Daegu, South Korea.
Lima tahun yang lalu.
Jimin mengemudikan mobilnya layaknya orang kesetanan, terlalu cepat di jalanan yang sebenarnya tidak terlalu padat. Ia terus memacukan mobilnya diatas rata-rata, tidak memerdulikan beberapa orang yang memerotes.
Pagi-pagi sekali, ponselnya menerima pesan berisi titik koordinat lokasi dari kontak yang belum tertera di ponselnya. Bukan karena pesan itu Jimin bertingkah layaknya orang kesetanan seperti sekarang. Melainkan pesan setelahnya.
Nara membutuhkanmu.
Sederhana saja. Tapi karena pesan itu, Jimin mengetahui siapa pengirim pesan. Dan ia merasa tidak ada yang baik-baik saja. Menyesal ia meninggalkan Nara pada Taehyung.
Semalam, setelah acara pernikahan berakhir, Jimin pergi menemui Shin Eun Hwa, ibu Nara. Eunhwa menjelaskan semuanya, merasa menyesal membiarkan Nara putri kandungnya menjalani hidup seorang diri. Memilih hidup dengan suami baru dan anak tirinya.
Eunhwa tidak bermaksud menampar Nara. Ia hanya merasa terkejut karena melihat Nara yang hadir di acara pernikahan itu, Eunhwa tidak pernah menduganya, jelas wanita paruh baya itu pada Jimin. Ia mencoba mengerti situasi yang dihadapi wanita paruh baya itu, walaupun sebenarnya ia merasa kecewa.
Jimin menepikan mobilnya memasuki lapangan parkir. Tanpa menunggu lebih lama lagi, setelah memarkirkan mobilnya, Jimin langsung keluar dari mobil berlari memasuki gedung di depannya.
Saat sampai di lobby gedung, matanya menangkap sesosok yang sudah tidak asing lagi di matanya, tengah berdiri di dekat lift. Taehyung tersenyum simpul ke arahnya.
Ia berjalan cepat menghampiri seseorang itu, derap langahnya pasti. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Dan. Bugh. Jimin langsung melayangkan pukulannya.
Taehyung tersungkur ke lantai, darah segar mengalir melalui sudut bibirnya. Jimin menarik kerah kemeja Taehyung, memaksa lelaki itu untuk berdiri. Ia akan melayangkan pukulan keduanya. Tapi tangannya tertahan di udara. Taehyung tidak menghindar. Dengan susah payah Jimin menahan amarahnya.
Taehyung terhuyung ke belakang saat Jimin melepaskan cengkraman di kerah kemejanya.
"Kau boleh melakukannya sepuasmu," kata Taehyung suaranya terdengar terbata-bata karena harus menahan perih di mulutnya yang sepertinya terkoyak karena pukulan Jimin.
"Kumohon jaga dia," lanjut Taehyung.
Jimin berdecak, "Ck, tidak perlu kau minta, aku pasti menjaganya."
"Jimin..."
Taehyung meraih sesuatu dari kantong celananya, lalu memberikannya pada Jimin. Sebuah cardlock yang diatasnya tertera tiga digit nomor.
Setelah menerima itu tanpa basa basi lagi, Jimin menekan tombol lift yang ada di dekatnya. Pintu besi itu terbuka, Jimin masuk kedalam kotak ajaib itu.
Sebelum pintu benar-benar tertutup, Jimin masih sempat melihat Taehyung yang berbicara kepadanya. Tidak terdengar sempurna, tapi Jimin sempat melihat gerakan bibir Taehyung yang mengatakan 'sebelas' dan saat pintu tertutup rapat, ia langsung menekan tombol angka sebelas.
Tidak terlalu lama, pintu lift terbuka di lantai sebelas, Jimin langsung keluar dan berjalan dengan cepat menyusuri lorong di depannya. Langkahnya berhenti di hadapan pintu yang bernomor sama dengan nomor yang ada pada cardlock yang diberikan Taehyung. Jimin terdiam sejenak memandangi pintu di hadapannya dalam-dalam.
Ia menempelkan cardlock pada gagang pintu. Setelah terdengat bunyi bip, Jimin mendorong pintu ke dalam secara perlahan. Disana ia menemukan Nara yang masih terlelap di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AKAN DIREVISI] SOMEBODY TO LEAN ON • KTH
Fanfiction[completed] Butterfly effect adalah istilah dalam Teori Chaos yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal" di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem non-linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam k...