas. Ia meremas ujung jaketnya kuat. Lelaki di depannya sedang mengorek luka lamanya. Bahkan lelaki itu mengetahui setiap detail kejadian yang menimpanya.

Nara masih mengingatnya dengan jelas kejadian lima tahun lalu, di Eropa, Spanyol tepatnya. Bagaimana ayahnya menggantikan Nara pada kecelakaan itu, sehingga Nara hanya menerima sebuah luka dengan serpihan kaca yang menancap di atas alisnya. Beruntung serpihan itu tidak mengenai bola matanya. Tapi, kecelakaan itu merenggut nyawa ayahnya. Kalau bisa, Nara lebih memilih ia yang mati dari pada menjalani hidup tanpa orang-orang yang ia sayangi. Dan karena kejadian itu Nara memutuskan untuk berhenti menari. Mematikan ambisinya yang dibangun sejak kecil.

Dan semenjak kematian ayahnya, ibunya menikah lagi dengan pria Eropa dan menelantarkan Nara sendiri tanpa sanak family di Seoul. Orang tuanya tidak meninggalkan apapun untuk Nara.

Nara menjual rumah milik orang tuanya lalu pindah ke sebuah tempat yang lebih kecil, pengap, penerangan seadaanya dan melanjutkan hidup dengan uang penjualan rumahnya. Hidup gadis itu berubah menjadi sangat sulit.

Jimin, iya Park Jimin. Lelaki itu selalu menamaninya. Berada di sisinya di saat-saat tersulit hidupnya. Tidak pernah meninggalkannya sendiri. Selalu mencoba menolongnya walaupun Nara selalu menolak. Jimin lebih dari seorang pasangannya menari. Jimin seperti malaikat penolongnya.

"Biarkan aku menyelesaikan semuanya."

"Ku bilang cukup," teriak Nara, tapi yang terdengar di telinga Taehyung justru suara gadis itu bergetar.

"Kau ingin bertemu ibumu, bukan?"

"Kim Taehyung."

Pertahanan diri Nara runtuh. Sesuatu yang dari tadi ditahannya merembes melalui mata. Air matanya mengalir di pipi, mengayun lembut di dagunya lalu menetes ke tangannya yang sedari tadi ia kepalkan, saat Nara menundukan kepalanya. Buku-buku jarinya memutih. Nara menangis tak bersuara. Hanya air matanya yang terus mengalir melalui pipinya. Bahunya bergetar.

Taehyung terdiam, tidak suka melihat air mata mengalir melaui pipi gadis di hadapannya.

Jangan menangis kumohon.

Nara mengabaikan Taehyung. Tapi, ia juga masih bisa mendengarkan setiap kata yang dikatakan Taehyung.

"Tiga hari lagi, kakakku akan menikah, datanglah bersamaku ke Daegu."

Entah bagaimana caranya, Taehyung sudah berdiri di sisi Nara yang menundukan kepala. Kedua tangannya menangkup rahang Nara. Mengangkat kepala gadis itu agar bisa menatapnya. Nara memejamkan matanya.

"Lihat aku," pinta Taehyung.

Nara menggelengkan kepala, tidak mau membuka mata.

Taehyung menundukan kepalanya, mendekatkan wajah dengan milik Nara. Pandangannya tertuju pada bibir Nara. Mengikis habis jarak diantara mereka. Merangkum bibir itu, melumatnya lembut. Seakan-akan ciumannya bisa menyedot seluruh kesedihan dan ketakutan gadis yang sedang di ciumnya. Tidak mendapat balasan, Taehyung menggunakan lidahnya untuk membuka mulut gadis itu. Berhasil. Tapi, ia tetap tidak mendapatkan balasan.

[AKAN DIREVISI] SOMEBODY TO LEAN ON • KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang