Author's POV
Tak ada satu orangpun yang menginginkan hal seperti itu terjadi. Tak ada seorangpun, yang menginginkan ada buah yang tertanam dari lelaki yang bahkan sudah dianggap kakak sendiri.
Dan duniapun tau, bahwa sekalipun kedua manusia telah terpasang kata cinta, hal seperti inipun sama sekali tak diinginkan sebelum mereka menghalalkan kata cinta tersebut.
Dan disinilah mereka.
Di sebuah gereja kecil, dihadiri hanya oleh kerabat dekat, dan lingkar keluarga yang hanya hitungan jari.... Upacara pernikahan itu dimulai.
Pernikahan yang tertutup--bahkan terkesan disembunyikan. Dan ini sama sekali bukan pernikahan yang semua orang harapkan.
Didampingi oleh wali dari Aldi--karena seperti yang diketahui, Aldi sudah yatim-piatu sejak ia kecil, dan keluarga yang tersisa hanya sebatas Nenek dan budenya di desa sana, yang bahkan hanya menitip salam tanpa kehadiran. Begitupun dengan keluarga Cat, yang hanya di dampingi ayahnya dan kakaknya, yaitu Aira--sementara sang ibu, enggan untuk datang, bahkan sangat kecewa dan mengancam mencoret nama Cat dari kartu keluarga.
Sambil berjalan ke altar digandeng oleh ayah tercinta.... Cat menitikkan air mata--bukan, bukan air mata kebahagiaan selayaknya pernikahan pada umumnya. Ini adalah air mata sesal dan kepedihan.
Ia terus mengingat ucapan-ucapan sang mama...
"Mama gak nyangka, Cat.. Selama ini kamu keluar-masuk ke club malam, ya. Semurah itu kah anak seorang pengusaha?"
"Mama kecewa, sangat kecewa. Hanya karena seorang Adrian, kamu bisa melepas semuanya ke supir keluarga kita sendiri... Sejak kapan anak mama berubah jadi wanita pemabuk dan liar? Apa mama kurang kasih sayang ke kamu?"
"Setelah upacara pernikahan... Jangan tampakkan diri kamu di depan mama. Mama butuh waktu untuk menerima anak kecil mama yang sudah mati tertelan alkohol!"
Cat menggigit bibirnya. Ia memang salah. Dan sebenarnya, Aldipun wajar melakukannya karena memang Cat yang memancingnya tanpa sadar--ya, Cat melihat tayangan itu di CCTV club. Tetapi kenapa Aldi melanjutkannya?
Dan sekarang, mama Cat yang selalu meninggikan harga diri di atas segala-galanya, bersama dengan kelompok isteri pengusaha lainnya.... Ya, sudah pantas mama Cat malu. Bisa jatuh harga dirinya di hadapan teman-teman hedonnya itu.
Beberapa langkah lagi, langkah Cat dan sang ayah akan tiba di depan altar.
Sang ayah menggandeng Cat, tetap dengan penuh kasih, seraya berbisik, "Kamu harus siap ya, nak.. Ini babak baru di hidup kamu.."
*
*
Aldi's POV
Aku memandangnya. Dia yang kini berada di bawah gandengan sang ayah. Dia yang sangat kucintai. Dan dia yang dalam hitungan detik akan sah kumiliki--baik secara agama, maupun negara.
Dia cantik sekali.
Jujur, aku memang ingin memilikinya. Tapi yang kuingin bukan dengan cara seperti ini. Aku ingin membawanya ke dalam bahagiaku, bukan ke dalam susahku.
Lihat? Beberapa jam lagi, dia sudah resmi menjadi partner dalam hidup kesederhanaanku yang mungkin tak dia sukai.
Dan... Dia di hadapanku kini.
Hatiku berdebar, sejenak tak menyangka bahwa beberapa detik ke depan, aku akan membacakan janjiku, sumpahku, dan kesungguhanku.
