Terusir

12.8K 728 16
                                    

Author's POV

Janji pernikahan yang baru saja mereka ucapkan, bukanlah awal dari kebahagiaan demi kebahagiaan. Setidaknya, itu yang dirasakan Cattleya. Cat menganggap, semua kesedihan dan bencana akan memuncak usai pernikahan yang katanya 'suci', namun baginya sama sekali tidak. Sementara bagi Aldi, meski gadis itu belum membuka hatinya, namun pernikahan ini akan menjadi awal bagi ujung kebahagiaan mereka kelak.

"Sekarang kalian sudah menikah," kata Ari, yang adalah Ayah dari Cattleya. "Apa rencana kalian selanjutnya? Sementara, pihak keluarga sudah memutuskan mengusir Cat dari rumah ini, agar kondisi perusahaan tetap aman tanpa adanya gosip aneh."

Dena, alias mama Cat, menatap sinis. "Mama juga malu, kalau sampai rekan-rekan mama tau kebejatan kamu! Ya kalau kamu hamil sama pengusaha sih oke-oke aja. Lah ini? Sama supir keluarga kita, yang gak jelas asal-usulnya!"

Aldi hanya tersenyum miris. Ia sudah menebalkan hatinya, siap dengan segala caci maki yang terlontar. Karena memang, keluarga Cat adalah keluarga pengusaha yang sangat terhormat dan ditakuti. Jadi, sudah wajar jika perangai kedua orang tua Cat begitu materialistis dan idealis tinggi. 

Sementara Cat masih menunduk lesu. "Ma.. Pa... Terus nasib aku gimana?"

"Ya terserah! Mama gak peduli! Bagi mama, anak dalam keluarga ini ya cuma kakak kamu, Bianca! Dia itu pinter cari jodoh, pacarnya aja anak direktur!"

"Ssst, Mama!" tegur Papa. "Stop membandingkan mereka!"

Ya ya, Bianca memang cantik sekali. Pantas dia mendapatkan pria sesempurna Gema, kekasihnya. Tapi apa yang terjadi pada Cat ini, diluar batas keinginannya.

"Rencana saya..." Aldi membuka suara. "Akan membawa Cat tinggal di rumah saya. Dan saya akan berusaha menghidupi dia bagaimanapun caranya."

Dengan sinis, Dena melirik lagi. "Ya itu memang tugas kamu! Tapi, apa kamu mampu memenuhi keinginan Cat yang bejibun itu? Apa kamu mampu membeli tas jutaan rupiah? HAHA kasihan kamu, Cat."

"Mama! Apaan sih," tegur Ari lagi.

Ketegangan masih terjadi. Lagi-lagi, Ari kembali membuka suaranya. "Baiklah. Apa kalian perlu uang?"

"Perlu!" kata Cat.

"Nggak usah!" kata Aldi, bebarengan dengan Cat. 

Cat melirik ke arah Aldi, ganas. Apa maksudnya? Dia menolak rejeki? 

"Saya yang akan bertanggung jawab terhadap Cat, atas semuanya," tegas Aldi. 

*

*

Satu-satunya harta yang di berikan pada mereka adalah sebuah mobil. Tujuannya agar kehamilan Cat aman, karena Cat tak perlu memakai kendaraan umum. 

Dan sekarang ini, mereka sudah ada di dalam mobil, saling terdiam, bersama tumpukan barang-barang Cat yang akan diangkut ke rumah Aldi.

"Cat, percaya sama aku. Kamu aman sama aku," tegas Aldi. 

Dengan sarkas, Cat melirik ganas. "Aman? Kamu buat hidup aku miskin mendadak dan menderita mendadak, itu aman? Please, gak usah bawa-bawa orang lain ke jurang kemiskinan kamu!"

Kejam? Memang, itu lah mulut pedas Cat. 

"Aku pernah minta persetujuan supaya aku gugurin bayi ini, tapi kamu gak mau. Tau gitu aku gugurin langsung, tanpa minta persetujuan kamu!"

Ciiiit.

Aldi menginjak rem secara tiba-tiba, sehingga mobil berhenti sangat cepat dan membuat Cat sempat terkejut dan kaget. 

Dengan tatapan serius, Aldi memajukan wajahnya ke arah Cat. "Dia-gak-berdosa. Kalau kamu mau ada satu pihak yang hilang, lebih baik aku yang mati, jangan bayi ini."

"..."

"Cat, aku sayang sama kamu. Dan aku berharap, di pernikahan ini, kamu bisa mulai menerima keadaan."

"Kalau aku gak bisa, gimana?" tanya Cat, masih dengan wajah sinisnya. 

"Ya terserah, mungkin setelah kamu melahirkan, kamu mau berpisah sama aku ya gak apa-apa. Biar bayi kita aku aja yang rawat."

Yeay, dalam hati Cat bersorak. Tinggal menunggu kurang lebih 7 bulan, dan setelah anak ini lahir, Cat bisa meminta cerai dari Aldi. Dan ia bisa bebas. Sebebas-bebasnya seperti Cat yang perangainya adalah gadis clubbing, malas kuliah, dan bisa beli apapun yang ia mau. 

"Apa kamu akan tetap kuliah?" tanya Aldi, selang beberapa detik keheningan mereka.

"Iya."

"Dan apa kamu akan mengakui pernikahan kita di depan temen-temen kamu?"

Cat tersenyum masam. "Enggak, untuk itu."

Aldi menganggukkan kepalanya, paham. Siapa sih yang terima dengan pernikahan tanpa cinta seperti ini? Siapa yang  mau mengakui seseorang miskin yang tak punya apa-apa, sebagai suaminya?

"Baiklah, aku juga akan menyembunyikan ini semua."

"Memang harus."

Aldi menghela nafas lagi. "Tapi bagaimana jika ada yang menyadari kehamilan kamu?"

"Gampang aja sih. Sampai bulan kelima, sepertinya belum terlalu terlihat, karena aku kurus. Selebihnya kan libur semester, jadi aku bisa bersembunyi."

Ya, ya, ya.

Rupanya Cat telah memikirkan beragam cara untuk mengamankan dirinya, dan untuk bisa lebih cepat lepas dari Aldi.

Keheningan terjadi lagi.

Hingga mobil itu memasuki sebuah rumah kecil berhalaman luas nan penuh bunga. Ya, kecil, nan asri. Dan kini mobil itu berhenti.

Diiringi dengan suara Aldi yang berkata, "Yuk, turun."

*

*

TBC.

sorrrryyyy lama :(

vote dan komen yg banyak yah guysss biar aku semangat <3

makaseeeeh!

-ervina, 8mei2016

Between Marriage and PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang