Cat X Aldi X Titik Terang
Ps: Halo! maaf minggu kemaren gak update yah:") jadi kalau ada yg lupa part sebelumnya, bs dibaca ulang ya hehehe. Btw ini mendekati ending, jgn lupa vote dan komen:p Selamat membaca!
*
“Mama keterlaluan! Untuk apa Mama suruh Johan merekam, kemudian memberikan rekaman itu pada Aldi, Ma? Kenapa Mama jadi buta harta? Kenapa Mama jadi materialistis, Ma?” Itu suara Ari, alias Papa Cat.
“Cukup Aira yang hampir mati kala itu, Ma. Cat jangan. Mama kenapa sih?” Kini suara Aira mendominasi.
Deg.
Cat membuka matanya. Perbincangan itu membangunkannya yang begitu membuka mata, ruangan serba putih ala rumah sakit menyambutnya mesra. Dirinya memang di rumah sakit.
“Mama kan Cuma mau Cat bahagia.. Apa itu salah?” Dena masih mencari pembelaan, tapi suaranya sudah bergetar.
“Tapi Cat sudah bahagia, Ma. Biarkan. Jangan mengganggu rumah tangga anak kita. Lagipula sudah seharusnya Cat dan Aldi menikah. Dan Aldi sekarang sudah hampir sukses, buktinya pekerjaan sudah memanggilnya, kan, padahal dia baru lulus hari ini. Sementara Johan? Apa suksesnya? Kuliah saja gak jelas!” Ari, mengungkapkan amarahnya pada sang isteri yang kali ini sudah melewati batas.
Cat membuka mata, tapi berusaha tenang sembari mendengarkan pembicaraan mereka. Biar mereka tak sadar jika dirinya sudah terbangun.
“Sekarang Mama mau tanggung jawab, kalau Aldi meninggalkan Cat, kalau bayinya gak selamat dan me—“
“Bayiku kenapa?”
Deg.
Semua orang di kamar itu menegang, mengetahui Cat yang sudah bangun dan melihat serta mendengar pembicaraan mereka.
“Cat, sejak kapan kamu bangun, nak?” tanya Ari, yang mendekat ke ranjang Cat.
Cat mundur di ranjangnya, ketakutan, serta amarah menyergapnya. “Bayiku kenapa, Pa?”
“A—“
“Aldi mana?” tanya Cat lagi.
Di pojok sana, terlihat Aira dan Dena yang terkejut mengetahui Cat sudah terbangun dan mendengar sebagian pembicaraan mereka.
Dena menangis, mencoba mendekat ke ranjang Cat.
Makin Dena mendekat, wajah Cat makin tegang. Cat menggeleng.
“Jangan dekat-dekat aku!” teriaknya pada Dena, mamanya sendiri.
“Cat.. Mama a—“
“Mama keluar, tolong, Ma..” rintih Cat. “Apa Mama belum puas bikin Cat sedih?”
Ari meraih tangan isterinya, dan berbisik. “Mama tunggu luar dulu sama Papa. Biar Aira yang jelaskan semuanya ke Cat. Sampai dia agak tenang.”
Tak sanggup menyanggah karena memang itulah jalan paling baik untuk sekarang, akhirnya Dena mengangguk pasrah dan berjalan menuju pintu bersama suaminya.
Sementara di dalam, Aira kini sudah mengambil posisi terbaik, yaitu duduk di ranjang adiknya, dan mengusap tangan adiknya. Ya, begitulah cara Aira menenangkan Cat, dalam segala hal.
“Cat, udah enakan badan kamu?”
Cat menggeleng. “Gak akan pernah enak sebelum aku ketemu Aldi, Kak.”
“Tadi Aldi yang bawa kamu kesini.”
Deg.
Cat membesarkan matanya. Ternyata… Aldi masih peduli padanya.
“Terus sekarang Aldi dimana?”
Aira menghela nafas. “Tadi begitu Aldi antar kamu, dia langsung pergi karena dia harus ke Jogja. Jadi dia gak bisa nungguin kamu.”
“Andai dia gak ke mana-mana, dia juga mungkin gak mau nungguin aku. Dia marah sama aku karena rekaman itu, Kak.”
“Tadi Aldi cerita kok. Ya, dia marah, dia kecewa. Tapi kakak udah bilang, kalau itu hanya cara kamu supaya Mama sedikit tenang.”
“Terus Aldi percaya?”
“Harusnya sih percaya. Cuma Aldi sedikit kecewa, karena kamu kelihatan gak mau memperjuangkan. Seharusnya disaat seperti itu, kamu buat Mama suka sama Aldi, dengan bangga-banggain Aldi, atau a—“
“Percuma, sebagus apapun Aldi, Mama gak akan mau kalau Aldi gak punya apa-apa..”
Aira terhenyak, lalu diam. Benar kata Cat.
“Bayi aku gimana?”
Wajah Aira kini berubah, menjadi sedikit murung namun tetap saja tak mengurangi kecantikan alami dari wajah kakak perempuan Cat tersebut.
“Gak keguguran, kan?” Cat mulai berimajinasi seperti sinetron-sinetron jaman sekarang. Tapi memang Cat benar-benar takut. “Aman, kan?”
“Keguguran sih enggak..”
Huft.. Cat menghela nafas lega.
“Cuma sedikit lemah, karena kamu banyak pikiran. Kamu harus sehat lagi, gak boleh mikir macem-macem, Cat.”
“Aku tertekan, Kak. Makanya aku stress dan banyak pikiran.”
“Karena Mama?”
“Iya.”
Berharap ada sesuatu yang bisa mengetuk hati Dena, agar bisa menerima Aldi. Yang terpenting, agar Dena bisa mengerti bahwa harta bukan segalanya.
“Aldi ke Jogja ngapain, Kak?”
“Dia hebat. Baru tadi sidang, eh, dia udah dapet panggilan kerja aja. Itu loh, di Sams Foundation cabang Jogja, tapi.”
Cat meneguk ludahnya.
“Dan kerennya lagi, Aldi langsung dipekerjakan. Dia lolos tes!”
Sams Foundation. Ya, itu adalah perusahaan yang bekerja di bidang pembuatan rokok, terbesar. Dimana Aldi beberapa kali mendapat sokongan beasiswa karena kepintarannya, dan kini Aldi dipanggil untuk bekerja disana. Cat tau akan hal itu. Dan Cat ingat, bahwa ia akan mengikut kemanapun Aldi pergi, termasuk ke Jogja sana.
Isteri mana yang tidak bangga?
“Terus Aldi kapan balik lagi, Kak? Aku kan kangen, mau ketemu, mau jelasin semuanya..”
Aira iba, melihat kerinduan adiknya yang teramat dalam pada sang suaminya, yang kini terpisah jarak, bahkan nyaris terpisah rasa.
“Sebulan lagi dia ke Jakarta, kan dia wisuda," kata Aira, seolah memberi penerangan akan pikiran adiknya yang buntu.
*TBC*
Thank you for reading this part:p Btw ini mendekati ending ya hehe. Vote dan komen yg banyak, dan kasih pendapat kalian maunya sad ending atau happy ending?:p
Btw aku kok kepikiran mau membukukan cerita ini ya... Pada setuju ga?><
Terimakasiiihhh:p
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Marriage and Pregnancy
Romance(20+) Tentang dua orang manusia, yang memiliki latar belakang berbeda, perilaku yang berbeda, hingga rasa yang berbeda. Aldi, yang sejak pertama kali bekerja sebagai supir di keluarga itu, sudah menyukai--bahkan menyayangi Cattleya. Aldi, yang juga...