Author's POV
Cat mengerjapkan matanya berkali-kali. Astaga, rupanya ia tertidur di siang hari, seperti anak SD saja. Ketahuilah, tidur siang bukanlah kebiasaan Cat. Atau.... Ini karena bawaan hamil yang membuatnya selalu lelah?
Entahlah.
"Cat?"
Tok tok tok...
Seseorang mengentuk pintu kamarnya. Dan Cat tau benar, itu pasti Aldi. Karena penghuni rumah ini ya memang Cat dan Aldi saja, kan.
"Ya?" balas Cat lirih.
"Nanti jadi, kan, temani aku wawancara?" tanya Aldi dari luar ruangan.
Wawancara?
Wawanca--ah, ya, Cat bahkan lupa dengan janjinya pada Aldi untuk menemani wawancara kerja.
Hingga.... Otaknya yang pikun justru membawanya tuk menyanggupi janji pada Adrian.
Mampus! Gimana nih gue... Aldi butuh gue buat nyemangatin dia. Tapi... Adrian kan pacar gue.. Duh..
Ah. Bodo amat!
Adrian kan calon jodoh gue nantinya. Kalo Aldi mah boro-boro, calon mantan suami nah iya.
Ya jelas gue pilih Adrian, lah!
Cat meneguk ludahnya, bersiap tuk akting semaksimal mungkin.
"Aldi? Gue sakit..." kata Cat pelan, berharap agar Aldi mendengarnya di luar ruangan.
"Kamu sakit?! Aku... Masuk boleh?"
Mendengar itu, Cat langsung menyambar selimutnya, dan menggulungnya di badannya seakan dia kedinginan.
"Masuk aja, Di.."
Ckrek... Pintu terbuka. Muncullah sosok Aldi dengan raut sejuta kekhawatiran terlukis sempurna di wajahnya.
"Kamu...kenapa?" Aldi duduk di ranjang Cat, dan memegang kening Cat.
"Perut aku gak enak, Di.. Mual banget..."
"Astaga.. Apa kamu keracunan masakan aku, ya? Aduh.. Mau aku antar ke rumah sakit?"
Emang lo punya duit, hah? "Eh.. Gak usah. Kan kamu harus wawancara juga kan?"
Melihat wajah Aldi yang begitu, sejujurnya Cat sama sekali tidak tega. Tapi--ya, bagaimana lagi, kan? Lagian, Cat tetap teguh pada pendiriannya tuk membenci Aldi--walau di depannya, ia harus bersikap seolah baik dan mulai menghormatinya.
Jijik banget gue hormat sama lo! Sama anak ini aja sebenernya gue males. Kalo gue jahat dan gak punya hati, udah gue gugurin juga, kali!
Begitulah isi hati Cat. Ya, itu hanya isi hati beralaskan keyakinannya yang bersikukuh tuk membenci Aldi. Tapi, di lubuk hati terdalamnya, ada sedikit rasa aneh yang menyayat. Entah apa itu.
"Kayaknya ini efek hamil, Di. Jadi bukan karena masakan kamu, kok.."
"Yakin?"
Cat menganggukkan kepalanya yakin. "Iya. Udah, kamu santai aja, yang penting kamu semangat wawancaranya, ya!"
Mendengar kata-kata itu, Aldi tersenyum. "Makasih ya, Cat. Hari ini kamu udah cukup kasih semangat buat aku, kok."
"Hah? Maksudnya?"
"Dari tadi kamu udah bersikap sangat baik. Mulai tanya sama aku, mulai mau ngomong sama aku. Ya, semoga seterusnya tetap begitu, ya." Aldi mengusap kepala Cat, sebelum akhirnya Aldi keluar dari kamar Cat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Marriage and Pregnancy
Romance(20+) Tentang dua orang manusia, yang memiliki latar belakang berbeda, perilaku yang berbeda, hingga rasa yang berbeda. Aldi, yang sejak pertama kali bekerja sebagai supir di keluarga itu, sudah menyukai--bahkan menyayangi Cattleya. Aldi, yang juga...