Cat's POV
"Engghhh.."
Aku membuka mataku. Sepertinya sudah pagi ya?
Dan sebelum mataku benar-benar terbuka.... Jantungku berdegup kencang. Aku tidur dalam pelukan Aldi--ya, semalaman Aldi memelukku karena ia menenangkanku dari pemadaman listrik, kemudian semalam kami bercerita panjang, hingga akhirnya aku tertidur pulas di pelukan Aldi.
Pulas?
Ya, harus kuakui, semalam adalah tidurku yang ternikmat selama belakangan ini. Biasanya aku selalu terbangun di tengah malam, atau gelisah, atau bahkan bermimpi. Tapi tadi malam? Aku bahkan merasa kurang dan tak rela kalau ini sudah pagi.
Em, aku... sedikit canggung--entah kenapa.
Mengingat sikapku yang selalu kasar dan tak peduli--namun hanya dengan sebuah pelukan dan percakapan singkat, aku bisa luluh lagi. Ya, itulah yang membuatku canggung, dan merasa aneh dengan diriku sendiri.
Aku bahkan menggeliat dan berpura-pura tidur, untuk menetralkan detak jantungku.
"Cat... Udah bangun?"
Deg.
Jantungku berdegup kencang lagi. Aldi menatapku dengan sorot matanya yang amat sangat teduh. Ditambah tangannya yang masih menopangku--membuatku merasa terlindungi olehnya.
"I.. iya, baru aja bangun," balasku, gugup.
Dia tersenyum dan mengusap rambutku. "Enak tidurnya?"
"Hmm.. Lumayan. Kalau kamu?"
"Enak. Tenang rasanya."
Sama, Di. Aku juga tenang dipeluk kamu.
Dan di kala lampu menyala, kemudian berada di pelukan Aldi... Saat itulah aku tau, kalau Aldi memang begitu tampan. Kharismanya sangat timbul, karena dia dengan super gentlenya menenangkanku dan menghiburku agar tak takut gelap. Bahkan semalam, kami berbagi cerita, dan aku jadi tau bagaimana kisah hidupnya, serta orang tuanya. Dan... Aku makin merasa, kalau Aldi memang membutuhkanku
"Bangun yuk? Aku mau masak bu--Aw!" Aldi berteriak pelan.
Cepat-cepat aku menoleh. Rupanya, semua bersumber dari tangan Aldi yang memerah. Astaga. Itu pasti karena ia memelukku semalaman.
"Di, tangan kamu! Duh, maaf yaaa, harusnya kamu gak peluk aku, ha--"
"Ssst. Aku bahkan rela seluruh badanku merah, asal kamu gak takut lagi sama gelap, atau sama segala bahaya yang mungkin menimpa kamu, Cat."
Aku menelan ludahku. Hampir-salah-tingkah.
"Eh, gombal aja. Bentar deh aku ambil counterpain dulu ya," kataku, kemudian bangkit dari ranjang dan sibuk mencari counterpain diantara kotak obatku.
"Aku gak gombal, Cat."
"Nah, ketemu!" teriakku senang, tanpa menggubris perkataannya.
Kemudian aku langsung ke ranjang, dan mengusap counterpain ke seluruh tangan Aldi yang memerah karenaku. Dan aku sangat bahagia. Kenapa? Aku... merasa menjadi seorang isteri sesungguhnya yang melayani suami!
Eh?
Apa ini artinya aku bahagia?
"Cat?"
"Hmm.." Aku masih sibuk mengusap tangannya perlahan.
"Kamu sekarang adalah tanggung jawabku, Cat. Ibarat aku berjuang dan harus mati buat kamu, aku bakal rela. Karena itu memang tugas suami kan?"
Eh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Marriage and Pregnancy
Romance(20+) Tentang dua orang manusia, yang memiliki latar belakang berbeda, perilaku yang berbeda, hingga rasa yang berbeda. Aldi, yang sejak pertama kali bekerja sebagai supir di keluarga itu, sudah menyukai--bahkan menyayangi Cattleya. Aldi, yang juga...