Aku menarik nafasku dalam-dalam.
"Cattleya Kirandani Puteri, di hadapan Allah, aku menerimamu menjadi isteriku.."
Ya, kamu adalah isteriku, tanggungjawabku mulai sekarang, esok, dan selamanya.
"Sebagai suami yang takut akan Tuhan, aku berjanji akan mengasihimu dalam kelimpahan atau kekurangan."
Tapi aku akan berusaha, agar hidupmu selalu cukup, Cat, meski aku tak bisa menjanjikan kelimpahan harta seperti yang biasa kamu nikmati.
"--pada waktu sehat ataupun sakit, sampai maut memisahkan kita seturut kehendak Allah.."
Aku berjanji akan membahagiakan kamu, Cat. Minimal, walau kamu tak bisa menyayangiku, tapi dipikiranmu selalu tertanam bahwa aku adalah sang penjagamu. Aku berjanji, dari kemarin, hingga kini, dan hingga maut memisahkan kita.
*
*
Cattleya's POV
Bukan ini yang kuinginkan. Bukan dia yang kudambakan.
Aku ingin pernikahanku meriah dan penuh dengan cinta dari kehadiran orang-orang terkasihku. Bukan seperti ini. Dan aku ingin pernikahanku nanti bersama orang yang kucintai hidup dan mati. Bukan seperti ini.
Jadi, apa yang kuharapkan dari pernikahan dan pengucapan janji yang katanya suci ini? Jika diriku sendiri tak pernah merestui ini terjadi.
Dia yang sangat tampan, dan sangat kukagumi karena kebijaksanaan serta kepandaiannya... Kini sudah mati. Ya, secara fisik memang Aldi tetaplah tampan. Tapi---di mataku dia sudah tak ada gunanya lagi. Aldi, hanya sekedar penghancur hidupku, pemupus masa depanku.
Aku menarik nafasku, berusaha menguatkan diriku tuk mengucapkan janji yang penuh kebohongan ini.
"Renaldi Wibawaputra, di hadapan Allah, aku menyatakan menerimamu sebagai suamiku."
Sesungguhnya tidak, dan tidak akan pernah bisa untukku menerimanya sebagai seorang yang sungguh intim denganku.
"Sebagai seorang isteri yang setia dan takut akan Tuhan.. Aku berjanji akan mengasihimu dalam waktu kelimpahan maupun kekurangan.."
Ya Tuhan.. Maafkan aku yang telah mempermainkan janji ini.
Jika memang dia jodohku, bantu aku untuk melapangkan dadaku dan berusaha mengasihinya. Meski hatiku sendiri menolak untuk itu, karena memang bukan dia yang kuharapkan...
"--pada waktu sehat ataupun sakit, sampai maut memisahkan kita seturut kehendak Allah..."
Jika boleh, aku ingin maut menjemputku sekarang juga, agar aku tak perlu berlama-lama tuk terjun dan bermain dalam kerasnya sandiwara nyata ini.
Dan aku menelan ludahku...
Ketika mengetahui bahwa Aldi, telah mencium keningku, sebagai tanda sahnya pernikahan kita.
Sebagaimana orang pada umumnya paham, bahwa pernikahan adalah gerbang bahagia dan surga... Namun tidak bagiku. Aku bahkan tak menemukan secercah titik surga dalam pernikahan semu ini.
Dan sesungguhnya, andai aku bisa, aku hanya berharap agar kehidupan lamaku, bisa kembali.
*
*
TBC.
Vote dan komen sebanyak2nya yaaaah buat lanjuuut! :) thankyou!
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Marriage and Pregnancy
Romansa(20+) Tentang dua orang manusia, yang memiliki latar belakang berbeda, perilaku yang berbeda, hingga rasa yang berbeda. Aldi, yang sejak pertama kali bekerja sebagai supir di keluarga itu, sudah menyukai--bahkan menyayangi Cattleya. Aldi, yang juga...