"Apa dia masih... sering bersamamu?"
Kedua mata Taehyung tampak dingin ketika memandangi bingkai poto yang berada di meja nakas. Tetapi, ketika menatap mata Nara, kedua mata itu seolah sedikit melemah.
Nara memberikan secangkir teh kepada Taehyung. "Dia temanku, Kim." Nara mencoba meyakinkan Taehyung, gadis itu berdeham kemudian melanjutkan. "Lagipula kau mengenal Jimin... Omong-omong aku mengganti sofa-nya, yang merah ada di kamar."
"Tapi..." Taehyung bersender pada sofa berwarna cokelat di dekat perapian, dia memberi isyarat kepada Nara untuk duduk di sebelahnya. "Kau selalu bersamanya setiap hari saat aku tidak ada, kan?"
"Tidak juga, aku bersama siapapun yang aku mau," aku Nara.
"Kau bahkan menari bersamanya."
"Aku ingin menari denganmu tapi kau tidak bisa." Nara menggeser duduknya agar menghadap Taehyung. "Kenapa?" Nara menatap Taehyung dengan sorot melemah.
Belum sempat Taehyung menjawab, ponsel Nara berdering, dan ternyata itu dari Jimin.
"... Iya, aku di rumah ... Iya, sanggar ... " Nara melirik ke arah Taehyung yang bergeming, mengerutkan dahi di sebelahnya. "Bersama Taehyung ... Tidak, tidak, aku tidak ikut. Sampaikan salamku pada mereka ... Iya, bersenang-senanglah."
"Jimin lagi," kata Taehyung setelah Nara mematikan sambungan telepon.
Nara mengangkat bahu. "Kenapa?"
"Aku tidak suka posisi ku di orkestra... dan kau menelpon dengan seseorang yang tidak aku sukai."
"Kupikir... aku menyukai posisimu. Aku senang kau berada di barisan belakang... Lagipula bukankah memang para pemain alat musik tiup berada di barisan belakang," kata Nara.
"Tapi, apa yang bisa kau lihat?"
"Kau tampan... Kau akan mengacaukan orkestra kalau kau berada di tempat paling depan."
Nara memandangi Taehyung, karena pemuda itu sekarang menatapnya meminta jawaban lebih. "Sudah bertahun-tahun dan kau banyak berubah."
Taehyung menunduk menatap wajah lembut Nara. Kedua mata Taehyung menyipit ketika memperhatikan bekas luka yang ada di atas alis Nara. "Kau juga banyak berubah, kau sekarang sudah berani mendebatku, dan kau memotong rambutmu... Apa aku sudah mengatakan, kalau aku menyukai potongan rambutmu." kata Taehyung pelan.
Komentar itu diucapkan dengan lembut, sampai-sampai membuat Nara tersipu. Nara tersenyum malu-malu dan tatapannya jatuh pada kemeja Taehyung yang dua kancing teratasnya terbuka, dan kenangan-kenangan yang tidak diinginkan pada malam terakhir ketika mereka bersama-sama kembali menghampiri.
Nara berdeham dan mengalihkan pandangan, wajahnya memerah. "Aku akan membuatkan makan malam."
Tangan kekar Taehyung menggenggam lengan Nara dengan sangat lembut, dan menarik gadis itu hingga menghadapnya lagi. Tangannya yang lain menggulung lengan kemeja panjangnya. Taehyung menatap mata Nara yang kebingungan.
"Apa... yang... kau... lakukan?" kata Nara tergagap. Ia tidak sanggup bernapas. Seakan-akan Taehyung menebar mantra di sekitarnya. Belum lagi lututnya yang melemas. Nara terkesiap saat Taehyung menarik tubuhnya, sehingga bibirnya menyentuh bahu Taehyung. Nara dapat mendengar detak jantung Taehyung, benar-benar mendengarnya.
"Waktu itu seperti ini," kata Taehyung dengan nada serak. "Aku menarikmu mendekat, seperti ini," bisik Taehyung, seraya mendekap Nara. "Dan aku membungkuk, lalu membuka bibirmu dengan bibirku... seperti ini..."
Semuanya terjadi lagi. Nara sudah lima tahun lebih dewasa, tetapi tampaknya masih serapuh dulu. Taehyung menuntun tangan Nara ke lehernya selagi bibirnya terus menciumi bibir Nara dengan pelan dan manis.
Taehyung melumat bibir Nara dan ragu sejenak, cukup lama menatap kedua mata Nara dan melihat kepasrahan di sana. Sekelebat senyuman nampak di bibir Taehyung sebelum dia kembali membuka bibir Nara.
Ciuman Taehyung semakin kasar. Nara merasakan kedua tangan Taehyung bergerak di punggungnya dan selanjutnya yang Nara rasakan ia sudah berbaring di sofa.
Taehyung melepaskan ciumannya, menatap mata Nara dengan seksama, tetapi ia tidak melepaskan wanitanya itu. Wajah tampannya tidak menunjukan ekpresi, hanya matanya yang tajam tampak hidup dan berapi-api.
"Malam itu, aku ingin bercinta denganmu... Dan astaga, aku masih menginginkannya," bisik Taehyung di dahi Nara. "Aku tidak pernah semenginginkan seperti ini," kata Taehyung kemudian mencium kening dan bibir Nara dengan lembut.
"Lima tahun," kata Nara gemetar.
Taehyung menciumnya lagi.
"Ini... tidak baik."
Dan menciumnya lagi.
Nara tidak bisa berpikir sama sekali. Ketika Taehyung terus menciuminya. Dan ciuman itu berubah menjadi lumatan dan menuntut.
Tangan Taehyung menyelinap di balik pakaian Nara, mengelus punggung Nara yang terasa hangat di telapak tangannya. Dan, tangan Taehyung akan bergerak ke perut Nara ketika terdengar ponsel berdering, kali ini milik Taehyung.
Taehyung mendengus kasar dan menghentikan kegiatannya. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jeans-nya. Tertera nama 'Seokjin hyung' di sana, dengan malas Taehyung menempelkan benda persegi panjang itu ke telinga.
"Iya... Aku tidak akan menyakitinya... Kau mengganggu hyung," kata Taehyung lalu melempar ponselnya ke atas meja dengan kasar, bukannya di atas meja, ponselnya mendarat dengan tidak mulus ke lantai. Taehyung menggeram. Dan Nara hanya terkekeh melihat tingkah Taehyung.
Nara buru-buru bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah dapur.
"Mau kemana?" Kata Taehyung. "Kita belum selesai, sayang."
"Selesaikan saja urusanmu sendiri," kata Nara, dan mengabaikan Taehyung yang sekarang berlari ke dalam kamar mandi.
🐋
KAMU SEDANG MEMBACA
[AKAN DIREVISI] SOMEBODY TO LEAN ON • KTH
Fiksi Penggemar[completed] Butterfly effect adalah istilah dalam Teori Chaos yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal" di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem non-linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam k...